delapan belas

2.1K 231 18
                                    

Sepulang sekolah aku memilih tetap di kamar mengerja kan tugas yang harus nya sudah selesai, karna terus mendapat kan masalah aku jadi tidak bisa menyelesai kan nya dan aku masih berpikir tentang pembicaraan ku dengan max.

Kenapa dia bisa tau tentang keluarga ku.??? Bagaimana bisa dia mencari identitas ku apa untung bagi nya.??
Aku memijit pelipis yang terasa nyerih akhir-akhir ini begitu banyak hal yang aku pikir kan,sampai kapan semua berakhir.??

"Apa yang kau lakukan di kamar ku.??" Tanya ku heran saat merasa kan sebuah tangan memeluk leher ku.

"Kamar mu tidak terkunci."

"Jadi... Kau masuk tanpa izin.??"

"Aku sudah memanggil mu tapi kau tidak dengar jadi aku masuk saja... Apa yang kau pikir kan.??" Tanya nya memutar kursi agar aku menghadap nya.

Apa aku segitu fokus nya sampai tidak dengar dia memanggil ku...

"Tidak ada yang aku pikir kan... Kenapa kau kekamar ku.??"

"Aku merindukan mu... Beberapa hari ini kau terus menghindari ku.?!" Ujar nya menatap dalam.

". Kita tidak seakrab itu hingga harus saling merindu kan iqbal.!!" Ujar ku tenang.

Yah pemuda yang masuk kekamar adalah Iqbal beberapa hari ini aku memang menghindari nya,tidak tau kenapa pengen menghindar saja...

"Aku suka kamu Siska.!!" Ucap nya rendah

"Hentikan Iqbal... Kita saudara kau harus tau itu.!!"  Aku menatap nya tenang mata hitam itu menyorot tidak suka atas ucapan ku..

"Saudara.... kau lupa Kita hanya saudara tiri" bantah nya tajam

"Tetap saja kita saudara.."

Iqbal berdiri dengan wajah kesal menatap ku lekat mata tajam nya sangat dingin,jika itu pisau mungkin aku sudah mati tertusuk...

"Lepasin Iqbal." Jerit ku saat ia menggendong ku,ia menghempas kan tubuh ku ke kasur dan mengukung ku...

"A-apa yang ingin kau lakukan." Ucap ku dengan waspada.

"Iqb- hhhmmpptt"

Mata ku membelalak saat dia mencium ku paksa,lidah nya menyapu hangat di permukaan bibir ku, sekali-kali dia menghisap bibir ku..

Sekuat tenaga aku melepas kan diri dari nya agar menjauh karna aku sama sekali tidak bisa bernafas...

"Huuhh... Hahhh.. hhh" aku menarik udara secara rakus kala ciuman kami terlepas.

"Kita sudah pernah melakukan ciuman... Dan kamu masih bilang kita saudara, aku sama sekali tidak menganggap mu saudara Siska.!" Ujar nya tegas.

"Semua orang bisa melakukan ciuman bukan cuma pacaran." Ujar ku sambil mendorong tubuh nya...

"Tidak...  orang yang melakukan ciuman hanya orang yang memiliki perasaan terhadap lawan jenis nya... dan aku.... Aku menyukai mu... Kenapa kau tidak pernah sadar tentang itu.."

Aku terkejut mendengar pernyataan nya bagaimana bisa dia menyukai ku.

"Dan kau juga melakukan ciuman pada kak rehan kan.??" Ucap nya seakan menekan sesuatu. Aku menatap nya terkejut dari mana dia tau...

"Saat kau melakukan ciuman dengan nya apa kau juga berpikir kalo kalian saudara.??"

Tidak ada yang bisa aku jawab atas pertanyaan Iqbal karna jika aku menjawab sudah pasti dia akan semakin emosi,aku memilih diam...

"Kau tidak tau seberapa sakit aku melihat nya... Aku sakit siska.. hati ku sakit.. kenapa harus kak rehan.??" Racau nya dengan wajah tersakiti.

Aku menghela nafas saat dia memeluk ku erat dengan posisi dia menindih ku,suara isakan terdengar di telinga ku... Dia menangis.??

Sister Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang