tiga enam

1.1K 158 58
                                        

Manik keabuan berair menatap lekat pada objek di depan nya,tubuh nya kaku tak bergerak seakan ada sesuatu mengendali kan tubuh nya,dan tangan orang itu terus mengelus pipi mulus nya dengan mata tak berpaling dari wajah cantik siska.

"Tidak mungkin kau melakukan itu tanpa alasan bukan.??? Dan aku percaya apa pun alasan mu.!!"

Suara berat milik nya seperti sebuah siraman air dingin membasahi hati nya yang sedari tadi panas,seakan udara memberi peluang pada dada nya yang sesak,senyum pemuda itu juga seperti obat sakit yang sedari tadi ia rasa kan.

"Kenapa.??"

Alis orang itu terangkat sebelah mendengar gumaman Siska,ia masih setia mengelus pipi mulus juga merah karna menangis.

"Kenapa kau percaya.?? Padahal kau belum mendengar alasan nya." Ujar Siska lirih sambil menunduk.

Orang itu beralih menatap kedepan sedang kan Siska masih melihat raut wajah yang tidak terbaca itu, orang itu menatap nanar ke arah taman di depan nya pertama ia mendengar cerita nya,ia tidak menyalakan Siska atau pun membenci nya malah dia merasa iba bahkan ingin memeluk gadis itu...

"Pasti berat ya ??" Tanya nya dengan suara rendah.

"Apa.??"

Orang itu kembali menatap Siska bahkan tubuh nya menghadap ke siska, "menanggung semua nya.???" Lanjut nya menatap dalam siska, ia tau hidup seperti Siska tidak akan mudah apa lagi dia seorang perempuan.

"Aku tidak tau kenapa dia memberitahu kami tentang mu,tapi dari sekian cerita aku jadi tau kalo semua itu tidak mudah untuk mu.!!" Ucap nya pelan.

Siska menunduk menatap kotak bekal nya mendengar ucapan orang ini,hati nya sedikit lega jika ada yang bertanya seperti itu, apa kamu lelah.?? Maka dia akan jawab iya, dia lelah,capek kesepian dia hanya ingin hidup normal seperti yang lain, dia tidak perlu simpati dia hanya ingin seseorang bertanya, Siska apa kau capek.?? Hanya satu kalimat itu yang dia ingin kan,karna pertanyaan itu akan membuat nya merasa di perhatikan...

Dia tidak butuh kemewahan atau apapun dia hanya ingin setiap ia menyelesai kan pekerjaan nya,ada orang bertanya seperti itu,10 tahun dia melewati hari yang berat selalu waspada pada sekitar agar tetap aman,harus terus menghindar dari maut yang kapan pun akan datang...

"Aku tak selemah itu.... Lio." Jawab Siska pelan dengan wajah masih menunduk.

Lio melihat raut wajah Siska yang lagi-lagi tak terbaca,ia salut dengan gadis di samping nya ini selalu bersikap tenang meski ada yang menyakiti nya,seperti sekarang dia masih ingat mata penuh luka dan kecewa saat bertengkar dengan neha,apa lagi gadis itu sudah mengejek bahkan melontar kan kata yang menusuk,tapi sekarang wajah yang semua menangis kini tenang kembali seakan tidak terjadi apapun...

Dari semalam ia mencernah cerita Kevin hingga dia tidak sempat tidur,jujur ia tidak percaya dengan perkataan Kevin namun dia juga tidak menyangkal nya,sedari pagi dia menunggu Siska untuk melihat ekspresi gadis itu,namun dia harus percaya saat Siska tidak menyangkal ucapan neha,mata keabuan nya menatap neha dengan pandangan sulit di arti kan.

Puncak Lio memutus kan untuk berlari mengejar Siska saat gadis itu memutus kan tatapan nya pada Kevin,mata penuh kekecewaan,terluka dan kesakitan tak bisa Lio mengerti hingga gadis itu pergi dari hadapan mereka,tanpa berpikir panjang lio berlari mengikuti langkah Siska entah kenapa melihat gadis itu rapuh hati nya ikut nyerih, baru sekarang ia memiliki keinginan untuk menjadi sandaran gadis itu mengeluarkan keluh kesah nya.

Dia juga sadar bukan hanya diri nya yang berada di sekitar Siska,tapi dia tidak memikirkan itu dia hanya ingin Siska berbagi beban dengan nya.

"Tidak ada orang yang kuat menghadapi semua nya Siska,apa lagi seperti mu..." Lio menjeda ucapan nya ia menatap wajah cantik gadis itu,wajah yang membuat siapa pun akan berdebar.

Sister Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang