empat tujuh

1.2K 136 3
                                    

Siska berdiri di depan pintu mansion mewah di sebuah komplek,sudah berapa kali dia menghela nafas di sana ia takut keluarga nya tidak percaya kalau dia masih hidup,karna ini bulan ketiga kematian palsu nya ia tidak tau apa tanggapan keluarga nya nanti setelah melihat diri nya dalam keadaan sehat,ia juga takut bakal di cap sebagai pembohong Siska tidak masalah tanggapan orang lain asal keluarga nya percaya pada nya.

Ia menggigit bibir nya menghilangkan rasa cemas di hati dan tangan nya menggaruk pipi sebagai rasa gugup.

"Ketuk tidak ya.?? Gimana kalo mereka tidak percaya dan mengusir ku.?" Gumam nya cemas serta pikiran-pikiran negatif.

"Okey... Kakak harus siap soal di usir nanti kita pikirin" ujar nya menyemangati diri sendiri...

Dengan sedikit ragu ia memencet bel berharap keluarga itu ada di mansion,memang beberapa waktu lalu keluarga Aldebaran sudah kembali ke mansion sendiri,kata mereka jika masih di mansion Siska mereka akan semakin terpuruk sebab di sana foto masa kecil Siska begitu banyak,jadi mereka memutus kan untuk pulang...

Ting

Tong

Sedang kan di dalam Hendra dan erina sedang membujuk Iqbal agar makan dan minum obat,namun pemuda itu sama sekali tak mendengar kan dia malah menutupi wajah nya dengan selimut,rehan dan Ferdy menatap datar pada ketiga nya sangat malas untuk ikut campur hingga suara bel membuat mereka beranjak dari kamar Iqbal..

Salah satu pelayan membuka kan pintu setelah pintu terbuka pelayan itu membelalak kaget,dia kenal orang di hadapan nya ini soal nya pernah tinggal di mansion.

"N-non Siska" ujar nya gagap

"Hy bik" sapah Siska ramah disertai tersenyum.

"N-nona masih hidup" ucap nya dengan mata berkaca-kaca perempuan 50 tahun itu menggenggam tangan Siska raut wajah nya terlihat sangat senang.

"Iya bik... Ayah sama mamah mana bik?" Tanya nya lembut

"Bentar bibik panggilin ya" ia langsung berlalu kelantai atas di mana letak kamar majikan nya.

Di atas tangga ia berpas-pasan dengan Ferdi membuat pemuda itu mengernyit bingung...

"Ada apa bik.?"

"I-itu den... Didepan a-ada n-non Siska" jawab nya terbatah-batah, mendengar itu Ferdy langsung berlari tak menghirau kan jika diri nya akan jatuh di tangga.

Di lantai satu ia melihat seorang gadis mungil berdiri membelakangi tangga dengan rambut tergerai.

"KAKAK"

Gadis itu menoleh namun tubuh nya hampir terhuyung kebelakang karna terjangan tubuh besar itu,pelukan di tubuh nya sangat erat dan sesak membuat tubuh kecil nya terasa remuk.

"Fe-ferdi se-sesak" ujar nya sambil mendorong paksa.

"Tidak kak... Biar kan seperti ini dulu " bisik nya pelan terdengar Isak tangis di sana membuat Siska mengelus punggung pemuda itu.
Tidak lama terdengar derap kaki dari atas dapat Siska lihat ayah,rehan dan mamah nya berlari turun...

"Fer lepas dulu"

Ferdy menggeleng keras tidak ingin melepas kan "tidak mau nanti kakak menghilang lagi"

"Tidak... Kakak tidak akan pergi jadi lepas dulu ya sayang" bujuk Siska dengan berat hati ia melepas pelukan nya.

"Ayah" panggil Siska dengan mata memanas. "Maafin kakak" ucap pelan sambil menunduk sedetik kemudian tubuh nya menegang mendapat pelukan ayah nya.

"Tidak nak.... Harus nya ayah yang minta maaf karna tidak melindungi mu waktu itu... Maafin ayah" ujar Hendra menangis di pelukan siska,yang ada di sana merasa kan sedih dan bahagia termasuk para pelayan,erina mengelus punggung suami nya dia bahagia atas hadir putri sambung nya,ia sudah putus asa melihat keterpurukan keluarga nya atas kehilangan gadis itu...

Sister Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang