Gara melihat Tama yang masuk dengan tergesa-gesa langsung menyuruhnya untuk membawakan mobil.
"Tam tolong bawain mobil" pinta Gara.
Tama langsung kembali lari keluar untuk membawakan mobilnya.
Kemudian Gara berlari keluar dengan membawa Letta dalam gendongannya. Tetapi sebelum itu dia berkata.
"buat kalian gue serahin mereka sama kalian, lakuin apa yang menurut kalian pantes mereka dapetin setelah perlakuannya" ucap Gara.
"dan buat lo Xara, lo bebas mau ambil organ apa aja yang mereka punya" lanjut Gara membuat Xara tersenyum senang karena dia rindu sekali bermain dengan darah.
Lalu Gara membawa Letta keluar dan melajukan mobilnya kearah rumah sakit.
Sedangkan yang lain sudah diurus oleh sahabat-sahabatnya.
Selama perjalanan Gara tidak melempaskan genggamannya pada tangan Letta.
Sedangkan Letta yang masih sadar tersenyum melihat mata Gara yang sudah berkaca-kaca menahan tangisnya.
"j-jangan n-nangis" ucap Letta dengan terbata karena dia menahan rasa sakit disekujur tubuhnya.
Gara yang tidak bisa menahan tangisnya pun tiba-tiba pecah saat Letta berbicara seperti itu.
"sayangnya aku harus kuat ya.. aku minta maaf gak bisa jagain kamu sampai kamu kena peluru aku" Gara terus menurus melafalkan kata maaf untuk Letta.
"a-aku u-dah maaf-in ka-mu" jawab Letta.
Gara menggeleng sambil terus melafalkan kata maaf.
"pe-san aku.. ka-mu jaga di-ri baik-baik kalo aku gak sela-mat. A-ku gak mau li-at ka-mu nangis-in aku ka-yak gi-ni" Letta berusaha untuk berbicara.
"nggak. Kamu bakal selamat, kamu bakal terus ada disamping aku" ucap Gara.
"a-ku gak tau ba-kal se-lamat atau nggak" ucap Letta.
"KAMU BAKAL SELAMAT SHALETTA PRAMUDYA" ucap Gara dengan menekan kata-katanya.
Letta hanya tersenyum melihat reaksi Gara yang seperti itu.
"Tam buruan!" teriak Gara kepada Tama yang sedang mengemudi.
Tama pun semakin menambah laju mobilnya supaya mereka bisa sampai rumash sakit dengan tepat waktu.
"a-ku gak kuat.. sa-kit" lirih Letta.
Gara semakin dibuat panik karena mendengar perkataan Letta barusan.
Letta kembali tersenyum dengan menatap Gara dari bawah sebelum dia tak sadarkan diri.
"Letta.. sayang" panggil Gara.
"bangun sayang" Gara mengguncangkan tubuh Letta tetapi tidak ada reaksi apapun dari Letta.
"Tama lo buruan bawa mobilnya" Gara berteriak kepada Tama agar lebih cepat membawa mobilnya.
Beberapa menit kemudian, mereka sampai disalah satu rumah sakit yang ada disana.
Gara berlari ke dalam dengan Letta yang masih dalam gendongannya.
"suster!" panggil Gara.
Suster lun datang dengan membawa satu brankar dan Gara langsung menidurkan Letta.
Letta langsung dibawa ke IGD untuk mendapatkan perawatan lebih.
Sedangkan Gara yang sangat khawatir terhadap kondisi Letta saat ini.
Dengan tangan dan baju yang dipenuhi oleh darah, Gara memukul tembok yang ada disampingnya.
bughh
bughhGara terus memukul sampai Tama menghentikannya.
"jangan halangin gue" ucap Gara.
"lo mau lukain diri lo sendiri ha! sadar! dengan cara kayak gini lo gak akan bisa merubah semuanya" ucap Tama dengan nada tingginya.
"tapi ini semua salah gue, harusnya bukan Letta yang kena peluru gue, bukan" ucap Gara lirih.
Tama yang baru melihat Gara bisa bersikap seperti ini pun hanya bisa menyemangatinya.
"lo harus kuat demi Letta. Lo gak mau kan kalo Letta kenapa-napa?" tanya Tama dan Gara hanya menggelengkan kepalanya.
"lo berdo'a supaya dia selamat dan bisa ngadepin ini semua" ucap Tama.
Gara mengangguk dan dia berdiri saat dokter keluar dari IGD.
"dengan keluarga pasien?" tanya dokter dengan nametag Radit.
"iya saya keluarganya" jawab Gara.
"saya butuh persetujuan anda untuk melakukan tindakan operasi terhadal pasien yang bernama Shaletta" ucap Radit.
"saya akan menyetujui apapun itu yang terpenting Letta selamat dok" ucap Gara.
"kemungkinan untuk selamat hanya sedikit karena peluru yang besarang tepat sebelah jantungnya" jelas Radit.
Gara yang mendengar itu pun terkejut bukan main saat mendengar penjelasan dokter Radit.
"saya akan berusaha semampu saya untuk menyelamatkannya" ucap dokter Radit.
"kamu hanya perlu menandatangani surat ini untuk berjalannya operasi" lanjutnya.
Gara mengangguk lalu dia langsung menandatangani surat yang dimaksudkan tadi agar Letta bisa melakukan operasi meskipun kemungkinan akan selamat hanya sedikit.
Setelah menandatangani surat tersebut, Letta langsung ditindak dan Gara menunggunya diluar dengan merapalkan semua do'a agar Letta selamat.
..............
Sedangkan dirumah kosong tadi, Xara sedang memainkan pisaunya dan Angel menatapnya takut.
"lo mau apa dulu yang dibelah?" tanya Xara dengan santainya.
"jangan aneh-aneh deh lo" Angel panik karena pertanyaan Xara.
Xara hanya menyeringai lalu dia menghampiri Angel yang sudah diikat dikursi.
"lo takut sama gue?" tanya Xara dan Angel hanya menggelengkan kepalanya.
Xara terkekeh melihat Angel yang terlihat sangat takut kepadanya.
"lo liat Ray disana" Xara menunjukkan keberadaan Ray yang sudah tak sadarkan diri akibat ulah Gara tadi.
"gue mau lo kayak gitu, gue gak akan bunuh lo karena gue mau lo mempertanggung jawabkan semuanya" ucap Xara.
"gue mohon jangan buat gue kayak gitu, gue udah pernah dibuat kayak gitu dan sekarang gue gak mau" Angel memohon kepada Xara.
"lo mohon-mohon sama gue tapi gak akan gue gubris karena lo juga melakukan hal yang sama kan saat lo siksa Letta?" ucap Xara membuat Angel diam tidak berkutik.
srett
"arghhh" Angel mengerang kesakitan karena Xara tiba-tiba menyayatkan pisaunya kepaha Angel.
"enak kan? pasti enak lah" Xara kembali menyayat paha Angel dengan pisaunya.
_________________
bapau
jangan lupa komen, vote sama share iyaa
babaiii
.........
Sekedar info
salunaaulia.wp ini akun baru ya ges yaa soalnya akun yang salunaaulia05 ilang jadi digantii.
Jangan lupa follow iyaa.. Makasih
KAMU SEDANG MEMBACA
AngSa (END) ✔️
Teen FictionKisah seorang gadis yang tiba-tiba diklaim oleh seseorang yang tidak dia kenal. Pertemuan pertama mereka pada saat gadis tersebut hampir mengalami kecelakaan tetapi diselamatkan oleh seorang laki-laki yang di perkirakan seumur dengannya dan berada d...