AngSa 35!

173 4 2
                                    

Telfon tersebut terputus membuat Gara semakin emosi.

"kita kesana sekarang" perintah Gara namun Tama mencegahnya.

"tempat nya bukan disana" ucap Tama.

"maksud lo?" tanya Gara.

"dia hanya mancing kita supaya kita kesana dan nyawa Letta jadi taruhannya" jelas Tama.

"gue udah nyuruh bodyguard gue buat ketempat itu dan tempat itu kosong tanpa penghuni tapi ada beberapa orang suruhan buat jaga tempat itu" ucap Tama.

"terus sekarang Letta dimana!?" tanya Gara.

Dia tidak bisa berfikir lagi karena dia sedang memikirkan Letta. Dia takut terjadi sesuatu terhadap Letta.

"Letta sekarang ada di rumah kosong yang ada di perumahan Permata" ucap Tama.

"dan gue udah punya strategi" lanjutnya.

Gara memperhatikan Tama yang sedang menjelaskan strategi yang akan mereka pakai.

"gue mau minta bantuan lo Xara" ucap Tama.

Sedangkan Evan hanya diam karena dia tau pacarnya ini sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini.

"apa yang harus gue bantu?" tanya Xara.

"gue minta lo gabung sama gue kearah depan untuk melawan penjaga yang ada didepan" ucap Tama yang langsung diangguki oleh Xara.

Kenapa Xara dibawa? karena Xara jago dalam hal beladiri.

"Evan, Gara sama Vandy masuk ke arah samping karena disitu ada pintu jadi kalian bisa masuk lewat situ. Sedangkam gue, Varo, sama Xara, kita ke arah depan buat alihin mereka supaya gak ada yang tau kalo kalian masuk" jelas Tama.

"dan gue juga udah siapin anggota lain buat jaga-jaga diarea rumah itu. Dan lima orang bakal ikut gue" lanjutnya.

"terus gedung tua itu gimana?" tanya Varo.

"gue udah suruh 50 orang buat kesana dan bikin kegaduhan disana supaya mereka gak ada yang lari kearah rumah kosong itu" ucap Tama.

"dan satu lagi kita harus bawa senjata untuk jaga-jaga karena mereka bawa senjata lebih banyak dari yang gue kira" semuanya mengangguk atas penjelasan Tama.

Kenapa Tama tahu semuanya? karena Tama sudah menyuruh orang kepercayaannya untuk mengawasi sekitar rumah kosong dan gedung itu.

"Varo, Vandy bawa pistol sama pisau belati yang ada diruangan itu" perintah Gara kepada mereka berdua. Varo dan Vandy pun mengambilkannya.

Mereka semua bersiap dengan menggunakan baju yang serba hitam.

Sedangkan Xena, Zeva dan Alesa yang melihat itu pun hanya terdiam karena mereka tidak mengerti apapun.

"buat kalian, kalian tunggu disini jangan kemana-kemana. Markas bakal dijaga lebih ketat dari biasanya dan kalian gak boleh keluar dari ruangan ini.. paham?" ucap Evan dan mereka mengangguk paham.

Evan berjalan menghampiri Xara yang sedang merapikan penampilannya.

"hati-hati" ucap Evan sambil mengelus pucuk kepala Xara dan Xara hanya tersenyum.

"lagi tegang masih aja pamer uwuu" ucap Varo.

Evan hanya menatapnya dengan sinis lalu berkata.

"bacot lo" Evan pergi untuk mengambil senjata yang akan mereka gunakan.

Yang lain hanya terkekeh melihat itu dan kembali melanjutkan kegiatan mereka.

...............

Saat ini mereka akan pergi ke tempat tujuan yang sudah ditentukan. Mereka semua memakai baju serba hitam dan motor mereka pun sama berwarna hitam.

Sebelum mereka berjalan, Gara terlebih dahulu memberikan obat bius dan peluru cadangan kepada setiap anggotanya.

Masing-masing mendapatkan dua botol kecil dan beberapa suntikan untuk menguntikkan Trivam Propofol itu kepada lawan.

Setelah selesai mereka mengecek kembali senjata mereka untuk memastikan sudah lengkap apa belum.

"siap semua!?"tanya Gara dengan teriakan yang menggema diseluruh ruangan.

"siap!" jawab mereka semua.

"jalan" ucap Gara.

Lalu mereka melajukan motornya sesuai rencana yang telah dibuat.

..............

Disisi lain seorang perempuan masih tak sadarkan diri. Dia diikat menggunakan tali dan mulutnya yang dilakban.

"euhh" Letta terbangun karena merasakan pusing dikepalanya dan sedikit kesulitan bernafas.

"udah bangun lo ternyata" ucap Angel.

"gimana kejutan gue? serukan?" tanya Angel.

Letta hanya menggelengkan kepalanya, tiba-tiba Angel menarik lakban yang menutupi mulutnya.

srettt

"aww.. lo gila ha!" Letta merasakan kesakitan di area bibirnya karena ulah Angel.

"iya gue gila" ucap Angel.

"lo sebenernya mau apa si? sampe nyulik gue" tanya Letta.

"gue mau liat Gara merasakan kehilangan" ucap Ray tiba-tiba.

"R-ray" Letta kaget karena kehadiran Ray, Letta kira ini hanya ulah Angel tapi nyatanya Ray pun bekerja sama.

"lo kaget haha" Ray tertawa dan dia duduk disalah satu kursi yang berada disana.

"mulai rencana lo, gue mau liat gimana Angel nyayat lo" ucap Ray dengan seyumannya.

Letta yang mendengar itu pun kaget dan menggelengkan kepalanya. Dia tidak mau menjadi boneka percobaam Angel.

"gue gak mau!" ucap Letta.

"mau gak mau harus mau" Angel terkekeh lalu mengambil pisau yang sangat tajam dan mulai membuat karya yang menurutnya indah.

srettt
srettt

"wah gambaran gue bagus juga" Angel memuji dirinya sendiri.

Sedangkan Letta hanya bisa menahan rasa sakit itu.

Angel terus menyayat kulit Letta menggunakan pisau itu lalu dia meraih wadah berisi air lemon yang sudah dia siapkan.

"gue mau lo rasain apa yang Gara lakuin sama gue demi membela lo" ucap Angel.

Angel langsung menyelupkan telapak kaki Letta yang sebelumnya sudah dia sayat.

"arghhh perihh bangsat" Letta mengerang kesakitan tetapi hal itu membuat Angel tertawa bahagia.

"psikopat lo" ucap Letta yang sedang berusaha menahan rasa sakitnya.

"dan sekarang luka dilengan dan pipi lo" ucap Angel.

Angel membawa garam dan langsung membalurkannya diatas luka Letta.

Letta kembali mengerang kesakitan akibat luka yang Angel berikan. Tak sampai disitu, Angel menjambak rambut Letta dan membenturkannya ketembok yang ada dibelakang Letta.

bughh

"arghh.. biadab lo" ucap Letta yang masih menahan rasa sakitnya.

Angel tetawa melihat Letta yang sedang kesakitan.

"ini belom seberapa Shaletta Aneisha Mehreen" Angel menyeringai dan kembali menyayat tubuh Letta membuat Letta tidak kuat dan tak sadarkan diri.

"ck. lemah" Ray meremehkan Letta yang sudah pingsan.



_________________

bapau

jangan lupa komen, vote sama share iyaa

babaiii

AngSa (END) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang