Malam hari pun tiba. Seperti biasa Gara akan menjaga Letta tanpa orang tua Letta.
Kabar tentang keadaan Letta sudah diketahui oleh semua orang termasuk Caca.
Caca bilang, dia akan pulang dalam waktu dekat ini.
Gara masih tersenyum saat melihat Letta, mambuat Letta heran dengan kelakuan Gara.
"kamu kenapa si? aneh dari tadi" Letta menatap Gara yang sedang menatapnya pula dengan senyum manisnya.
Senyuman yang tidak pernah Gara berikan kepada siapapun kecuali bundanya, dan kini Letta yang mendapatkan senyuman itu.
"aku bahagia banget" ucap Letta.
"bahagia kenapa?" Letta bertanya lagi.
"akhirnya kamu sadar" jawab Gara.
"ohh itu.. tapi aku ngerasanya cuman tidur satu hari aja" ucap Letta.
"satu hari apaan! enam hari yang.. enam hari. Coba bayangin selama enam hari kamu koma, aku kayak gak punya semangat buat hidup" ucap Gara.
Letta langsung tertawa dengan penuturan Gara tersebut.
"dih lebay banget kamu" ucap Letta.
"yaudah kalo gak percaya" Gara membuang mukanya.
"lah lah malah ngambek" ucap Letta sambil menahan tawanya.
Gara bangkit dari duduknya lalu berpindah kesofa yang ada disebrang hospital bednya.
"yaudah sana kalo mau ngambek. Aku mau tidur aja lagi yang lama" ucap Letta.
Gara masih tetap diam sambil memainkan ponselnya.
"yaudah aku tidur yaa" Letta pun tidur.
Sedangkan Gara membiarkan Letta tertidur. Dia masih dalam mode ngambek.
Sudah 20 menit Letta tertidur, tapi hal itu membuat Gara panik. Dia takut jika Letta seperti kemarin.
Gara mendekati Letta yang sedang tertidur itu lalu dia memanggilnya.
"yang" panggil Gara.
"yang ihh jangan becanda" Gara terus memanggil Letta.
"ayangg" Gara duduk dikursi dan menggenggam tangan Letta.
"sayang bangun ish" Gara mengguncangkan tubuh Letta dengan perlahan.
"ayang.. bangunn" Gara memanggil Letta kembali tapi kali ini suaranya sudah bergetar seperti akan menangis.
"ayang.. hiks" isak tangis Gara pun muncul membuat Letta yang semula tertidur menjadi bangun karena suara isak tangis Gara.
"eh eh kok nangis" ucap Letta.
Tiba-tiba Gara memeluk Letta dan menyembunyikan kepalanya dibalik cekuk leher Letta.
Letta pun mengelus punggung Gara yang bergetar akibat menangis.
"udah heh, ngapain nangis coba" Letta berusaha melepaskan pelukannya terapi pelukan itu semakin kencang membuat Letta merasakan ngilu didadanya.
"shh.. luka ku belom kering loh" peringat Letta.
Lalu Gara langsung melepaskan pelukannya dan meminta maaf kepada Letta.
"maaf" Gara berucap dengan lirih.
"udah udah jangan nangis" ucap Letta.
Gara pun kembali duduk disamping Letta dan menatap Letta dengan wajah yang sembab akibat menangis.
"ishh gemess banget si" Letta mencubit kedua pipi Gara dengan gemas.
Gara tersenyum melihat Letta yang sudah membaik.
Tiba-tiba Letta bertanya kepada Gara perihal Ray dan Angel.
"Ray sama Angel gimana?" tanya Letta.
Seketika wajah Gara kemabali datar. Dia tidak suka membahas hal yang sempat akan merenggut nyawa Letta.
"kok gak dijawab?" Letta heran kenapa Gara menjadi diam.
"mereka dipenjara" jawab Gara dengan singkat.
Letta hanya menganggukkan kepalanya karena melihat perubahan ekspresi Gara.
Lalu Gara menyuruh Letta untuk beristirahat karena sudah malam.
Saat tengah malam, tiba-tiba Letta berteriak dengan keringat yang membasahi tubuhnya.
"ng-gak.. gue mohon berhenti" teriak Letta.
"udah gue mohon.. sakit" Letta terus berteriak sampai Gara terbangun dari tidurnya.
Gara menghampiri Letta yang sedang berteriak tadi.
Gara kaget saat Letta tiba-tiba berteriak.
"hey.. sayang kenapa?" Gara berusaha membangunkan Letta tetapi Letta masih belum bangun.
Gara menepuk pelan pipi Letta dengan lembut.
Perlahan Letta bangun dan langsung memeluk Letta.
Letta mengatur nafasnya yang tidak beraturan.
Entah mengapa Letta bisa mermimpi seperti itu. Bermimpi seolah-olah dirinya kembali disiksa oleh Angel.
Letta masih menangis dipelukan Gara dan Gara yang terus mengelus punggung Letta.
"udah.. udah gakpapa. Sekarang ada aku, kamu gak usah takut iya" ucap Gara.
"Angel siksa aku lagi sayang" adu Letta kepada Gara.
"nggak, kamu cuman mimpi.. Angel kan udah dipenjara, gak mungkin dia bisa keluar" jelas Gara.
"Angel yang siksa aku lagi" Letta tetus berkata seperti itu.
Gara yang melihat itu pun merasa sakit. Dia merasa tidak becus menjaga Letta sampai keadaan Letta yang seperti ini.
"dia siksa aku" Letta berkata lagi seperti itu membuat Gara semakin khawatir.
Lalu Gara memanggil dokter supaya bisa dicek keadaannya.
Lima menit kemudian dokter Radit pun datang dengan satu suster yang mengikutinya dari belakang.
"dok kok dia tiba-tiba mimpi seolah-olah dia disiksa lagi ya?" tanya Gara.
"apakah sering terjadi apa baru-baru ini?" Radit kembali bertanya.
"baru ini dok, dia tiba-tiba ketakutan terus teriak minta berhenti dan dia bilang dia disiksa" jelas Gara.
Lalu dokter Radit mengecek kembali keadaan Letta.
"sepertinya Letta mengalami trauma dengan kejadian tersebut" ucap Radit.
"trauma?" Gara bertanya kembali.
"iya trauma. Hal itu bisa terjadi jika seseorang yang pernah mengalami kejadian yang sangat menyakitnya yang membuat seseorang mengalami ketakutan yang berlebih" jelas Radit.
"mungkin untuk mengetahui lebih lanjut lagi, anda bisa tanyakan kepada psikiater" lanjut Radit.
"baiklah.. tapi untuk saat ini apa yang bisa saya lakukan?" tanya Gara.
"mungkin untuk saat ini saya akan beri dia obat penenang untuk sementara agar dia bisa beristirahat" ucap Radit.
Lalu dokter Radit menyuntikkan Benzodiazepine kepada Letta.
Benzodiazepine adalah golongan obat penenang atau sedatif yang dapat digunakan dalam pengobatan gangguan kecemasan, serangan panik, kaku otot, insomnia, kejang, status epileptikus, atau sindrom putus alkohol.
_________________
bapau
jangan lupa komen, vote sama share iyaa
babaiii
KAMU SEDANG MEMBACA
AngSa (END) ✔️
Teen FictionKisah seorang gadis yang tiba-tiba diklaim oleh seseorang yang tidak dia kenal. Pertemuan pertama mereka pada saat gadis tersebut hampir mengalami kecelakaan tetapi diselamatkan oleh seorang laki-laki yang di perkirakan seumur dengannya dan berada d...