Bab 53 Durja sang Pendosa

251 23 3
                                    

Dunia penuh dengan kebetulan, itu kata orang. Ataukah sebenarnya kebetulan itu adalah takdir yang disulam oleh sang Pencipta? Yang dirangkai sedemikian rupa sehingga manusia fana tidak menyadarinya. Semua kebetulan itu bagaikan dua sisi mata uang. Beberapa kebetulan menjelma menjadi sebuah keberuntungan bagi seseorang. Dan bagi yang lain sayangnya adalah sebuah tragedi. Tragedi yang kelak akan menghadirkan renjana duka bagi seorang wanita bernama Kirana.

Cahaya matahari lembut menusuk atap rumbia yang berlubang. Menimpa wajah Kirana yang terlihat sayu. Nampak semburat merah di pipinya yang putih bersih. Cahaya mentari lalu jatuh di bibir nya yang berearna merah jambu, nampak ranum dan penuh kehangatan, badan kirana panas dingin namun bukan karena sakit demam. Sebaliknya, lengkungan warna merah jambu terukir jelas dibawah hidung yang mancung. Semua perasaan bercampur jadi satu. Malu, cemas, takut, senang semua ia rasakan. Yang jelas saat ini ia merasa sebagai wanita yang paling bahagia di dunia.

Diantara rambut yang terurai, dan sepasang netra masih terbungkus kain hitam, Kirana menunggu sentuhan selanjutnya dari laki-laki itu. Jantungnya masih berdegup kencang, merasakan sensasi aneh yang baru pertama ia rasakan dalam hidup. Rasanya menggelenyar dari kepala sampai ke ujung kaki. Ia berharap waktu tidak berjalan begitu saja.

Karena saat ini seluruh jiwa dan raganya telah ia serahkan sepenuhnya pada Larantuka. Dan ia tak menyesal sedikitpun saat kesuciannya direnggut oleh suaminya. Terlebih mereka telah bertukar sesuatu yang teramat berharga, yaitu kesucian tubuh yang menyimbolkan kepercayaan terhadap belahan jiwa, setidaknya bagi Kirana. Kini tidak ada keraguan lagi yang tersisa dalam hati wanita muda itu, Larantuka sudah menjadi tujuan utama dalam hidup Kirana, tidak ada yang lain, dan akan selalu menjadi pelabuhan yang terakhir baginya.

Bila awal perjumpaan dengan Larantuka menjadi sebuah takdir manis bagi Kirana maka ada kebetulan lain yang menjadi tragedi. Dan tragedi itu mengejawantah dalam sosok yang berdiri di dekat Kirana.

Sosok itu bergeming walau Kirana memanggil namanya dengan lembut berkali-kali. Seakan-akan bisikan itu sirna begitu saja terbawa angin.

Sederhana, karena Larantuka bukanlah nama sosok lelaki itu. Ya, Lelaki itu ternyata bukanlah pemuda yang ada dalam pikiran Kirana.

Bulan Putih, lelaki berwajah tampan dan berkulit putih dari Kalingga itu nampak memandangi tubuh polos yang meringkuk di dekat kakinya. Bibirnya yang tipis tak hentinya menyungging seringai. Badan Kirana yang ramping nampak terlihat lebih kecil dengan baju yang sudah ia buat berantakan.

Ia merasa puas.

Kedua orang ini mencapai kepuasannya namun dengan tujuan yang jauh berbeda. Kirana puas karena merasa telah melengkapi perannya sebagai seorang istri, sedangkan BulanPutih puas telah melaksanakan hasrat bejatnya untuk membalas dendam.

Balas dendam, itulah yang terpikir dalam otaknya saat ia melihat gerak gerik aneh Kirana di sebuah pondok kecil. Awalnya ia hendak pergi ke KarangSetra untuk memata-matai musuh dengan melewati hutan belantara yang gelap, hingga matanya menangkap sebuah titik cahaya yang samar di kejauhan.

Dan benar dugaannya, bahwa Kirana tengah merawat Larantuka yang sedang terluka. Iapun terbakar api kesumat untuk membalas penghinaan pasangan itu terhadap dirinya. Dengan sabar ia menunggu diantara semak-semak untuk menunggu saat yang tepat untuk bertindak.

Saat Larantuka pergi, BulanPutih segera menyelinap masuk untuk memeriksa keadaan didalamnya. Tak disangka ia melihat Kirana tergeletak tak berdaya dihadapannya.

Dewi tujuh mustika yang termahsyur terbujur kaku dilantai. Bukan main!

Ia bagaikan menemukan durian runtuh. Sebenarnya ia bisa dengan mudah melepaskan totokan Kirana. Setidaknya untuk mendapatkan rasa terimakasih atau hutang budi dari sang majikan Benteng Hitam. Dengan begitu ia bisa lebih mudah mendekati gadis ini dan merebut hatinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Larantuka si Pendekar Cacat Pembasmi Iblis episode : Maut Di KarangSetraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang