DUA PULUH DUA

3.2K 94 2
                                    

Dira sudah menunggu lama di halaman kampus, namun tidak ada bayangan mobil Gus Ali menjeput nya, dira menatap hp nya lobet padahal mawar sudah menawarkan ikut dia pulang bereng.

Dira menatap awan yang berubah menjadi hitam, angin mulai menerpa kulit wajah cantik nya.

Sudah dua jam Dira menunggu di sini.
Jalan dari kampus kerumah nya sangat jauh kalau naik angkot pun uang nya tidak cukup.

Akhir nya Dira memutuskan untuk berjalan kaki,mungkin saja Gus Ali sibuk Dengan perkerjan nya atau menemani jihan pikir nya.

Dira berjalan sendiri, hujan mulai turun ia mempercepat langkah nya untuk berteduh di halte dekat persimpangan.

Ia memejam kan mata nya, tiba-tiba mobil berwarna hitam berhenti.
Dira membuka mata nya melihat mobil tersebut, pintu mobil terbuka ternyata ayah nya, Ahmad berlari membwa kan payung ke arah Dira.
Dira tersenyum melihat ayah nya dari jauh mendekati nya.

"Dira kanapa kamu di sini nak?mana ali"tanya Ahmad khawatir melihat wajah Dira sangat pucat.

"Dira nunggu mas Ali di sini, mungkin beberapa menit lagi mas Ali datang"bohong dira.

"Ikut ayah saja nak, ayah takut kamu sendirian di sini menunggu Ali datang"





Di rumah, Gus Ali marah besar ia menghempaskan semua barang yang ada di kamar Jihan sedangkan Jihan menunduk takut.

"Kamu kira kamu bahagia mas"ucap Jihan terisak

"SUDAHHH SAYAAAA KATAKANNN, SAYAAAA TIDAKK MENCINTAIII MU JIHANNNN!! BAGAIMANA KALAU DIRA TAU KALAU KITA..."Gus Ali menjeda ucapan nya

"Dira tidak mungkin marah mass, sedangkan kita berhak melakukan itu"ucap Jihan lemah

Gus Ali menatap Jihan dingin ia mencengkram erat tangan Dira.

"KAMU PENYEBAB SEMUA INIII KAMU HARUS SADAR DIRI JIHANNNN"ucap Gus Ali menekan kan ucapan nya.

"Aku juga mau di cintai mass, aku ingin seperti Dira,kamu seorang guss kamu tau arti adil dalam rumah tangga"ucap Jihan terisak menatap Gus ali.

"Tapi saya tidak mencintai kamu sampai kapanpun, dan kamu hanya sebagai PENGHANCUR DALAM RUMAH TANGGA SAYA"ucap Gus Ali meninggi.



Dira meminta Ahmad di antarkan di depan komplek saja, namun Ahmad tetap mengantarkan Dira sampai rumah nya, walau hujan sudah teduh tapi ia sangat khawatir melihat Dira kondisi seperti ini.

Dira sudh sampai di depan rumah nya, Ahmad yang tadi nya ingin berhenti sebentar di rumah Dira namun niat nya ia urung kan kerna Sarah menelpon nya.

Dira bersyukur ayah nya tidak jadi kerumah nya, jangan sampai secepat ini orang tua nya tau kalau suami nya mempoligami dira.

Dira mengetuk pintu rumah nya namun tidak ada sahutan dari dalam, Dira memegang gangang pintu ruang tamu ternyata tidak terkunci.

Dira masuk sambil mengucapkan salam namun tidak ada sahutan, Dira berjalan ke dalam rumah nya yang sepi, asuara benda jatuh dan suara suami nya yang menggelegar berteriak menyebut nama jihan, Dira berjalan dengan tergesa -gesa ke arah suara yang berasal dari kamar Jihan.

Dira terhenti di depan kamar Jihan, ia melihat Gus Ali duduk di tepi ranjang sambil memegangi kepala nya sedangkan Jihan terduduk terisak.

"Masssss...."ucap Dira pelan

Gus Ali menatap dira dan Jihan menoleh ke arah dira yang berdiri kebingungan, Dira menatap lantai yang berserakan bantal dan benda-benda kamar Jihan.

"Kenapa semua ini berantakan?"tanya Dira lagi.

Jihan berdiri menghampiri Dira dan memeluk tubuh Dira sambil menangis, Dira yang di peluk bingung kenapa Jihan seperti ini.

"Jihan mas ali marah sama aku.... Padahal aku hanya meminta hak aku sebagai istri walau cara nya salah"ucap Jihan dalam pelukan dira.

Dira melepaskan pelukan Jihan, ia menatap Jihan dengan wajah nya yang sembab.

"maksud kamu.."ucap Dira tidak mengerti

"Aku memang salah diraaa, aku memang bodohhh.... Tapi salah kah aku meminta sesuatu hak suami istri kepada Gus Ali, aku juga ingin mempunyai anak dari suami ku Gus Ali... Tapi sebagaimana Gus Ali tidak ada hasrat dengan ku dan aku berencana aku memasukkan obat ke air minum Gus ali" ucap Jihan tertunduk terisak

"Terus..."ucap Dira menahan sesak nya

"Kami melakukan ituuuuu.... Tapi Gus ali menyebut nama mu bukan nama ku Diraaaaa"teriak Jihan frustasi.

Dira terdiam kaku, pikiran nya sangat kacau hati nya hancur berkeping-keping Dira manatap Gus Ali yang duduk di pinggir ranjang dengan menatap lantai dari raut Gus Ali ia sangat bersalah.

Dira tidak kuat sebagimana pun ia tidak rela suami nya melakukan itu kepada wanita lain walau wanita itu istri nya juga, air mata dira menetes cobaan apa lagi ini yang Allah berikan kepada rumah tangga nya, rasa sakit kecewa sedangkan ia sedang mengandung anak pertama, bagaimana juga kalau Jihan hamil juga.

"Kamu gila Jihan, Gus Ali tidak mencintai kamu bagaimana ia ingin menyentuh kamu"ucap dira

"JADI KAMU NYALAH KAN AKUUUUU, KAMU YANG GILA DIRA.... KAMU YANG MENYETUJUI AKU MENIKAH DAN GUS ALII TAPI KENAPA KAMU TIDAK TERIMA AKU MEMINTA SEPERTI ITUUUU.... AKU JUGA INGIN SEPERTI KAMUUU"pekik jihan

"Aku menyetujui kamu menikah dengan Gus ali kerna aku kasian sama kamu, kamu terlalu egois sampai lupa diri ingin mengakhiri hidup seperti itu,drama gila lagi yang kamu main kan haa"tanya Dira meremahkan jihan.

"Hidup mu terlalu ribet, ingin di cintai namun tidak di cintai, seorang wanita bukan di mengejar tapi di kejar jangan seperti tipikal wanita yang murah dari plastik"

Jihan mengepalkan tangan nya marah ia di samakan Dira dengan plastik murahan
Mata menatap kebencian dari Dira.

"Saya bukan wanita murahan, saya adalah wanita paham agama bukan seperti kamu Dira"ucap Jihan marah

"Saya memang wanita bukan seperti kamu jihan kamu Memang paham agama, TAPI KENAPA KAMU MENGHANCURKAN RUMAH TANGGA ORANG? ADAB MU TERLALU RENDAH, KAMU LEBIH MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI"ucap Dira tajam

Plakkkkk

Pipi dira tiba-tiba merah tamparan yang kuat dari jihan, Gus Ali segera berdiri dan menarik tangan Jihan ia membawa Jihan keluar dari kamar nya.

Jihan kesakitan ketika tangan nya di cengkram kuat oleh Gus Ali, ia menyimbangi jalan Gus Ali yang sangat cepat.

Nadira dan Gus Ali (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang