Pukul tiga pagi dira di kejutkan kabar bahwa Aisya masuk rumah sakit ia segera menjenguk kerumah sakit Ahmad dan Sarah pun ikut serta ikut.Dira berjalan agak lambat kerna kehamilan nya sudah memasuki sembilan bulan mungkin hanya hitungan hari kehadiran buah hati yang berjenis kelamin laki-laki itu akan mewarnai hidup Dira.
Disana sudah ada orang tua nya Aisya Farid dan di kejutkan lagi kehadiran Gus Ali dan Jihan.
Dira berdoa semoga saja bunda nya tidak melakukan hal dugaan nya nya hati nya sakit manatap Gus Ali manatap nya kaku dari raut wajah Gus Ali terdapat penuh penyesalan.
Dira memeluk tubuh umi Fatimah ibu dari aisya tangis beliau pecah di pelukan dira begitu dekat nya Dira dan umi Fatimah sebagaimana anak dan ibu.
"Aisya saat menunaikan shalat malam tiba-tiba pingsan dan banyak mengeluarkan darah di hidung nya"ucap Farid dengan nada lesu.
Aisya tertegun mungkin kah ia akan kehilangan sahabat yang ia anggap sebagai kakak nya sendiri mata Dira berkaca-kaca mendengar kata penyakit itu sudah merambat ke tubuh Aisya hanya doa yang bisa menyelamatkan nya.
Satu jam lebih mereka menunggu hasil dari dokter dira manatap Gus Ali dari ujung mata nya yang sedang manatap dira tidak ada suara antara mereka Dira begitu kesal dengan Jihan yang minta pulang terus.
Sarah dan Ahmad sudah dulu pulang kerna sudah masuk waktu kerja Dira tidak akan pulang sebelum kondisi Aisya baik.
Satu pesan masuk dari Puri kening Dira menyerit bingung puri mengirim sebuah foto mata nya tertuju pada gambar Jihan dan seorang laki-laki yang tidak Dira kenali.
"Ibuu saya ijin pamit pulang nanti kalau ada kabar baru tolong hubungi saya" pamit Gus Ali kepada umi Fatimah.
" Maksih nak Ali sudah kesini"mata umi Fatimah beralih menatap Jihan dan tersenyum.
"ini istri nya ya Masya Allah"puji umi fatimah.
Jihan tersenyum mengiyakan pertanyaan dari umi Fatimah sedangkan Gus ali tertegun kaku.
Dira menahan sesak rasa sakitia memahami kalau umi fatimah tidak tahu hubungann antara dia dan Gus Ali kerna Aisya tidak sempat menceritakan nya mungkin.
Setelah Gus Ali dan Jihan pulang Farid datang dengan membawa kan nasi kotak dan buah-buahan segar Farid memberikan nasi kotak itu kepada dira dan kepada ibu mertua nya itu.
Ia melihat sekeliling ruang tunggu mencari seseorang.
"Dabir tidak kesini mi?"tanya Farid kepada umi fatimah.
Umi fatimah menghela nafas nya panjang mata nya terlihat sedih Farid mendudukkan tubuh nya di samping umi Salwa ia sangat bersalah dengan pertanyaan ini.
"Maaf kan Farid umi, Farid tidak bermaksud untuk apa-apa"
"Tak apa nak, umi agak kecewa dengan dabir padahal sudah di hubungi tapi tetap saja tidak ingin menemui Aisya"
Dira hanya mendengar kan percakapan mereka dan memahami.
🌷🌷🌷
"Berarti nama adek nya Aisya adalah dabir, lalu kenapa ia tidak ingin menemui Aisya padahal Aisya adalah kakak kandung?" Tanya Dira.
Dira dan Farid berada di taman rumah sakit, kerna Dira bersiatif menginap menemani umi fatimah.
"Dulu dabir Memang tinggal di rumah umi namun setelah umi bercerai dengan aba keuangan umi semakin menurun sedangkan Aisya masih kuliah umi banting tulang mancari nafkah beliau tidak ingin merepotkan Aisya dan dabir kerna masa depan Aisya dan dabir adalah tanggung jawab umi, aba pun tau kalau keuangan umi semakin sulit aba langsung membiayai kuliah Aisya dan dabir di pesantren kan di pesantren teman aba saat itu umi tinggal berdua bersama Aisya dan dabir jarang sekali pulang mungkin dabir pulang hanya ingin meminta uang saja"
"Hmmm kasian umi, pasti umi rindu dengan dabir emang boleh tau dabir pesantren di mana?"tanya Dira menatap Farid
"Aisya bilang di ridayul Huda"
Dira menyeritkan kening nya ridayul Huda kan pesantren milik dari ayah nya Jihan, Dira masih tertegun.
"Knp dir?,kamu tau pesantren nya"
"Ituu kan pesantren nya milik orangtua nya Jihan" ucap dira memastikan ingatan nya.
Farid sedikit tidak menyangka bahwa adik ipar nya mondok di sana, tiba-tiba Farid teringat dengan kata-kata Aisya ingin menjodoh kan dia dan dira.
Ia tidak bisa memaksa kehendak Aisya ia sangat mencintai Aisya ia juga percaya kalau Aisya akan sembuh.
🌷🌷🌷
"Apah minjem duit sepuluh juta!!"kaget Jihan.
"Kamu kira aku ATM?"
"Plis Jihan aku perlu uang itu besok pagi plis transfer malam ini juga " paksa dabir dari telepon.
" Bir aku tau kamu perlu banget tapi uang tabungan aku tinggal lima juta doang mana buat aku belanja nanti"sahut jihan
"Aku takut sama taruhan ini kalau aku gak bisa bayar aku akan di masukkin ke penjara Jihan!"
Jihan langsung memutus telpon nya ia begitu lelah untuk berdebat ia merebahkan tubuh nya,sedangkan di balik pintu ada Gus Ali menatap curiga ke arah Jihan.
Gus Ali langsung masuk ke kamar Jihan tanpa mengetuk pintu bibir nya membentuk senyuman yang indah sedangkan Jihan terkejut kehadiran Gus ali tumben sekali Gus Ali masuk kekamar nya.
Walau Gus Ali dan Jihan satu rumah tanpa ada nya dira gus Ali tidak pernah satu ranjang dengan Jihan kerna ia niat Gus Ali baik dengan Jihan adalah berpura pura agar dira sakit hati melihat nya.
"Ada apa mas?"tanya jihan bangun dari rebahan nya.
"mas mau tidur di sini boleh?"
Mata Jihan terbelalak ketika mandangar ucapan Gus Ali ia tidak percaya apakah ini sebuah mimpi.
"B-bolehh mas"
Gus Ali langsung mamatikan lampu kamar begitu gelap gulita hanya penerangan dari lampu hias di samping tubuh Gus Ali, ia merebah kan tubuh nya di samping jihan mata Gus Ali tertuju pada smartphone Jihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadira dan Gus Ali (TAHAP REVISI)
Teen Fiction"apakah kamu menyesal menikahi aku mas."ucap dira menangis di hadapan ali. "Aku tidak menyesal sama sakali menikahi mu bidadariku,tolong jangan tinggal kan aku."ucap ali memeluk erat dira. "Ceraikan aku mas."ucap dira manjauhkan dirinya kepada! Gus...