TIGA PULUH TUJUH

3.3K 124 13
                                    


Sudah tiga hari ini Aisya di rawat di rumah sakit namun keadaan nya kian memburuk, tubuh kurus dan rambut Aisya rontok mata nya menatap Dira yang membersihkan tubuh aisya dengan tisu basah.

"Diraaa...."lirih Aisya memegang tangan Dira yang sedang melap tangan nya.

"kamu mau apa minum ya?"tanya Dira insiatif

"Gakk kok dir makasih ya sudah nemenin aku kalau kamu capek kamu bisa pulang kok harus nya kamu di rumah aj kerna kan mau lahiran"

Nadira tersenyum ia menduduk kan tubuh nya di samping ranjang Aisya, walau kadang perut ny kontraksi terus tapi ia tetap akan di sini menemani aisya.

"Kalau aku lahiran nanti tinggal ke ruang bersalin gak perlu repot- repot dari rumah lagi" ucap Dira sambil terkekeh.

Aisya tersenyum hati nya begitu bahagia di kelilingi orang-orang baik ingatan nya kembali pada saat di mana ia akan menjodoh kan Dira dan mas farid.

Mungkin ia tidak berani untuk mengucap kan secara langsung ia tidak mau mendengar penolakan dari dira.


🌷🌷🌷



"Dabirrr..."teriak seorang wanita berjalan menghampiri nya.

"Nakk, temui kakak mu dia sedang sakit nakk" ucap umi fatimah memohon mohon.

Dabir tersenyum menatap sang umi yang penuh harap dengan kehadiran nya.

"Dabir mau kok nemuin kaka, tapi dengan satu syarat dabir perlu uang 10 juta sekarang juga!!"

"Dabir istigfar nak kaka kamu sedang berjuang dengan penyakit nya ia sangat berharap kamu bisa menemuinya"

Fatimah begitu sedih dengan sifat dabir sekarang wajah nya memasang wajah kecewa.

Dira dan Farid menemui umi bersama dabir di halaman rumah sakit rahang Farid mengeras ketika melihat umi nya sedih.

Sedangkan Dira menatap wajah dabir yang tidak asing bagi nya pikiran nya mengingat-ingat bukan kah itu foto di rumah aisya dan foto dari Puri?
Batin dira bergemuruh dengan tanya-tanya.

"Ternyata kamu berani meminta uang seperti ini lagi?"tanya Farid manatap dabir.

"Salah kah aku meminta uang kepada ibu ku sendiri? Apa urusan kamu dengan aku kamu tidak berhak sama sekali melarang aku" jawab dabir.

Farid terdiam mata dabir melirik dira dan tersenyum manatap Farid kembali.

"Ooh ini perempuan yang mengantikan Kaka aisya nanti?" Tanya dabir tertawa lepas.

"Jaga ucapan kamuuu"tunjuk farid Manahan sabar nya kalau saja ini bukan tempat umum pasti saja ia ingin menghajar dabir.

Gus Ali manatap semua orang yang sedang bicara serius Gus Ali menghampiri dengan tergesa-gesa.

Jihan dengan tatapan ketakutan tat kala melihat dabir di sana ia sudah memohon mohon agar tidak menghampiri mereka dengan alasan perut nya sakit tapi Gus ali menggenggam kuat tangan Jihan agar tetap menghampiri mereka.

"Ada apa ini?"tanya Gus Ali cepat.

Dabir menatap Jihan sedangkan Jihan di tatap mengalihkan pandangannya tidak kenal.

Nadira dan Gus Ali (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang