DUA PULUH LIMA

3.7K 119 8
                                    

Kyai Hamid menghembuskan nafas kasar ia menatap wajah ahmad sulit di artikan yang jelas rasa kecewa dalam diri nya.

Sarah menangis melihat ujian dari anak nya seorang istri merelakan suami nya menikah lagi itu adalah hal yang sangat berat.

Di tambah ia semakin marah mendengar penjelasan tentang pernikahan terpaksa Gus Ali dan Jihan.

Umi Salwa hanya diamini memang salah harus nya bukan perasaan Jihan tapi perasaan dira sebagai istri pertama putra mereka harus di hargai.

"Saya mauu Dira dan Gus Ali ceraii"jawab Sarah menatap Gus Ali tertunduk lesu.

Gus Ali semakin sakit mendengar ucapan ibu mertua nya itu, kenapa Sarah begitu berniat ingin memisahkan nya dengan Dira.

"Sudah Sarah istgfarrrr"ucap Ahmad menenangkan istri nya itu.

"Masss.. anak kita di lakukan seperti ini, aku tidak terima masss"ucap Sarah menatap suami nya air mata nya terus menetes.

"Kita bisa ngomong baik-baik jangan memperburuk keadaan"

Sarah terdiam, ia menatap Gus Ali dan Jihan dengan rasa kebencian.

"Bagaimana Hamid, ini pilihan kalian semua apakah Gus Ali harus rela meninggalkan Dira atau meninggalkan Jihan"ucap Ahmad menatap kyai Hamid

"Serahkan itu kepada Ali Ahmad kami hanya ingin berniat membantu Jihan agar tidak melakukan hal itu di pesantren kami"ucap kyai Hamid

"Aku gak mau bercerai sama mas Ali"sahut Jihan.

"Maksud kamu apaaaaaaaa, kamu sadar dirii kamu di nikahkan kerna paksaan"ucap Sarah murka.

"Apapun itu aku gak akann mau, silahkan kalian misah kan mas Ali sama Dira"

Sarah geleng-gelang melihat Jihan ingin sekali ia menampar mulut Jihan itu.

"JIHANNN JAGA MULUT KAMU!!!"pekik Gus Ali.

Jihan menahan sesak ia menatap Gus Ali
Air mata nya keluar tanda rasa sakit menyayat hati.

"KITA GAK AKAN BERCERAI MASSS, KERNA AKU HAMIL ANAK KAMUUU!!!!" Tangis Jihan.

Semua tercengang mendengar suara Jihan bergetar.

"Kamu.... jangan pernah bohong masalah ini!"tunjuk Sarah ke wajah jihan.

Jihan berdiri sambil menatap Sarah, ia mengeluarkan sebuah benda kecil sambil menunjuk kan kehadapan sarah.

Mata sarah melotot melihat benda yang bergaris dua yang berarti Jihan positif hamil.

"Aku tidak akan pernah BERCERAI dengan MAS ALIII PAHAMMMMM!!ucap jihan menekan kan perkataan nya.

Gus Ali mematung ia tak habis pikir, kepala nya tiba-tiba sangat sakit, ia mengelang frustasi sambil memejamkan mata nya.

"Pergi dari sini!!"ucap Sarah murka.

"Jangan pernah mendekati anak saya atau berniat ingin menjumpai nyaa"

"Dan setelah cucu kami lahir, Dira dan Ali sudah resmi BERCERAI"putus sarah

_______________

Jihan menatap gus Ali termenung di depan cermin, sudah dua hari Gus Ali tidak bertemu dengan Dira rasa rindu begitu kuat ingin sekali ia menumpahkan rasa kerinduan nya, ingin sekali ingin bertemu tapi mana mungkin.

Jihan berdiri membwa makanan yang sudah siap untuk gus Ali, sudah dua hari Gus Ali tidak karuan untuk makan.

Dan sudah dua hari ini juga Gus Ali mendiam kan Jihan, Jihan tidak sanggup seperti ini, hari kah ia pergi sebentar kerumah orang tua nya.

Tapi bagaimana tanggapan Abi dan umi nya ketika melihat rumah tangga ia dan Gus Ali yang tidak baik-baik saja.

"Mass ini makan"ucap Jihan dari belakang menatap Gus ali.

Tidak ada jawaban dari Gus Ali ia hanya terdiam melihat wajah nya dari cermin uang sungguh tidak terawat, rambut mulai panjang, kelopak mata nya sedikit berwarna kehitaman dan tidak berdaya.

"Secinta itu kah kamu dengan dira mass" ucap Jihan dalam hati.

"Kamu pergi dari sini, aku muak melihat kamu di sini"ucap Gus Ali menatap masih datar.

Jihan melangkah meninggal kan Gus Ali ketika di ambang pintu Jihan terhenti.

"Aku dan anak kita perlu kamu mas, jangan berlama-lama seperti ini"ucap Jihan melanjutkan langkah nya menuju kedapur

Gus Ali mendengar itu frustasi ia menghempaskan barang yang ada di depan nya, ia tidak suka mendengar kata anak dari ucapan Jihan, ia tidak percaya bahwa itu adalah darah daging nya.

Bagi nya anak nya ada di kandungan Dira, bukan di kandungan wanita lain.
Cukup bagi nya teriksa seperti ini, apakah waktu bisa di ulang, ia ingin bahagia bersama Dira.

"Aku juga korbann...."lirih Gus ali.

_____________

Dira mengupas buah mangga muda, kenapa ia sangat menyukai buah ini semenjak hamil, Nabila tak henti henti nya menggelengkan kepala nya melihat tingkah Dira memakan bigi mangga muda itu.

Rasa nyilu melihat wajah Dira yang tak berasa kecut.

"Sudah plis Nadira aku gak kuat liat kamu gugutin bigi nya terus"ucap nabila tidak tahan.

"Gak usah di liatin"

"Hari ini mangga muda, besok apa lagi ngidam nya"tanya nabila begitu sabar

"Emm... Besok kita ngebakso yukk" ajak dira sambil mengelus-elus perut nya yang sedikit buncit.

"Aaa iyaaa aku juga mauuu, eh tunggu aku mau ngambil hp aku di kamar"

Nabila berjalan manuju kamar, Dira sendiri sembil memakan mangga muda yang di beli Nabila tadi.

Tiba-riba ia teringat dengan keadaan Gus Ali, tapi ia tidak begitu memikirkan itu
Bagi nya kasehatan anak nya adalah nomor satu walau rasa rindu pada suami tiap hari semakin bertambah.

Dira tau Jihan mengandung anak dari Gus Ali, rasa sakit itu pasti tapi ia mencoba memikirkan lebih penting kesehatan nya dan anak dalam kandungan nya.

Ia sudah terbiasa jauh dari Gus Ali, dan ia sudah bulat setelah ia melahirkan ia akan bercerai dengan Gus Ali.

"Ini jalan terbaik, mungkin takdir kita berpisah mass ....nanti anak kita sudah lahir aku akan merawat anak kita dengan penuh kasih sayang seperti kamu menyayangi ku"ucap dira menatap perut nya.

"Aku tetap merindukan mu mas semoga kamu merindukan ku juga....."

Nadira dan Gus Ali (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang