DUA PULUH SEMBILAN

3K 81 1
                                    

Dira terdiam sambil menatap jendela yang terpagar kayu mata nya tak henti mengeluarkan air mata yang membasahi pipi nya malam yang gelap hanya penerangan lentera  yang terpasang di sudut- sudut dinding.

Ia memeluk tubuh nya dingin ia menatap karak nasi yang di bungkusi daun pisang sebagai pengganti piring.

Dira tak tau ia di mana tiba-tiba ia terbangun di tempat ini, tas nya juga tidak ada apakah si embun mengambil dan merencanakan semua ini.

"Mass aliiii" lirih dira.

Ia merebahkan tubuh nya di tumpukan jerami yang di tutupi kain lusuh, Dira mengusap perut nya yang mulai kelaparan,  dira mencoba untuk tidur namun nihil mata nya tetap terjaga ia terisak pilu meratapi nasib nya.


🌷🌷🌷

Sinar matahari mulai nampak menyinari semesta tampak gus Ali sudah bersiap pergi kerumah Ahmad mertua nya hari ini Gus Ali akan mencari Dira dan di bantu polisi Gus Ali mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi ia tidak sabar lagi ingin menemukan kekasih hati nya, mata yang lelah sebab tidak tidur bukan masalah besar nya.

Sedangkan Jihan di titip kan di pesantren Al hikmah kerna kondisi takut ia akan kelelahan,setelah sampai di perkarangan rumah Ahmad Gus Ali langsung mengetuk pintu yang sedikit terbuka, di sana di lihat nya abi dan ayah mertua nya sedang berbincang serius.

"Ali bagaimana dengan perkembangan dengan pihak kepolisian? Apakah ada perkembangan"tanya Ahmad menatap Ali ikut bergabung

"Pihak kepolisian belum menemukan dira namun ada titik terang di mana terakhir mobil itu pergi" ucap Gus Ali

"Seperti nya sekarang kita harus pergi ketempat itu"ucap ahmad


🌷🌷🌷

Dira memakan karak nasi dengan tangisan ia mencoba melahap makanan itu dengan seaada nya dira tetap memakan perut nya sangat lapar ia takut kehamilan nya terganggu kerna ia tidak makan.

Dira meneguk air botol sampai tandas, ia membaringkan tubuh nya lelah
Ia memikirkan bagaimana ia akan kabur dari sini ia mengintip celah jendela kaca yang di Pagari dengan kayu.

Saat Dira ingin mencabut kayu tiba-tiba pintu terbuka ia sangat terkejut ternyata pelaku nya adalah kenzoo.

Kenzo tersenyum licik menatap dira, dan masuk menatap Dira dengan penuh amarah

"Mau kemana sayanggg?mau kabur emmm"tanya Kenzo mendekati Dira

"aku gak nyangka kamu Setega ini sama akuu"ucap dira tidak percaya

"Guee orang nya Baik dir, tapi kerna Lo yang udah nyakitin gueee,guee akan gak akan diam!!"

"Ini semua takdir"

"GUE TIDAK PERCAYA SAMA SEKALI DENGAN TAKDIR!!!!!dan elo turutin apa  yang gue ingin kan"tunjuk Kenzo menyentuh dagu dira.

Dira menangkis tangan kenzo jijik
"Aku gak akan pernah nurutin apa yang kamu mau"ucap Dira

"Loo sekarang berani sama gueee yaa?"ucap Kenzo

"Tentu, kerna kamu bukan siapa-siapa aku"

Mata Kenzo melotot menatap Dira, Kenzo  membuka tas yang ia bawa dan melemparkannya ke arah dira.

Dira menyeritkan kening nya bingung maksud dengan benda ini

"Guee mau malam besok kita bermain - main, Dann jangan lupa pakai baju ini yang sudah gue beliin mahal-mahal"ucap  kenzo

"Dasar iblis menyerupai manusiaaa"ucap Diraaaaa

Kenzo terdiam mendengar hinaan Dira ia langsung menampar pipi Dira keras sampai keluar darah dari samping bibir Dira

"Lo harus nya beruntung sama gueee kerna gue gak bunuh anak looo dirr, kerna gue manusia berhati malaikat"sombong kenzoo

"Dan Lo jangan macam-macam di depan ada anak buah gue ngejaga Lo, dan Lo tau kalau Lo katahuan kabur,anak Lo di dalam perut iu jadi imbas nya"

Dira hanya diam menatap Kenzo pergi dan menggembok pintu.

Mata nya menatap baju pemberian kenzo, mata nya mengeluarkan buliran air mata, ia berdoa semoga saja suami nya akan menemuinya

Gus Ali sampai di mana terakhir kali terekam cctv mobil embun membawa dira
Gus Ali turun dari mobil dan di iringi Ahmad dan kyai Hamid, terdapat warung kecil di pinggir jalan Gus Ali duduk dan memesan secangkir kopi kepada penjual warung itu.

"Silah kan duduk dulu mas"ucap bapak-bapak yang sedang membersikan piring kotor di atas meja.

"Mau pesan apa mass?"tanya seorang wanita paruh baya mungkin itu istri dari bapak tadi.

"Kopi susu bu tiga "jawab Gus Ali

"Siap mas"

"Gimana lagi Ali dimana lagi kita mancari Dira?"tanya Ahmad menelungkup kan kepala nya di meja.

"Kita harus bersabar, semoga saja Allah mempermudah kan masalah ini"ucap kyai Hamid menatap besan nya itu yang begitu lelah.

"Maaf atuh saya lancang emang mas- mas ini sedang mencari siapa?"tanya bapak penjaga warung.

"Istri saya di culik seseorang namun titik terakhir nya terekam di sini pak dan Disni hanya perkebunan dan hutan"ucap ali sedih.

"Oalah pak di sini jarang sekali ada orang lewat di sini hanya perkebunan dan hutan saja dan jalan nya pun rusak"

"Emang hari apa kejadian nya?"

"Dua hari lalu pak"ucap kyai Hamid .

"Dua hari lalu ada mobil putih berhenti di persimpangan hutan, gak berapa lama setelah itu ada yang datang  mobil hitam menuju kedalam hutan sana"ucap ibu manyahut percakapan mereka.

"Tunggu berarti ada rumah di dalam hutan sana?" Tanya ahmad

"Di sana tidak ada rumah tapi di dalam sana dekat danau ada gubuk besar"

"Berarti tidak ada orang pun di sana"tanya Gus Ali penasaran.

"Tentu mas nama nya juga hutan tapi saya lihat si beberapa hari ini kadang-kadang ada mobil itu-itu aja yang  lewat dan menuju ke arah hutan sana saya agak curiga juga sama suami saya"

"Tadi ada juga dua orang laki-laki tubuh nya agak besar lagi makan di sini saya lihat dari arah hutan sana"

"Berarti kita ada titik terang semoga saja itu  dira"ucap kyai Hamid.

Gus Ali berdiri namun langkah nya berhenti ketika tangan nya di tarik ahmad, Gus Ali menurut untuk duduk kembali.

"Jangan gegabah Ali sebaik nya kita cari tau dulu bagaimana cara kita menyelamatkan dira takut-takut mereka membawa senjata tajam dan melukai antara kita" ucap Ahmad

"Kita akan kembali lagi besok dan ini sebuah camera kecil" lanjut Ahmad.

"Pak saya mohon kerja bantuan nya kerna ini jalan satu-satu nya besok kami akan kesini lagi dan ini nomor telepon saya"

"Dengan senang hati atuh mas panggil saya saja akang Mimin dan istri saya teh nur"ucap akang Mimin memperkenalkan istri nya.

Mereka pun pulang dengan hati sedikit lega walau hati Gus Ali semakin tidak karuan kerna takut Dira di apa-apakan dengan mereka.

Nadira dan Gus Ali (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang