2. Hot News

1K 219 265
                                    

“Dikenal banyak orang itu tidak semudah yang orang katakan”
~Anindira Maheswara

“Terkenal dan banyak fans adalah suatu kebahagiaan yang tiada duanya”
~Alrescha Reyhan Ganendra

Dor!
Dor!
Dor!

Suara gedoran pintu terdengar nyaring di indra pendengaran Dira, siapa lagi pelakunya kalo bukan abang tercintanya. Dira mendongakkan kepalanya menatap jam wakernya di atas nakas yang menunjukkan pukul setengah tujuh.

“Aelah masih setengah tujuh,” gumam Dira.

Dira ingin menutup matanya kembali tapi nihil karena teriakan abangnya di depan pintu kamarnya. Dira terbiasa untuk bangun pagi dan berangkat sekolah lebih awal, tapi untuk kali ini apa ia boleh berangkat sedikit terlambat dari biasanya?

“Dek bangun! Hampir jam tujuh ini,” teriak Daniel.

“Masih hampir kan bang!” ucap Dira menutup matanya.

“Tumben nih bocah bangun telat, biasanya masih pagi udah heboh berangkat sekolah,” ucap Daniel pelan mendekati ranjang Dira.

Saat Dira ingin menarik selimutnya ada tangan kekar yang menarik lengannya sehingga ia terpaksa duduk di kasur queen size nya.

“Biasanya lo yang kasih hukuman ke anak-anak yang telat, jadi lo harus kasih contoh yang baik juga, bukan malah ikutan telat,” nasihat Daniel.

“Seragam lo biar gue yang siapin,” lanjutnya sembari menyeret Dira masuk kamar mandi.

Dira tidak masuk kamar mandi, ia  menunggu abangnya yang sedang mengambil seragamnya di dalam lemarinya. Ia khawatir jika abangnya mengambil salah satu barangnya tanpa izin, memang sudah kebiasaan mereka untuk bertukar baju yang sekiranya mereka suka.

“Tumben si kutu badak baiknya pakek banget,” ucap Dira yang tidak didengar Daniel.

“Nih seragam lo 15 menit gue rasa cukup buat lo siap-siap,” titah Daniel menyodorkan seragam milik Dira.

“Bawel, cepet sana keluar,” usir Dira.

Setelah Daniel benar-benar keluar dari kamar, Dira baru masuk kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya. Tidak membutuhkan waktu lama untuk Dira menyelesaikan ritual mandinya.

                            🍒🍒🍒

Suara dentingan sendok terdengar nyaring di ruang makan, seorang cowok dan dua pasangan paruh baya tengah sarapan bersama di ruang makan. Mereka selalu menyempatkan untuk sarapan bersama terlebih dahulu sebelum melakukan aktivitas masing-masing.

“Al nanti anterin Mama ke rumah calon mertua kamu ya,” pinta wanita paruh baya.

“Ngapain sih Ma?” tanya Alres malas.

Alres malas jika harus bertemu perempuan jutek itu apalagi kedua orang tuanya sering memanggilnya dengan sebutan calon mantu. Melihat wajah perempuan itu saja membuat Alres teringat dengan hukuman-hukuman yang pernah ia terima dari perempuan itu. Bukan trauma tapi justru membuat dirinya ingin mengulangi kesalahan yang sama, agar perempuan itu merasa bosan untuk menghukumnya.

“Mamah pengen ketemu calon besan, nanti sekalian kamu berangkatnya sama calon istri kamu,” ucap Rani sedikit menggoda Alres.

“Mama bisa gak sih jangan manggil dengan sebutan calon mantu, risih aku dengarnya,” protes Alres menekuk wajahnya.

“Alres, kamu harus nurut apa kata Mama kamu,” tegas papa Alres.

“Pokoknya mulai sekarang kamu berangkatnya harus bareng sama calon istri kamu!” tegas Rani.

ALRESCHA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang