36. Iya sayang

241 14 1
                                    

"Benar apa kata orang, cinta bisa tumbuh setelah pernikahan."


"Sumpah ya dari awal kita nikah itu nggak baik-baiknya sama sekali."

Dira yang mendengar ucapan Alres tiba-tiba diam membeku, seolah ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Melihat Dira tidak ada pergerakan membuat Alres sedikit menyesal mengatakan kalimat itu, karena seharusnya ia sadar pernikahan mereka tidak didasari oleh rasa saling cinta.

"Sorry, gue nggk-"

"Lo nggak salah."

"Gue tahu awalnya pernikahan ini tanpa rasa cinta, tapi semakin lama rasa itu udah hadir di hati gue," ucap Alres terdengar begitu tulus.

Tangan Alres menangkup kedua pipi Dira, seolah menyalurkan ketulusannya. Atensinya menyorot tepat di kedua bola mata Dira, entahlah apa yang akan dilakukan Alres selanjutnya. Perlakuannya sekarang saja sudah membuat jantung anak orang bekerja lebih cepat.

"Gue udah cinta sama lo, tapi apa lo juga cinta sama gue?" tanya Alres semakin mendekatkan wajahnya pada Dira, bahkan jarak mereka kurang dari satu senti.

Dira memejamkan kedua matanya, ia takut jika Alres akan berbuat sesuatu. "Minggir," lirihnya.

"Jawab dulu, nanti gue baru pergi."

Sialan. Napas Alres sangat terasa di indra penciuman Dira, dengan terpaksa Dira harus menahan napasnya agar tidak bertubrukan dengan Alres.

"Gimana, lo cinta sama gue nggak?" lanjut Alres terus memojokkana Dira dengan pertanyaannya.

"I-iya."

"Iya apa hmm?"

"Guecintasamalo," ucap Dira secepat kilat tanpa ada jeda.

Cup.

Tanpa pikir panjang Alres mengecup bibir Dira sekilas, mengambil dan memberi first kiss Dira tanpa ada izin. Entah ini hanya bercanda atau memang ia menginginkan hal itu. Karena Alres tetap lah Alres, cowok yang banyak tingkah hingga membuat orang lain naik darah.

"Napas, gue nggak mau lo mati sebelum-"

"Sebelum ada cebong di perut lo," lanjut Alres berbisik, lalu cowok itu sedikit menjauhkan wajahnya.

"Anj-" ucap Dira terpotong saat tangannya menyentuh bibir yang Alres cium tadi.

"Berani lo lanjutin kata itu, gue bikin sesak napas lo tujuh hari."

Ancaman itu keluar dari mulut Alres beserta tatapan tajam yang ia keluarkan saat bertarung melawan anak-anak motor sebelah.

Alres pikir rumah tangganya sudah berjalan cukup jauh, meski belum ada satu tahun. Tapi ia ingin memiliki rumah tangga yang berjalan normal seperti orang lain, rumah tangga yang penuh cinta dan juga kasih sayang. Alres ingin itu. Tapi ia juga sadar, ia masih sekolah dan tidak mungkin melakukan hal yang lebih jauh lagi.

Mungkin ia bisa melakukan hal lebih jauh saat sekolahnya sudah lulus.

"Itu first kiss gue," lirih Dira masih tidak bisa berpikir jernih dengan tindakan Alres yang begitu cepat dan tak terduga.

"Lebay."

"Woi, lo cowok jadi lo nggak mikir itu. Tapi gue cewek!"

"Wajar, gue suami lo. Semua yang ada di diri lo itu punya gue, dan yang di diri gue itu punya lo," balas Alres tanpa menatap Dira.

"Tapi harusnya lo izin dulu."

"Harus gitu suami izin dulu kalau mau cium istrinya?"

Alresialan. Dira dibuat membeku dengan ucapannya.

"Nggak bisa jawab kan?"

"Itu tadi juga first kiss gue, dan lo yang pertama," lanjut Alres menatap Dira sepenuhnya.

"Gue mau setelah ini hubungan kita lebih baik dan pastinya-"

"Lebih romantis," bisik Alres dengan smirknya.

Alres tidak ada hentinya terus menggoda Dira, bahkan kedua pipi Dira sudah memerah bak kepiting rebus. Cowok yang banyak tingkah ini berhasil membuat Dira cewek keras kepala luluh.

Apa katanya tadi, romantis?

Dira tidak munafik, ia juga ingin rumah tangganya berjalan lebih baik dan romantis. Tapi, tapi suaminya ini selalu membuatnya naik darah. Apalagi hobinya yang sering membuat anak orang babak belur, ya meski Alres sepenuhnya tidak bisa disalahkan, karena pada dasarnya musuhnya lah yang terlebih dahulu mencari masalah.

"Lo mau kan?" tanya Alres menaik turunkan alisnya, seolah ia tengah bernegosiasi untuk membeli sesuatu.

Anggap saja Alres ini manusia yang paling berbeda. Mungkin ia akan mencintai Dira dengan caranya sendiri.

"Apa?"

"Dasar bolot," ucap Alres menjentikkan jarinya di dahi Dira.

"Gue nggak mau tahu lo harus setuju sama gue."

Sialan. Cowok itu mengambil keputusan secara sepihak.

"Udah malam, mending lo tidur," ucap Alres berjalan terlebih dahulu.

"Tidur aja di kamar gue."

Apa? Itu artinya mereka bakal tidur se kamar setelah sekian lama? Dira jadi dibuat takut dengan ulah Alres ini. Sedangkan Alres, entahlah apa yang dipikirkan cowok itu sekarang.

Alres rupanya mengambil jaket kebanggaannya dan kunci motornya, ia juga tidak lupa mencari hp yang ada logonya apel digigit. Sepertinya cowok itu akan keluar, tapi bukannya cowok itu menyuruh Dira untuk tidur karena sudah malam?

"Lo mau kemana?" tanya Dira yang melihat Alres sudah bersiap untuk pergi.

"Gue mau ke markas bentar."

Tangan Alres terulur mendekat ke arah Dira, cowok itu nampak menatap datar Dira yang tak bergeming di tempatnya. Sepertinya Dira tidak paham apa maksud dari Alres.

Alis Alres terangkat sebelah. "Hmm?"

Dira yang baru konek maksud Alres pun menerima uluran tangan itu sembari tersenyum sekilas. "Hati-hati."

Alres mengecup puncak rambut Dira sekilas sebelum langkah kakinya mengarah ke luar, cowok itu menatap Dira sekilas lalu menyalakan motor sport dan menghilang dengan cepat. Entah kenapa ada perasaan aneh yang timbul di hatinya. Ia harap ini bukan perasaan buruk.

ALRESCHA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang