“Cewek itu dilarang ngomong kasar, apalagi sama suaminya sendiri.”
Embek...
Suara kambing sedari tadi terdengar nyaring di indra pendengaran Alres. Bagaimana tidak terdengar, jarak antara dirinya dan kambing itu begitu dekat. Karena diantara ia dan Dira saat ini ada kambing yang mendusel ditengah mereka.
Entah apa niat Dira membawa kambing kesayangannya itu tidur ranjangnya. Mungkin saja ia mengantisipasi agar Alres tidak berbuat aneh-aneh padanya.
"Berisik lo bangsat," umpat Alres terbangun dari tidurnya.
Sedari tadi Alres hanya menggeser tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Ia tidak bisa masuk ke alam mimpinya karena mendengar suara kambing kedayangan Dira. Rasanya Alres ingin mencincang kambing itu, tapi ia sadar pasti Dira akan mencincangnya sebelum ia berhasil mencincang kambing itu.
"Apaan sih marah-marah mulu," ucap Dira yang mngelus kambingnya.
"Buang kambing sialan ini, gue nggak mau denger dia ngembek lagi."
"Dengan senang hati. Echa keluar, gue juga keluar," ucap Dira turun dari ranjang.
Sebelum Dira benar-benar keluar dari kamar, Alres dengan gerakan cepat menahan lengan bagian atas Dira. Karena Alres tidak mau menyia-nyiakan malamnya ini dengan tidur sendirian, menurutnya sudah cukup selama ini ia dan Dira tidur terpisah.
"Eh enggak sayang, aku cuma bercanda," ucap Alres diluar dugaan.
Cowok dengan seribu tingkah itu pasti akan mengejutkan siapa saja.
"Apa sih lepasin," balas Dira berusaha melepaskan diri dari Alres.
"Nggak akan gue lepasin."
"Tadi pakek 'aku' sekarang 'gue'," ejek Dira merotasi kedua matanya.
"Bodoamat, sana balik tidur."
"Ogah, tadi lo ngusir gue," ucap Dira dengan tangan hendak memutar knop pintu.
"Berani lo buka pintunya, lo bakal hamil anak gue," tandas Alres berbaring kembali di ranjang.
Entah apa yang dipikirkan Alres ini. Tapi yang pasti ia tidak akan takut lagi untuk melakukan hal lebih pada Dira. Karena setelah ini mereka akan wisuda dan lulus dari SMA Merpati. Jadi Alres tidak akan takut jika ada apa-apa nantinya.
"Cowok sialan," gumam Dira kembali duduk di ranjang bersama Alres.
"Ngomong apa, hm?" tanya Alres tepat di di sebelah telinga Dira.
Sialan. Dira dibuat takut saat lehernya terkena sentuhan dari nafas Alres. Tidak sampa disitu, Alres justru menggesekan hidunb mancung di leher Dira dengan kasar.
“Gue peringatin, jangan pernah ngomong kasar di depan gue.”
“Kalau nggak, gue cium bibir lo sampai mampus,” peringat Alres penuh penekanan, namun Alres sempat tersenyum puas melihat Dira diam tak bergeming.
Emang Alresialan. Selalu bercanda dan membuat orang lain emosi. Apa ini saatnya membuang Alres ke palung mariana?
Dira ingin membuang Alres ke palung Mariana, tapi itu sesuatu yang tidak mungkin Dira lakukan. Dira sudah mencintai Alres, tapi Dira masih dibuat dongkol dengan perilaku Alres yang tidak pernah berubah. Semakin hari bukannya semakin baik, ini justru semakin hari semakin parah.
“Sekaranh lo cosplay patung?” tanya Alres menunjuk-nunjuk lengan Dira.
“Ngeselin sekali lagi, gue buang lo ke palung mariana!”
“Ututu takut,” balas Alres dengan nada bak anak kecil.
“Emang lo tega buang suami lo yang tampan tiada tara ini?”
“Pfft, model jamet gini dibilang tampan.”
Alres mendengkus mendengar pernyataan Dira ini. Alres sudah percaya diri tingkat dewa dan sekarang justru dibilanh seperti jamet. Lantas tampan seperti apa yang ada di mata Dira?
Jangan bilang jamet yang sebenarnya dibilang tampan oleh Dira.
“Jamet gini-gini lo juga suka.”
“Dih, kapan gue bilang suka sama lo?” sinis Dira sembari mencari ponselnya.
“Barusan lo bilang suka sama gue,” ucap Alres yang mengikuti pergerakan Dira.
Entah kenapa Alres tidak mau jauh dari Dira, tapi yang pasti itu adalah alam bawah Alres. Alres tidak sadar jika mengikuti pergerakan Dira. Mungkin itu karena Dira sudah menarik hatinya lebih jauh.
“Lo cari apa?” tanya Alres yang ikut celingukan.
“Ponsel, gue lupa taruh mana.”
“Buat apa lo cari ponsel, mau ngabari raja hutan?”
Sudah, sudah cukup dramanya. Alres selalu saja membawa nama Raja dalam hal apapun. Mungkin itu efek cemburu buta. Atau mungkin Alres takut tersaingi dengan Raja.
“Kalau nggak mau bantu mending lo diam.”
“Iya gue bantuin, tapi lo mau apa dulu. Kalau sampai lo chatingan sama Raja, gue bakal-”
“Bantuin pakai tangan, bukan pakai mulut,” potong Dira meletakkan telunjuknya di bibir Alres. Sepertinya Dira sudah kesal setengah mati dengan Alres.
“Lagian udah mau tidur ngapain lo cari ponsel.”
“Gue baru keingat yang dibilang Gilang,” ucap Dira dengan tangan yang mengobrak-abrik semua benda.
“Jadi sekarang lo pindah hati ke Gilang?”
Tenang, jangan emosi. Biarkan Alres saja yang emosi.
Tapi apalah daya Dira, ia kesal dengan Alres apalagi Alres yang selalu menuduhnya selingkuh atau apapun. Namun, semua itu hanya karena Alres cemburu.
“Apaan sih, lo lupa soal pembahasan yang waktu itu?”
“Lo nggak mau masalah ini cepat selesai? kita semua serius bantu buat lo, harusnya lo serius juga bukan malah main-main,” geram Dira sudak tidak bisa menahan gejolak emosi.
“Ck, iya gue paham apa yang dibilang Gilang. Tapi emang harus banget mikirin itu sekarang?”
“Kalau nggak sekarang kapan lagi?” balas Dira menatap kedua mata Alres.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRESCHA (End)
Teen Fiction⚠FOLLOW SEBELUM BACA⚠ JANGAN LUPA VOTE & KOMEN!! ⚠DIMOHON UNTUK TIDAK PLAGIAT⚠ BELUM REVISI Alrescha Reyhan Ganendra, sosoknya bagai lukisan hidup, memikat setiap jiwa yang memandang. Pahatan wajahnya sempurna, hingga membuat orang lain terhipnotis...