"Setiap hubungan dimulai dari sebuah kepercayaan, jika kepercayaan saja tidak ada, lantas apa yang harus dipertahankan?"
Padatnya pengunjung tidak membuat pasangan kekasih yang satu ini merasa sesak. Justru mereka dengan santainya berdebat dan menjadi sorotan pengunjung lainnya. Tidak sedikit pasang mata memperhatikan mereka dengan menggelengkan kepala, mereka pikir ada-ada saja ulah pasangan remaja jaman sekarang. Bukankah ini tempat umum, tapi kenapa pasangan ini malah berdebat dan saling menyalahkan satu sama lain?
"Dasar cewek jutek!"
"Lo tuh, dasar cowok trouble maker. Kalau boleh gue buang juga lo ke palung mariana."
Jika menurut orang lain ini adalah masalah sepele, tapi tidak bagi pasangan remaja ini. Yang satu sering bikin orang emosi, dan yang satunya mudah terpancing emosi. Awalnya hanya iseng, tapi tanpa di sadari hal itu malah membuat keributan.
"Kok lo nyolot?"
"Udah diem, malu dilihat banyak orang," putus Dira yang baru sadar akan atensi beberapa pengunjung.
"Biasanya juga malu-maluin."
Kedua bola mata Dira melebar dengan sempurna. Ia tidak habis pikir dengan ucapan Alres, sejak kapan Dira bikin malu? Yang ada Alres yang selalu bikin ulah dan bikin malu orang lain. Bukankah yang Alres ucapkan itu untuk dirinya sendiri? Kalau iya, Dira ingin tertawa kencang.
"Ngomongin diri sendiri, Bang?"
"Heh, gue kutuk juga lo lama-lama."
"Jadi apa?" tanya Dira menaik turunkan kedua alisnya.
Alres tidak langsung menjawabnya, ia menatap Dira dengan intens dan tidak lupa senyum tengil yang penuh arti. Ia mendekatkan diri pada Dira untuk membisikan sesuatu yang terlintas di pikirannya.
"Jadi cinta sama gue. Se-la-ma-nya!" ucap Alres dengan ekspresi yang membuat Dira ingin membuangnya jauh-jauh.
"Itu sih mau lo aja."
"Emang lo nggak mau?"
"Emm, mau nggak ya??" ucap Dira sembari mengetukkan jari pada dagunya, seolah ia berpikir. Tapi ia hanya berusaha menjahili Alres, biarkan Alres merasakan apa yang sering ia rasakan.
"Yakin nggak mau?"
Pertanyaan dari Alres tidak di gubris, Dira justru mengamati beberapa wahana permainan yang penuh dengan pengunjung. Sepertinya ia akan mengalihkan arah pembicaraan Alres pada wahana itu.
"Gue mau naik bianglala," tunjuk Dira pada bianglala yang diisi beberapa anak kecil dan orang dewasa.
Hembusan napas kasar terdengan di indra pendengaran Dira, ia tahu jika Alres badmood karena pertanyaannya tidak kunjung mendapat jawaban.
"Hmm."
"Nggak mau? Yaudah gue suruh Raja kesini," ancam Dira yang hendak membuka layar ponselnya.
"Mau gue tebas pala lo?" sontak Alres membekap mulutnya sendiri, bisa-bisanya ia mengucapkan kalimat andalanya pada Dira.
"Sadis."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRESCHA (End)
Teen Fiction⚠FOLLOW SEBELUM BACA⚠ JANGAN LUPA VOTE & KOMEN!! ⚠DIMOHON UNTUK TIDAK PLAGIAT⚠ BELUM REVISI Alrescha Reyhan Ganendra, sosoknya bagai lukisan hidup, memikat setiap jiwa yang memandang. Pahatan wajahnya sempurna, hingga membuat orang lain terhipnotis...