“Hubungan yang retak bisa saja kembali seperti dulu, tapi bisa juga akan menjadi asing.”“Gevan?”
“Buset pecah.”
“Kurang ajar!”
Melihat motor yang melintas di depan rumahnya seketika membuat Alres lari ke luar untuk mengejarnya, “Woy bangsat!”
“Berhenti lo bangsat!”
“Gevan anj***”
“Dasar pengecut!”
Perbuatan Gevan seolah mengibarkan bendera peperangan, baru kali ini cowok itu menyerang dari belakang dan kabur begitu saja. Biasanya Gevan akan menyerang Alres dengan membawa pasukannya dan mengajak kedua kubu itu untuk adu kekuatan.
“Alres!” teriak Dira berlari memeluk Alres.
“Lo nggak kenapa-kenapa?”
“Nggak, gue nggak kenapa-kenapa.”
“Yakin, lo nggak kena pecahan kaca?” khawatir Alres memegang kedua tangan Dira sembari memastikan keadaan gadisnya.
“Enggak.”
“Awas lo Gevan,” gumam Alres mengelus pucuk rambut Dira.
“Bos, kok dia bisa tau rumah lo?” tanya Beno mengalihkan fokus Alres dari Dira.
“Bukan hal sulit buat Gevan tau rumah gue.”
Cowok seperti Gevan akan melakukan segala cara untuk mendapat apa yang dia mau, banyak cara yang bisa ia gunakan, entah berakhir merugikan orang lain ataupun dirinya sendiri. Sisi dari Gevan itu sudah bisa Alres tebak, karena mereka berdua pernah menjadi teman dekat. Meski, pribadi Gevan bisa saja berubah seiring berjalannya waktu.
“Sampai kapan Gevan berhenti buat gangguin kalian?” tanya Dira menatap mereka satu persatu.
“Sampai kedua mata Gevan kebuka, sampai dia tau mana korban dan mana pelaku yang sebenarnya.” balas Raka kesal.
“Mata Gevan udah kebuka, tapi hatinya aja yang belum kebuka.”
“Selesaiin masalah itu sekarang juga!” tegas Adit.
“Gue maunya juga gitu Dit, tapi lo tau sendiri kan gimana sifat Gevan?”
“Kita cari buktinya sama-sama.”
“Masalah itu udah lama berlalu, nggak mungkin bukti itu masih ada. Kalau pun bukti itu ada, nggak mungkin mudah buat dicari.”
Ucapan Alres itu tidak sepenuhnya salah, masalah antara dirinya dan Gevan sudah terlewat beberapa tahun yang lalu. Peristiwa dimana yang mampu merusak tali persahabatan antara keduanya, tidak hanya mereka berdua saja yang terkena imbasnya, tapi teman mereka yang lain pun juga ikut terkena imbasnya.
“Bos, gue tahu itu susah. Tapi kita bakal bantu lo buat cari bukti-buktinya,” sahut Raka.
“Iya bos, kita buktiin kalau lo itu nggak salah. Yang salah justru Gevan karena udah fitnah lo.”
“Jujur gue muak kalau harus bahas masalah itu lagi, masalah itu udah terjadi beberapa tahun yang lalu.”
Orang mana yang tidak muak dengan fitnah yang diterima sampai bertahun-tahun? Dia bukan pelaku, tapi dia dipaksa untuk mengakui perbuatan yang bukan ulahnya. Dia bukan penyebab, tapi dia dipaksa untuk menanggung resikonya.
“Meskipun masalah itu udah beberapa tahun yang lalu, apa lo pikir masalah itu udah selesai? Enggak, masalah itu nggak akan selesai kalau cara lo kayak gini,” sahut Dira meski
“Lo harus berusaha buat cari jalan agar masalah itu selesai, mungkin susah, tapi tidak menutup kemungkinan buat lo bisa selesaiin masalah ini,” tambahnya.
“Buktiin kalau lo nggak ada sangkut pautnya sama Gevan yang pernah dipenjara.”
Ucapan dari Dira seolah udara baru untuk Alres mencari bukti kebenaran, ia ingin mendapat bukti jika bukan dirinya penyebab Gevan masuk kedalam sel penjara. Mungkin itu bukan hal mudah, tapi tidak ada salahnya bagi Alres untuk mencari dan memberi kebenaran pada Gevan.
“Tuh bos, udah dikasih solusi sama bu bos,” celetuk Beno.
“Kanjeng Ratu emang paling the best!” seru Raka.
“Terus apa langkah awal buat buktiin kebenarannya?”
***
“Gue gak pernah nyangka lo punya masa lalu yang rumit.”
“Apalagi dengan hobi lo yang bikin orang lain marah.”
Kalimat yang dilontarkan Dira sepenuhnya dibenarkan oleh Alres. Memang dari awal Dira tidak pernah bertanya ataupun Alres yang berinisiatif untuk menceritakan alasan sebenarnya ia sering berkelahi dengan geng motor lain. Tapi, karena rasa penasaran Dira dan temannya ia harus menceritakan masa lalunya yang dipenuhi teka-teki.
“Masalah itu udah terlewat jauh, mungkin saat kita belum terlalu kenal dunia luar.”
“Tapi, meskipun udah lama, masalah itu sering kebayang dipikiran gue. Apalagi disaat Gevan janji nggak akan biarin gue hidup tenang, dia janji bakal buat hidup gue susah seperti dipenjara yang pernah dia alami.”
Ingatan Alres berputar pada kejadian beberapa tahun silam, tepatnya saat Gevan diborgol untuk dimasukan ke sel penjara. Gevan berjanji akan membalaskan dendamnya, ia tidak mau Alres hidup tenang sementara dirinya harus merasakan pahitnya dipenjara. Bahkan, saat keluar dari penjara Gevan tidak lupa dengan janjinya sendiri, ia berusaha membuat geng motor untuk menghancurkan ketenangan Alres yang juga memiliki geng motor sendiri.
“Sejahat apapun Gevan ke lo, tapi tetap saja lo harus inget kalau kalian pernah akrab dan menjadi teman dekat,” ingat Dira jika Alres dan Gevan pernah menjadi teman dekat, atau lebih tepatnya sahabat.
“Itu dulu, dan untuk sekarang hubungan itu udah retak. Nggak mungkin bisa kembali membaik dengan semua kesalahpahaman ini.”
Alres meletakkan kepalanya pada paha Dira yang tengah duduk di kursi taman belakang rumah, sedangkan tangan Dira tengah mengelus rambut Alres dengan penuh kelembutan. Kini, di taman belakang tinggal Alres dan Dira seorang. Alres ingin menghabiskan waktu berdua bersama Dira di taman sembari menikmati semilir angin malam yang terasa dingin. Tapi, angin malam itu tidak mengganggu mereka berdua yang sibuk memikirkan masalah Alres di masa lalu.
Teman-teman Alres sudah pamit pulang setelah mereka beradu argumen tentang ulah Gevan yang barusan terjadi. Mereka masih belum yakin motif sebenarnya Gevan melempar batu tepat di jendela rumah Alres, entah Gevan tidak sengaja lewat kemudian iseng melempar batu atau memang sudah direncanakan dari awal. Tapi, jika itu sudah direncakan, apa rencana sebenarnya? Sedangkan itu hanya lemparan batu biasa yang untung tidak mengenai orang lain.
“Nggak semua sesuatu yang retak tidak bisa disusun kembali, bisa saja ia kembali disusun meski susunannya tidak sesempurna bentuk semula.”
“Ini sebuah hubungan masa lalu, bukan sebuah barang,” sanggah Alres menatap manik mata Dira.
“Gue tahu. Hubungan itu retak, tapi suatu saat jika masih bisa diperbaiki, hubungan itu bakal kembali seperti dulu.”
“Hubungan yang retak bisa saja kembali seperti dulu, tapi bisa juga akan menjadi asing.”
“Lo harus yakin, kesalahpahaman lo dan Gevan bisa terselesaikan. Dan hubungan pertemanan kalian bisa kembali seperti dulu.”
“Apa mungkin masalah itu bakal selesai sedangkan sifat Gevan seolah dia udah menutup telinga buat tau penjelasan masalah itu?” tanya Alres menggenggam erat kedua tangan tangan Dira.
Nganjuk,
09.01.2024
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRESCHA (End)
Teen Fiction⚠FOLLOW SEBELUM BACA⚠ JANGAN LUPA VOTE & KOMEN!! ⚠DIMOHON UNTUK TIDAK PLAGIAT⚠ BELUM REVISI Alrescha Reyhan Ganendra, sosoknya bagai lukisan hidup, memikat setiap jiwa yang memandang. Pahatan wajahnya sempurna, hingga membuat orang lain terhipnotis...