32. Dua huruf

196 17 4
                                    

Assalamu'alaikum

Hallo guyss

Kalian apa kabar?

Happy reading

-
-
-

"Dunia terlalu luas untuk mencari sesuatu yang hanya memiliki dua huruf saja."

"Jangan bilang Raja hutan," tebak Alres malas jika berurusan dengan Raja.

"Tapi gue rasa itu benar."

"Lo pikir sepupu cewek ganjen itu Raja hutan?" kaget Alres menatap kedua bola mata Dira.

"Menurut gue gitu, sepupunya juga pernah tanding basket sama kelas lo."

"Gila, kalau mereka emang bener sepupuan."

"Tapi nggak papa. Yang satu raja hutan yang satu cewek ganjen," lanjut Alres menyamakan sifat keduanya.

"Namanya cuma Raja, bukan raja hutan. Dan dia Agnes, bukan cewek cewek ganjen!"

"Halah, lagian itu pas buat mereka. Sama-sama ganjenya, godain orang yang udah ada pawangnya."

Sekelibat perbincangannya dengan Dira berputar di kepala Alres, entah kenapa ia jadi penasaran dengan sepupu Agnes. Selama ini Agnes juga belum menyebutkan siapa nama sepupunya.

"Woy! Kenapa lo, Bos?"

"Lagi mikirin apa lo?" tanya Gilang yang baru mendaratkan pantatnya.

"Soal Gevan?"

Pertanyaan itu seolah menyuruh Alres untuk cepat menyelesaikan kesalah pahamannya. Alres sudah sedikit tenang saat anggota Alaska lainnya mau berkontribusi untuk membantunya mencari bukti atau pun sanksi.

"Nggak, soal itu udah gue suruh anggota lain buat cari petunjuk," jelas Alres.

"Cari dimana?"

"Gue minta mereka buat tanya ke polisi soal kasus masa lalu."

"Terus, lo yakin Bos polisi bakal ngasih tau?" tanya Raka ingin memastikan kesalah pahaman di masa lalu cepat selesai.

"Nggak mungkin polisi dengan mudah mau ngasih tau," sambung Gilang tersenyum miring.

"Mau gue tebas pala lo?"

Rasanya Alres ingin menebas kepala Gilang dari lehernya, pasalnya Gilang kalau ngomong seolah tidak pernah berpikir akan akibat dari ucapannya. Gilang selalu berterus terang meski ucapannya itu akan menyakiti pihak lain.

"Udah, Bos. Biarin aja, Gilang kalau ngomong nggak pernah disaring."

"Gimana caranya nyaring?" tanya Beno mendapat tatapan maut dari teman-temannya.

"Kalau lo nggak mikirin Gevan, terus lo mikirin siapa?"

"Kanjeng Ratu?" lanjut Raka sembari menebak-nebak.

"Gue kepikiran omongan Dira semalam."

Pikiran Dira itu juga tengah bersarang di kepala Alres. Sebenarnya Alres malas bersangkutan dengan dua nama itu yang menurutnya suka terlihat ganjen. Tapi karena Dira merasa penasaran Alres pun juga ingin mencari tau siapa sepupu Agnes sebenarnya.

"Lo udah pada tau kan kalau sepupu cewek ganjen juga sekolah disini?"

"Bjir, cewek ganjen."

"Maksud lo Agnes?"

"Hmm."

"Iya, tapi kita belum tau siapa namanya."

"Dira pikir sepupunya cewek ganjen itu raja hutan."

Entah apa yang ada dipikirannya Dira, hanya dua huruf saja gadis itu langsung yakin jika itu potongan nama dari Raja si ketua OSIS. Keyakinan Dira membuat Alres curiga jika Dira diam-diam memikirkan Raja.

"Kenapa Kanjeng Ratu bisa mikir gitu?"

"Ya lo inget kan, waktu di pasar malam. Cewek ganjen manggil sepupunya dengan nama 'ja'."

"Ja itu banyak, nggak cuma Raja si ketos," sambung Jay.

"Bisa aja namanya sama tapi orangnya beda."

“Lo pada ingat nggak? Dulu bukannya ada yang bilang kalau dia ketemu Raja boncengan sama cewek, dan Raja bilang itu sepupunya?”

“Iya gue ingat, tapi belum tentu orangnya sama kan.”

Argumen mereka memang tidak salah, tapi pikiran Dira yang mengira Raja dan Agnes sepupuan juga belum tentu salah. Alres mulai berpikir ada berapa banyak siswa di SMA Merpati yang namanya memiliki unsur kata 'Ja'. Tapi sialnya ini menyusahkan Alres, bisa saja hampir setengah siswa disini memiliki unsur nama itu.

Jika petunjuknya hanya dua huruf saja Alres rasa sebaiknya ia menyerah dan menanyakan langsung pada mereka berdua. Tidak, Alres menggeleng kuat untuk melakukan hal itu. Ia tidak mau menemui Agnes dan memulai pembicaraan dengan gadis itu, ia yakin jika itu ia lakukan maka Agnes akan semakin mengejarnya. Tapi Alres juga gengsi jika harus menemui Raja.

"Nggak mungkin mereka sepupuan."

"Gue juga nggak pernah lihat mereka barengan."

"Mungkin aja mereka nggak mau orang lain tau kalau mereka sepupuan," sahut Gilang menghendikkan bahu.

"Tapi nggak mungkin mereka sepupuan, wajah mereka aja nggak mirip."

Bugh!

Ucapan Beno barusan itu mengundang permusuhan dari teman-temannya. Namanya juga sepupu, apa harus sesama sepupu itu memiliki wajah yang sama?

"Bego lo, Ben. Namanya juga sepupu, wajar kalau wajah mereka nggak mirip!"

"Mereka bukan kembar, njir."

"Darah merek sama, jadi bisa aja mereka ada mirip-miripnya dikit," sanggah Beno.

"Lebih tepatnya sifat mereka yang mirip. Sama-sama ganjen!"

Alres pikir jika wajahnya tidak mirip, ada hal lain yang membuat mereka mirip, yaitu sifat mereka. Ia melihat Raja yang terus mendekati Dira, dan Agnes yang terus berusaha mendekatinya. Itulah alasan Alres yang terus menyamakan sifat Raja dan Agnes. Meski entah kebenaranya seperti apa.

"Pfft, bilang aja lo cemburu kalau Raja deket sama Kanjeng Ratu," ejek Raka menahan tawa.

"Bilang apa lo barusan?"

"Pura-pura bolot atau emang beneran bolot?" sambung Beno seolah siap menghadapi amukan Alres.

"Wah ngajak adu mekanik nih bocah."

Alres menggulung lengannya seolah bersiap untuk adu kekuatan dengan Beno, meski ia tahu Beno tidak akan mau beradu dengannya. Biarkan saja kali ini Alres merasa kuat dan tertandingi.

"Yaelah gitu aja adu mekanik."

"Mau gue tebas pala lo?" gertak Alres menarik kerah baju Beno.

"Stres."

Melihat perdebatan Alres dan Beno yang entah kapan berhentinya membuat pikiran Raka bekerja cepat, "Bos, lo nggk mau cari tau soal sepupunya Agnes?"

"Setuju, gue pengin lihat muka sepepunya tuh cewek," sambung Jay ikut penasaran.

"Nambah masalah baru," celetuk Gilang .

"Lo nggak penasaran, Lang?"

"Ck, nggak penting. Gue udah tau."

***

Hai??

Gimana ceritanya?

Yuk pencet bintangnya

Nganjuk,
26.01.2024

ALRESCHA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang