47. Tunangan?

198 13 0
                                    

"Sebagai permintaan maaf gue bakal teraktir lo sepuasnya," ucap Raja tersenyum hangat.

"Nggak usah, lo nggak salah," balas Dira berjalan beriringan melewati lapangan basket.

Entah dari mana mereka berdua bisa berjalan berdua seperti sekarang, seolah tidak pernah terjadi sesuatu. Raja bersikap manis, tapi Dira sedikit menjaga jarak karena ia tidak mau menambah masalah antara Raja dan Alres. Karena pasalnya, jika Alres mengetahui mereka tengah berjalan beriringan, maka bisa dipastikan Alres akan marah kepada Raja.

"Lo ngehindarin gue, Ra?"

"Nggak, gue nggak mau nanti lo kena masalah sama Alre."

Raja mengangguk meski ada beberapa pertanyaan yang bersarang. "Lo ada hubungan apa sama Alres?"

Belum sempat Dira menjawab, sudah ada sahutan dari seseorang yang sedari tadi mengamati mereka berdua.

"Tunangan, kenapa?" sahut Alres memasukkan kedua tangannya di saku celananya.

Terkejut? Sudah jelas. Kedua mata Raja membulat sempurna mendengar pengakuan Alres, seolah ia tidak percaya dengan pengakuannya itu. Raja tau Alres itu cowok yang susah untuk diajak serius, lantas bagaiman Raja bisa percaya pada Alres?

Sedangkan Dira menatap tajam Alres dengan mulut yang sedikit terbuka. Dira tau jika ia dan Alres adalah sepasang suami istri, tapi Dira tidak menyangka jika Alres mengakuinya sebagai tunangan. Karena Dira berharap Alres mengatakan jika ia adalah pacarnya atau sepupunya.

Tawa hambar keluar begitu saja dari mulut Raja sembari gelengan kepala ia perlihatkan. "Pfft, harapan lo terlalu tinggi," ucapnya seolah menganggap pernyataan Alres adalah lelucon.

Dia istri gue, anjir! ~Batin Alres.

"Lo nggak percaya?" kesal Alres mendengar tawa hambar Raja.

"Nggak lah, pengakuan lo terlalu mustahil buat dipercaya."

Langkah Alres mendekat pada Dira dan merangkul pinggangnya. "Tanya aja sama tunangan gue langsung," ucap Alres mengecup pipi Dira sekilas.

"Sayang, kita udah tunangan kan?" lanjut Alres tersenyum manis pada Dira.

Tidak, itu bukan senyum manis. Tapi senyum yang mengintimidasi, seolah memaksa Dira mengangguk dan menganggapnya sebagai tunangan dihadapan Raja. Alres benar-benar sialan, pikir Dira.

Tanpa sepengetahuan Raja, tangan Alres mencubit pelan pinggang Dira. "Hm?" tanya Alres menaikkan kedua alisnya.

"I-iyaa, gue kita udah tunangan."

"Siapa yang sudah tunangan?" tanya seorang gadis berkulit putih seperti susu.

Pertanyaan gadis itu mengundang atensi mereka, entah datang dari mana gadis berkulit putih itu bisa menghampiri mereka. Bahkan di tangan gadis itu tengah memegang sekotak susu dan juga kotak bekal yang bergambar doraemon. Entah apa yang akan dilakukan gadis itu dengan benda di kedua tangannya itu.

Gadis itu tersenyum manis menghadap ke arah Alres sepenuhnya. "Oh iya, ini ada nasi goreng sama susu kotak buat lo, Al. Gue yang masak nasi gorengnya, gue harap lo suka, ya."

"Gue nggak butuh," balas Alres tanpa mempedulikan gadis itu, Alres sengaja tidak mengalihkan atensinya pada Dira yang tengah dirangkulannya.

"Lo simpan aja, nanti kalau laper baru lo makan."

"Gue bilang gue nggak butuh, lo tuli hah?" tekan Alres melirik Agnes sekilas.

Raja yang melihat sepupunya dibentak seperti itu pun tidak terima, ia memilih mengambil alih kedua benda itu dari tangan Agnes. Kedua sorot mata Raja juga menajam meski ia tahu Alres tidak menatapnya sama sekali, karena tatapan Alres masih terfokus pada istri kesayangannya itu.

"Lo kalau nggak mau yaudah nggak usah ngatain sepupu gue tuli!"

"Ini buat gue aja ya?" tanya Raja dengan nada lembut.

Agnes mengangguk meski hatinya sedikit memaksa agar yang memakanan bekalnya itu adalah Alres. "Tadi kalian ngomongin tunangan, siapa yang tunangan. Dira?" tanya Agnes sembaru menebak-nebak.

"Lo tunangan sama siapa, Dir?" lanjut Agnes berusaha tersenyum meski tadi sempat sakit hati karena ucapan Alres.

"Sama gue, kenapa nggak suka?" sahut Alres lalu mengecup ujung bibir Dira.

Alres sialan, apa ia tidak malu? Apa ia tidak memikirkan apa kata murid SMA Merpati nanti?

Disini terdapat beberapa siswa-siswi berlalu lalang karena ini masih jam istirahat. Bagaimana jika diantara mereka tau lalu merekam dan melaporkan pada pihak sekolah? Mungkin jika itu terjadi pasti Alres dan Dira akan terkena skor atau mungkin mereka akan mendapat panggilan orang tua.

Mulut Agnes terbuka lebar, kedua matanya pun membola menatap Alres dengan perasaan yang seolah tertindih ribuan batu besar. Sakit, sesak bahkan Agnes tidak bisa mendefinisikan rasanya.

"Hehe lo bercanda 'kan? Lo nggak serius kan ngomong itu?"

"Kalau dia serius lo mau apa?" sahut Gilang sebelum meneguk minuman kotak yang ia bawa hingga tandas.

Tangan Gilang membuang minuman kotak yang tidak tersisa itu. "Lo mau hancurin hubungan mereka?"

Agnes menggeleng pelan sembari mengusahakan tersenyum manis. "Nggak, gue nggak akan lakuin itu. Kesalahan gue udah banyak ke kalian," lirih Agnes sembari menunduk saat mengatakan kalimat yang terakhir.

"Emang kesalahan lo apa?" Giliran Adit yang bertanya dengan sorot mata tak bersahabat.

***

736 kata

Yuk pencet bintangnya seng

Sekian terima gaji

Next?

28.05.2024

ALRESCHA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang