12 - Cuek

349 49 3
                                    

-
-

Hari demi hari berlalu. Asahi yang sibuk dengan matakuliah di semester yang banyak praktikum dan haruto yang juga sibuk entah karena apa membuat keduanya jadi jarang sekali berinteraksi. Bahkan sekedar ketemu pun mereka jarang karena kesibukan masing2.

Adapun ajakan haruto untuk pergi, tapi asahi selalu menolak karena waktu yang cukup malam dan asahi lelah saat itu. Asahi juga bukan tipikal anak yang bucin harus setiap hari ketemu untuk sekedar bermesraan.

Tapi malam ini, asahi membutuhkan haruto.

Tuuut

Tuuut

Asahi yang mencoba menelfon haruto. Ia ingin meminta tolong untuk membelikan obat demam. Beberapa hari lalu cukup lelah untuk asahi melakukan survei selama dua hari dan begadang tiap malam untuk laporannya.

Apalagi asahi bukan tipikal anak lapangan. Ia harus melewati matakuliah wajib ini di fakultasnya.

"haruto kemana sih?" Umpat asahi sedikit kesal masih mencoba menelfon.

Tak berharap banyak pada pacarnya itu. Asahi kemudian memakai jaket yang cukup tebal dan keluar dari apartemennya.

Sebenarnya sekali ini asahi ingin dimanja karena tubuhnya benar-benar lelah, tapi sepertinya berharap ke haruto akan nihil jika sampai skrg telfonnya tak kunjung diangkat. Asahi juga mencoba cuek dan tak berpikir macam2.

Badannya hanya meriang dan sedikit pening. Tapi masih cukup kuat untuk pergi ke minimarket di depan apartemennya.

"Ahh sial kenapa udara malam ini sangat dingin" asahi memeluk sambil mengusap dirinya sendiri dan berjalan cepat.

Kling.

Asahi memasuki minimarket dan memilih obat pereda demamnya. Setelah membayar ia segera beranjak dengan kaki kecilnya, peningnya lama-lama semakin kuat. Udara diluar sangat dingin pada malam ini.

"Hey, lo asahi ya?"

Bruk!

Asahi mengumpat sekarang. Siapasih yang menghalangi jalannya? Gatau asahi sedang terburu-buru.

"Wae?" Asahi ketus menatap orang asing yang menghalangi jalannya.

"Kok sendirian? Pacar lo mana? Haruto sang primadona hahaha" Goda nya.

"Gue lagi buru2 plis, jangan ganggu" mohon asahi.

Pria yang menghalangi jalan itu terkekeh. Ia menatap wajah pucat asahi dekat membuat asahi memundurkan badannya. Terlihat juga asahi yang sekarang kedinginan dengan jaket tebalnya.

"Mwoya? Lo sakit? Bisa-bisanya pacarnya sakit, haruto malah asik main di arena, ya.. pacar lo tuh taruhan sama gue, tapi sayangnya gue kalah jadi gadapetin lo" ucapnya.

"Mwo?" Emang klo orang lagi demam, mencerna sebuah kalimat itu cukup sulit.

"Lo jangan mau dibodohin haruto, dia itu punya banyak rencana licik, mungkin lo bagian dari rencananya" gumamnya.

"Minggir!" Asahi mencoba beranjak tapi selalu dihadang oleh orang2 itu.

"Mending sama gue aja sih, daripada sama haruto?" Pria itu memegang pergelangan tangan asahi sekarang.

Masalahnya, asahi mana kenal pria yang menghalangi jalannya ini. Tidak pernah asahi melihatnya dikampus. Mungkin satu fakultas dengan haruto jadi asahi tidak begitu mengenalnya.

Asahi berontak tapi ga begitu berutal. Mereka beramai, bisa-bisa asahi kalah jika ia berontak dengan brutal. Tapi peningnya itu hampir tak bisa ditahan.

Triagle (jeongsahijae)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang