Bab 25 - Terasa Hambar

903 36 0
                                    

Saat ini wanitanya tidak mau satu kamar dengannya, Darren harus kembali tidur di sofa bersama dengan selimut tipisnya.

Anne sepertinya benar-benar sangat marah kepadanya bahkan saat mereka hendak pulang bersama, wanita itu terus mengacuhkannya padahal Darren sudah sering mengajaknya untuk berbicara.

"Maaf Anne aku melakukan semua ini karena aku tahu dia mempunyai niat yang lain, bukan karena benar-benar ingin berinvestasi di perusahaan kita." katanya sendiri seraya memejamkan matanya berharap esok hari keadaan kembali membaik.

Diam-diam Anne mengintip pria sinting itu dari balik pintunya sejujurnya, ia tidak tega membiarkan Darren kembali tidur di sofa tapi mau bagaimana lagi dia merasa sebal dengan keputusannya dan ia pun malu karena sudah berani memulai duluan menciumnya.

"Kenapa sih bisa-bisanya jam segini perut sialan ini kelaparan." katanya seraya mengendap-endap keluar dari kamarnya langsung ke dapur membuat satu cup mie instan untuk mengganjal rasa laparnya.

"ANNE." seketika ia terhenti dari aktivitasnya di dapur saat mendengar namanya di panggil ia hampir saja jantungan mendengarnya, namun saat membalikkan badan ia tidak melihat ada siapapun.

"Anne.. I'm sorry." ia menghampiri sumber suara dan Anne masih tidak percaya, pria itu tengah mengigau menyebut namanya bahkan sampai meminta maaf disaat tubuhnya sedang tertidur.

Dia hendak menyentuh pipinya tapi seketika ia menarik kembali tangannya berbalik ke dapur, mengambil makanannya dan membawanya masuk ke dalam kamarnya.

"Sorry Darren aku sedang tidak mood untuk mendengarkan ocehanmu itu." katanya sambil mengunci pintu kamarnya, ia memilih makan dan menikmati mienya ketimbang harus meladeni igauan Darren.

***

Anne menggeliatkan tubuhnya semalam tidurnya sangatlah nyenyak seketika indera penciumannya merasakan sebuah aroma makanan yang berhasil mengundang rasa lapar di perutnya.

"Siapa yang masak di pagi hari seperti ini, jangan bilang Darren sedang memasak?" katanya yang langsung turun dari kasurnya dan menghampiri sumber harum makanan.

"Selamat pagi nona Anne, aku sudah membuatkan sarapan untuk kita nasi goreng dengan telur ceplok yang ku buat khusus untukmu," ujarnya dengan antusiasme seraya mempersilahkan Anne untuk duduk.

"Ini caramu untuk membujuk ku huh?" katanya dan seketika Darren mengangguk.

"Iya hanya ini yang bisa ku lakukan, aku tidak punya cukup uang untuk membeli bunga atau mengajakmu berkencan makan malam di sebuah restoran yang mahal," tuturnya yang berhasil menyentil perasaan Anne sekarang.

"Huh.. kau membuatku merasa iba tuan Darren tapi tidak apa-apa nasi goreng ini sudah cukup membuat moodku lumayan membaik," katanya seraya melahap nasi goreng Darren yang terasa keasinan.

"Bagaimana rasanya Anne? Jika tidak enak sebaiknya jangan kau makam," Anne menggeleng mendengarnya mana mungkin ia menyia-nyiakan makanan, dia pikir mendapatkan makanan itu mudah.

"Seperti memakan air laut tapi beruntungnya telor ini berhasil membuatnya terselamatkan," maksud dari kata Anne barusan, nasi gorengnya memang keasinan tapi telornya terasa hambar, jadi keduanya masih bisa di nikmati.

Anne menepuk space kosong di sampingnya menyuruh Darren yang terus berdiam diri agar segera ikut makan bersamanya dan saat untuk pertama kalinya Darren memakan makanan yang rasanya berhasil membuat bola matanya hampir meloncat keluar.

"Hahaha.. enak bukan nasi goreng buatanmu tuan Darren," cibirnya.

"Anne sudah cukup jangan kau makan," katanya seraya hendak mengambil piring milik Anne tapi sang empu menghalanginya.

"Hei apa yang kau lakukan aku sedang makan, mau ini enak ataupun tidak kita harus tetap memakannya," Anne berujar sambil mengunyah.

"Apa kau tidak tahu banyak orang diluaran sana menahan rasa laparnya hanya karena mereka tidak bisa membeli makanan dan kau ingin menyia-nyiakannya," sambungnya kembali yang berhasil membuat Darren merasa tertegun, wanitanya benar-benar sangat menghargainya, ia tidak salah jika mengaguminya.

"Maaf aku tidak bermaksud untuk menyia-nyiakannya, ayo kita lanjutkan makannya." ucapnya.

Kini Darren tahu rasanya memakan makanan yang menurutnya tidak layak untuk dinikmati padahal makanan ini buatannya sendiri, sejak kecil ia tidak pernah merasakan kesusahan seperti ini, berbagai makanan lezat setiap pagi akan selalu terhidang di meja makannya dan saat waktu makan malam tiba, ia dulu selalu menyia-nyiakan makanan buatan ibunya bahkan ia lebih memilih untuk hidup sendiri di apartemennya, tapi kali ini Darren sekarang tahu rasanya makan dengan keasinan itu seperti apa.

"Kau kenapa? Apa kau benar-benar tidak menyukai nasi goreng buatanmu sendiri," tanya Anne yang melihat mata pria itu mulai berkaca seketika Darren menggelengkan kepalanya.

"Aku menyukainya bukankah nasi goreng ini aku yang membuatnya, terimakasih Anne," katanya.

"Untuk?" Anne menatapnya.

"Terimakasih untukmu yang mau menikmati nasi goreng yang penuh dengan air laut ini." katanya jenaka tapi matanya tidak bisa berbohong, jika yang sebenarnya pria itu tengah menahan kesedihannya.

Anne tahu pria itu pasti sedang berusaha keras menerima segala keadaannya sekarang, ini semua karenanya jika saja Darren tidak keras kepala dan tidak memilihnya, mungkin pria itu masih bisa bersantai di ruangan ber-ac dan menikmati sarapan paginya yang  lezat.

***

Siang ini Anne menerima kiriman email dari seseorang yang tidak ia kenali tapi karena niat orang itu yang mengatakan, jika dia melihat perusahaan Great AND Enterprises terdaftar di kompetisi tender berhasil membuatnya tertarik dan ingin mendengarkan penjelasannya langsung seperti apa ide baru dari perusahaannya, jadilah sekarang Anne tengah berada di sebuah restoran ruangan VVIP yang di pesankan si pemilik email tersebut.

"Selamat siang nona Anne, perkenalkan saya adalah sekretaris Shen sekaligus orang kepercayaan Presdir," ujarnya yang sekarang tengah menemani Anne di ruangan itu.

"Selamat siang sekretaris Shen," sapanya dengan hormat.

"Maaf nona Presdir sepertinya sedang mengalami kemacetan di jalan, tapi saya yakin 10 menit lagi beliau akan segera datang," tuturnya kembali.

"Tidak apa sekretaris Shen saya akan menunggunya." sekretaris Shen tersenyum ramah karena melihat keramahan Anne padanya.

Anne bisa melihat jika sekretaris Shen adalah seorang wanita karir yang hebat dan baik sampai bisa menjadi seorang kepercayaan Presdir tersebut. Dia semakin di buat penasaran siapa Presdir yang menyembunyikan indetitasnya itu, bahkan memintanya untuk datang sendirian dan menjelaskan tentang perusahaannya secara langsung padanya.

Waktu semakin berjalan dan akhirnya sepuluh menit kemudian Presdir yang dimaksudkan sekretaris Shen dia datang bersama dengan beberapa ajudannya.

"Hallo nona Anne senang bertemu denganmu kembali," ujarnya yang duduk di hadapan Anne yang sekarang tengah terperangah melihatnya.

"Tuan Jackson," katanya yang benar-benar di buat tidak percaya, jika yang mengajaknya untuk bertemu adalah Jackson pria itu ayah dari Darren.

"Kau terkejut melihatku nona Anne? Kau tidak perlu terkejut tenang saja," Anne masih di buat terdiam entah apa yang harus dia katakan sekarang.

"Maaf saya menyuruh Sekretaris Shen mengirimkan email kepadamu karena saya yakin jika saya yang mengirimkannya langsung, kau pasti tidak akan mau menemuiku." ujarnya kembali seraya tersenyum manis.

Pantas saja si pengerim email itu memintanya untuk datang sendiri dan ternyata yang mengajaknya untuk bertemu adalah Jackson.

TBC.
Di harap memberikan Vote dan Komentarnya ya prend memberikan kedua poin itu sangat gratis :)

Scandal With My Boss (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang