Bab 20 - Start Up

1.2K 53 0
                                    

Saat ini baik Darren dan Anne tengah menatap salah satu gedung pencakar langit yang ada di hadapan mereka entah mengapa seketika Anne merasakan kerinduannya untuk bekerja kembali di perusahaan itu, tapi berbeda dengan Darren dia sepertinya tidak merindukan apapun dari perusahaannya.

"Kau ingin bekerja kembali disana?" Anne mengangguk.

"Anne berhentilah berkeinginan untuk bekerja disana karena pimpinan perusahaan itu telah berubah bukan aku lagi, kau akan merasa kebosanan jika nanti bekerja tanpa diriku disana," ujarnya dengan begitu percaya diri membuat Anne menggelengkan kepalanya.

"Anne ayo kita bangun perusahaan bersama," Anne menatap Darren dengan tatapan konyolnya.

"Aku serius Anne ayo kita bangun perusahaan bersama, kita mulai segalanya dari nol aku yakin bersamamu semuanya pasti akan berjalan dengan baik," ujarnya seraya menggenggam tangan Anne.

"Darren kau tahukan membangun sebuah perusahaan itu bukan seperti membuat mainan lego begitu banyak hal yang harus di korbankan," kata Anne.

"Anne apa kau lupa aku ini mantan seorang CEO aku tahu betul seperti apa persiapan dalam membangun sebuah perusahaan, ya meskipun dulu aku pernah membangun perusahaan di bantu oleh ayahku, tapi sekarang aku ingin membangunnya bersamamu Anne," ujarnya menyakinkan Anne sekali lagi.

"Kau yakin Darren?" Anne menatapnya tidak percaya.
"Aku sangat yakin," ucapnya.
"Tapi aku tidak yakin," Darren menghela nafas mendengarnya.

"Anne ku mohon yakinkan perasaanmu, yakinkan jika kita bisa bersama-sama membangun sebuah perusahaan impian kita itu pasti akan terwujud," lagi Darren berusaha menyakinkan.

"Apa kau tidak ingin menjadi seorang pemimpin dan memiliki perusahaan sendiri, apa kau ingin selamanya menjadi seorang karyawan? Ayolah Anne yakinkan tekadmu bersamaku." Anne tersenyum dan menganggukkan kepalanya seketika ia berhamburan ke dalam pelukan Darren.

Anne akan mencoba menyakinkan dirinya untuk memulai segalanya bersama Darren dan apa yang Darren katakan memang ada benarnya ia tidak mungkin selamanya menjadi seorang karyawan, ia pun harus memiliki mimpi yang sama seperti Darren mempunyai perusahaan sendiri meskipun sepertinya hal itu terdengar sedikit mustahil tapi melihat Darren yang sangat menyakinkan dirinya, ia jadi semakin yakin.

Ketika manusia mau berusaha mewujudkan ketidak kemungkinannya, apa yang tidak mungkin itu pasti akan menjadi kemungkinan yang nyata.

***

Anne membantu pria itu mengemaskan pakaiannya ke dalam koper, "Kau yakin Darren ingin menjual apartemen dan mobilmu itu?" Darren mengangguk, ia sudah sangat yakin.

"Saat aku memutuskan untuk melepaskan jabatanku dan meninggalkan perusahaanku sendiri, aku sudah sangat yakin untuk memulai segalanya bersamamu Anne, jadi ku mohon padamu untuk tetap selalu bersamaku," ujarnya yang berhasil membuat hati Anne terenyuh mendengarnya.

Anne berjanji tidak akan pernah mencoba untuk meninggalkan Darren, dia akan selalu berusaha untuk tetap disamping pria itu yang telah memilihnya dan meninggalkan segalanya demi dirinya.

"Ayo cepat bantu kemasi pakaian ku orang yang akan membeli apartemenku akan tiba kesini," ujarnya.

Anne benar-benar di buat lelah membereskan pakaian Darren ke dalam koper ternyata pria itu memiliki selera seperti seorang wanita dalam berpakaian, mana ada pria yang mengoleksi berbagai merk pakaian sebanyak ini.

"Hei cepat ayo turun ke bawah," kata Darren yang berhasil mengejutkan Anne.

Saat turun kebawah mereka telah di tunggu oleh sepasang suami-istri yang akan membeli apartemen Darren.

Setelah memberikan sertifikat apartemennya Anne sejenak menemani Darren menatap apartemen mewahnya, pria itu benar-benar nekat menjual apartemennya demi mendapatkan modal untuk membangun sebuah perusahaan.

"Darren ayo kita pulang sudah sore sampai kapan kau akan menatapnya, kau membuatku cemburu," Darren terkekeh mendengarnya ternyata Anne cemburu hanya karena sebuah apartemen.

"Dasar konyol ayo kita pulang." katanya seraya menggandeng Anne masuk ke dalam mobilnya.

Jangan lupakan Darren pun menjual mobil Ferarri kesayangannya dan ia membeli mobil merek biasa pada umumnya untuk ia bawa kemana-mana nanti bersama Anne.

Mengenai tentang kedua orang tuanya Darren benar-benar sudah mengabaikan pesan dan ancaman dari Jackson tapi untuk menghubungi ibunda tercintanya, Darren masih sempatkan karena baginya hanya Emma dan Anne yang mendukungnya sekarang.

***

Sebenarnya tidak akan menjadi permasalahan juga jika Darren tinggal satu rumah dengannya ini kan New York City tapi yang sekarang jadi masalahnya adalah Anne yang merasa tidak nyaman satu atap dengan seorang pria.

"Jika kau mau aku bisa tidur diluar," ucapnya.
"Jangan!" Anne menghentikannya.
"Kau bisa tidur di dalam tapi maaf kau harus tidur di sofa bukan di kamar," ujarnya.
"Kenapa kita tidak berbagi tempat tidur? Kita ini kan sepasang kekasih," katanya dengan polos seketika Anne menggelengkan kepalanya.
"Aku belum siap," Anne menutupi wajahnya.
"Hei apanya yang belum siap? Kita kan hanya berbagi tempat tidur bukan untuk melakukan sesuatu," tanya Darren mendekatinya.

"Tetap saja kita ini manusia normal aku tidak mau sampai hal itu terjadi.. aku sangat menjaganya," Darren tersenyum mendengarnya, padahal ia hanya bercanda tapi Anne sudah menanggapinya terlalu serius.

"Tenanglah aku mengerti maksudmu lagi pula aku bukan pria mesum yang akan memaksamu untuk melakukan sesuatu yang tidak kau inginkan," ujarnya seraya memeluk Anne sesekali ia mengelus puncak rambut Anne.

Sedekat ini bersama Anne saja sudah berhasil membuat Darren merasa bahagia bagaimana jika suatu hari nanti mereka akan menjalani kehidupan bersama, membayangkannya sudah sangat membuatnya tidak sabar menantikan hari itu, yang harus sekarang mereka lakukan adalah berusaha mewujudkan mimpi besar bersama.

"Ini udah sore sebaiknya kau mandi tubuhmu bau sekali, aku akan masak untuk makan kita nanti malam," kata Anne seraya mencium pipi Darren aksinya itu berhasil membuat sang empu blushing.

"Kau membuat wajahku seperti kepiting rebus my boo," Anne terkekeh mendengarnya ternyata Darren sangat mudah untuk di goda.

"Cepat sana mandi," katanya seraya melemparkan handuk ke arah Darren.

Melihat Darren yang sudah masuk ke dalam kamar mandi, Anne mulai bergulat dengan peralatan dapur seadanya di mini dapur yang ada di rumah kontrakannya ini.

Dan bicara tentang Darren yang akan tinggal bersama Anne di rumah sewanya dikarenakan uang hasil jual apartemen, mobil dan beberapa benda penting Darren itu uangnya mereka akan gunakan hanya untuk kebutuhan membangun perusahaan nanti, jadi karena itulah mereka sepakat untuk menghemat.

"Darren diamlah suaramu itu merusak konsentrasi memasak ku," teriak Anne yang mendengar suara Darren sedang bernyanyi di dalam kamar mandi.
"Suaraku indah bukan?" serunya.
"Suaramu seperti burung beo!" kata Anne keras.

Mendengar perkataan Anne barusan bukannya berhenti bernyanyi pria itu malah terus bernyanyi tapi entah mengapa Anne merasa terhibur, biasanya di rumah yang kecil ini setiap kali ia berada di dalamnya hanya akan ada suasana keheningan di dalamnya, tapi sekarang rasanya sedikit lebih berwarna mungkin kedepannya bukan lagi sedikit tapi bahkan lebih dan lebih berwarna dan menyenangkan untuk kehidupannya di masa depan nanti.

Semoga Anne bisq merasakan kebahagiaannya itu bersama pria sintingnya.

TBC.
Di harap memberikan Vote dan Komentarnya ya prend memberikan kedua poin itu sangat gratis. :)

Scandal With My Boss (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang