Bab 41 - Kedamaian Bersama

662 31 0
                                    

Akibat salju turun semalam berhasil membuat jalanan menjadi licin bahkan beberapa pekarangan rumah di penuhi salju. Bahkan sekarang udara kali ini temperaturnya semakin naik beberapa dari mereka menyalakan api di dalam rumah sebagai penghangat di ruangan.

"Kau tetap akan berangkat ke kantor hari ini?" tanya Anne menyakinkan.

"Iya masih banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan, kita sudah banyak mendapatkan investor dan juga klien yang ingin bergabung dengan perusahaan kita," ujar Darren seraya mengenakan mantel tebalnya.

"Sebenarnya aku ingin sekali berangkat ke kantor," Anne tampak murung.

"Kau akan kembali bekerja ketika keadaan tubuhmu sudah semakin membaik, istirahat saja di rumah dan jangan keluar dari rumah lihatlah di luar cuacanya sangatlah dingin," Anne mengangguk patuh layaknya seorang bocah.

Saking gemasnya Darren sampai mengusap puncak kepala Anne dan seketika wanitanya menunjukkan senyum manisnya.

"Kau tahu Anne jika setiap hari seperti ini terus aku bisa-bisa terkena diabetes," gombalnya .

Dahi Anne bergelombang mendengarnya, "Kenapa bisa begitu?" Darren tersenyum sambil mencolek hidung mancung wanitanya.

"Iya aku bisa terkena diabetes karena setiap hari melihat senyum manismu itu," ucapnya.

"Huh kau ini sudah mulai ya," Darren tertawa mendengarnya.

"Aku bisa telat nanti jika terus seperti ini, aku berangkat ya. Jangan khawatir aku tidak akan lama secepatnya aku akan pulang." ujarnya.

Anne menggelengkan kepalanya, ia tidak suka mendengar Darren akan cepat pulang karena pria itu harus benar-benar fokus pada pekerjaannya.

"Baiklah my boo aku akan bekerja dengan fokus dan pulang lebih awal setelah semua pekerjaanku beres." ujarnya kembali memperbaiki kalimatnya.

Anne mencium pipi Darren aksinya itu semakin membuat Darren merasa senang, kini mereka berdua sudah benar-benar menunjukkan hubungan mereka tanpa rasa canggung dan ragu sama sekali.

***

"Duduklah Anne bersama kami, ini teh hangat untukmu," ujar Emma seraya menepuk space yang masih kosong di sebelahnya.

Anne ragu tapi pada akhirnya ia pun ikut duduk bergabung dengan keduanya.

"Tuan Jackson anda hari ini tidak bekerja?" Anne memberanikan diri bersuara.

"Dia mempunyai akses bebas untuk berangkat bekerja di hari apapun dan di jam apapun Anne," cibir Emma.

Namanya juga seorang Presdir dia kan mempunyai kebijakannya sendiri dalam mengatur kapan waktu diakan bekerja.

"Kau jangan memanggil dia se-formal itu Anne panggil saja Daddy selayaknya anak pada ayahnya," tutur Emma.

"Jangan memaksakan seseorang untuk bersikap seperti itu padaku," ujar Jackson.

Dia tidak akan memaksa Anne untuk memanggilnya Daddy biarkan saja Anne bersikap seperti itu kepadanya.

"Iya sudah iya tapi nanti kalau kau sudah jadi bagian dari keluarga kami panggil dia Daddy mu ya Anne," pinta Emma.

"Iya Mom." Anne menunjukkan senyum manisnya.

Emma pergi kearah belakang dia bilang ingin membuat sesuatu sebentar di dapurnya, dan ia juga melarang Anne untuk ikut ke belakang dengan alasan Anne tidak boleh terlalu banyak bergerak tapi situasi seperti ini hanya berdua saja dengan Jackson membuatnya semakin merasa canggung.

"Kenapa tidak di minum tehnya?" Anne terkejut mendengar suara Jackson barusan.

"Oh iya ini mau ku minum," Anne menyeruput teh manis hangat buatan Emma.

"Tuan," ucapnya.
"Iya kenapa?" Jackson memilih mengalihkan koran yang sedang ia baca dan menatap Anne.

Anne merasa gugup ia menggenggam tangannya sendiri dengan erat, "Aku ingin meminta maaf akan sikap ku dulu pada tuan Jackson, maaf tidak seharusnya aku mengancammu tuan," ujarnya seraya menggigit bibir bawahnya.

"Tidak apa-apa lupakan saja tentang hal itu, kau memang wanita hebat mempunyai strategi yang tepat dalam melawan lawan yang akan mengancammu," ujarnya yang berhasil membuat Anne menatapnya dengan tatapan yang tidak percaya, jika Jackson akan mengatakan kalimat itu barusan.

"Sekarang saya tahu mengapa Darren sangat mengagumimu nona Anne," sambungnya.

"Terimakasih atas pujiannya tuan tapi aku hanya wanita biasa yang masih pemula dalam merintis karir," tuturnya merendah diri.

"Kau memang baru pemula tapi kepandaianmu bukanlah hal yang pemula, kau dan Darren sampai berani mengambil resiko membangun perusahaan rintisan di era kota yang saat ini sedang sangat ketat, dalam bersaing dengan perusahaan besar lainnya tapi kalian mampu mendirikan perusahaan itu," ujarnya kembali.

Kali ini Jackson sedang tidak berpura-pura dalam memuji  kepandaian Anne tapi ia benar-benar mengagumi sikap keberanian dan kepandaiannya, jarang sekali ada wanita yang gigih dalam membangun sebuah perusahaan.

"Jika aku berada di posisimu aku pun pasti akan menjebak seorang investor agar mau bergabung dan mau menyuntikkan dananya untuk kelangsungan perusahaan ku Anne." tuturnya kembali.

Anne kini semakin yakin jika Jackson memanglah seorang ayah yang hebat dan orang yang baik dia bahkan mampu bersikap biasa saja setelah ia sudah berani menjebaknya, bahkan mengancamnya. Tapi seperti yang di katakan Jackson, siapapun pasti akan melakukan apapun demi kelangsungan perusahaan yang di dirikannya.

***

Darren pulang di waktu yang tepat tapi ia tidak menemukan wanitanya yang biasa mengurung diri di dalam kamarnya tapi sekarang, ia menemukannya sedang bersama kedua orang tuanya di living room keluarga, ia tidak percaya jika Anne bisa secepat itu dekat dengan kedua orang tuanya.

"Sepertinya ada anak baru yang sampai berhasil mengalihkan perhatian kalian padaku huh?" cibir Darren.

"Iya Anne sekarang memang sudah menjadi putri kami," sahut Emma.

"Mom Anne tidak pantas menjadi putrimu," Anne membulatkan matanya mendengar pernyataan Darren barusan.

"Tapi dia lebih pantas menjadi menantumu," sambungnya yang berhasil membuat perasaan keduanya merasa lega, mereka hampir saja mengira jika Darren sedang tidak bercanda.

"Kau ini hampir saja membuat kami salah paham," tutur Jackson yang ikut dibuat kesal.

"Kalian terlalu serius tapi aku pun sangat serius ingin menjadikan Anne sebagai menantu untuk kalian," Darren mengedipkan matanya sedangkan yang di liriknya hanya diam saja.

"Apa kau tidak lapar?" Anne menatapnya berharap pria itu mengerti maksudnya.

Darren menganggukan kepalanya, "Iya aku sangat lapar," katanya.

"Oke aku akan menyiapkan makanan untukmu," Anne bersiap ke dapur, ia masih merasa tidak nyaman saat Darren membahas hal yang berkaitan tentang pernikahan.

"Sepertinya dia masih belum merasa nyaman saat kita membahas hal itu, aku akan kesana sorry Mom Dad," ucap Darren pada kedua orang tuanya.

"Sudah sana samperin dia, nanti makanannya jadi dingin lagi sedingin sikapnya," kata Emma jenaka.

"Whoa! sejak kapan Mom jadi pandai dalam berkata-kata." goda Darren serasa tersenyum kearah Emma.

Sebenarnya bukannya tidak nyaman hanya saja Anne merasa sedikit canggung saat membahas hal itu di hadapan kedua orang tua Darren. Memang sudah dasarnya saja Darren pria menyebalkan itu sering sekali menggodanya, pria itu tidak pernah berubah tapi entah mengapa Anne hanya akan merasa nyaman saat Darren menggodanya di saat mereka hanya berdua saja.

TBC.
Di harap memberikan Vote dan Komentarnya ya prend memberikan kedua poin itu sangat gratis. :)

Scandal With My Boss (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang