Bab 40 - Semanis Senyumanmu

772 30 1
                                    

Matanya masih terpejam tanpa ia sedari seseorang sedang memperhatikan setiap inci lekuk wajahnya, jarinya mengelus perlahan wajah cantik yang terpampang di hadapannya, ia mengagumi wajah cantik yang nyaris sempurna ciptaan Tuhan itu.

"Kau masih sangat terlihat cantik bahkan saat wajahmu masih terlihat pucat seperti ini," gumamnya.

Mata yang masih terpejam itu akhirnya mengerjapkan kelopak matanya, merasa terusik akan tidur nyenyaknya yang di ganggu oleh seorang pria tampan yang sekarang sedang tersenyum manis untuknya.

"Apa aku mengganggumu?" Anne menganggukkan kepalanya.

"He-um kau sangat menganggu waktu tidur siangku Darren,"

"Tapi ini sudah sore Anne sudah waktunya kau bangun," Anne bangun dari tidurnya dan menyenderkan tubuhnya pada ranjang kasur.

"Apa kepalamu masih masih terasa sakit?" Darren menyentuh pelan kepala Anne.
"Sedikit tapi sudah meredah saat ku minum obatnya," katanya.
"Kau sudah makan?" tanya Darren lagi.
"Darren berhenti bersikap seperti ini, aku ini wanita dewasa bukan seorang bocah," Anne mendelikan tatapan tajamnya.

"Iya kau wanita dewasa yang sangat pandai dalam berciuman," mendengar kalimat itu Anne menghantam tangannya pada tubuh Darren.

"Bahkan saat tubuhmu sedang sakit seperti ini tenagamu masih cukup kuat juga ya," Darren terkekeh mendapatkan hantaman itu.

"Iya dan kau harus berhati-hati aku masih bisa menendangmu keluar dari kamar ini," tutur Anne jenaka.

Darren mengulurkan tangannya, "Huh menyeramkan, ayo turun ke bawah mari ikut makan bersama, kita sudah di tunggu mereka." Anne menerima uluran tangannya.

Mereka menyadari jika mereka memang keduanya terlihat sangat serasi sudah pantas untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius, hanya saja Darren sudah menegaskan jika ia tidak ingin memaksa Anne harus secepatnya menikah dengannya, ia masih ingat keinginan Anne yang ingin menjadi wanita karir yang sukses mengembangkan perusahaan mereka bersama.

***

Jackson tengah menatap foto yang terpanjang di dinding kamarnya, foto yang mana terdapat dirinya, Emma dan juga Darren putra semata wayang mereka.

"Kau kenapa?" kata Emma seraya memeluk tangan suaminya.

"Aku hanya merindukan Darren kecil kita yang dulu," ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya dari bingkai foto.

"Iya akupun sama merindukan kelucuannya saat dia masih kecil dulu, tapi sekarang Darren telah tumbuh menjadi pria dewasa yang sudah mengerti apa itu cinta," ujar Emma yang berhasil membuat Jackson tertawa mendengarnya.

"Tapi meskipun dia sudah mengerti akan cinta, sifat keras kepalanya tidak pernah berubah," celetuknya.

"Iya dia memiliki sifat itu menuruni dari sifatmu, ayo turun mereka pasti sudah menunggu kita di bawah untuk makan bersama." ujar Emma.

Hal yang paling dirindukan dari kedua orang tua adalah mengingat putranya di masa kecil dulu, yang selalu periang, menggemaskan dan kadang-kadang suka menangis membuat kedua orang tuanya kelimpungan tapi sekarang, ketika putra kecilnya itu telah tumbuh menjadi seorang pria dewasa semuanya sangatlah berbeda, putra kecil mereka telah mengerti apa itu cinta dan seorang wanita.

"Ku pikir kalian sudah ada di bawah menunggu kami ternyata sedang asyik berduaan," cibir Darren dengan senyum devilnya.

"Kita ini sudah tua Darren, sudah tidak seperti dulu lagi bukan begitu Dad?" Jackson mengangguk.

Anne memilih untuk terus diam dan menatap mereka dengan pikiran kosongnya, ini untuk pertama kalinya ia ikut makan bersama dengan kedua orang tua Darren, bahkan di rumah kedua orang tua Darren langsung.

Setiap melihat wajah Jackson sejujurnya, ia selalu merasa malu karena dulu ia pernah bersikap kurang ajar pada Jackson.

"Nona Anne kau jangan merasa canggung saat bersama kami," ujar Jackson yang mengerti akan sikap Anne saat ini.

"Iya Anne aku sudah menganggapmu seperti putriku sendiri jadi kau pun harus menganggap Jackson seperti ayahmu ya," kata Emma yang berhasil membuat Anne menganggukkan kepalanya.

"Ayo makan sudahi rasa canggungmu," Darren memberikan sop daging kesukaan Anne.

"Mom membuatkannya khusus untukmu, makanlah ini selagi masih hangat," ujarnya.

"Terimakasih Mom," Anne menerima sop buatan Emma.

Malam ini terasa sekali kehangatan di keluarga Jackson dan ini untuk pertama kalinya keberadaan Anne diterima oleh kedua orang tua Darren. Tidak ada emosional, amarah ataupun kebencian yang ada hanyalah kehangatan keluarga.

***

"Kamu masih belum tidur Anne?" tanya Darren saat memasuki kamar Anne.

"Ku dengar malam ini, malam pertama turunnya salju di kota ini, Darren aku ingin sekali melihatnya," pintanya merengek bak anak kecil meminta sebuah permen pada ayahnya.

"Kau ingin melihatnya di luar?" Anne mengangguk.

"Baiklah ayo ku temani melihat salju tapi ingat ya jangan terlalu lama, udara diluar sangat tidak baik." katanya.

Anne meloncat dari kasurnya dan mengiyakan apa yang Darren nasehatkan untuknya, ini untuk pertama kali baginya melihat salju turun di malam hari bersama seseorang yang mencintainya dan dicintainya.

Saat ini mereka sudah berada di gazebo dekat kolam renang menunggu turunnya salju bahkan sekarang Anne sudah mengenakan syal di lehernya, udara di luar cukuplah dingin.

"Kenapa lama sekali sih jangan-jangan saljunya turun pada pagi hari?" kata Darren.

"No, aku sudah membaca berita harian di TV saljunya akan turun pada malam hari kita tunggu saja dulu ya," Anne menyangkalnya.

"Tapi Anne kau pasti akan merasa kedinginan jika terus-terusan berada di luar seperti ini," Anne menggeleng, dia sangat keras kepala.

Seketika Anne memeluk Darren berhasil membuat jantung sang empu berdegup lebih cepat, mungkin ini cara Anne untuk mengurangi hawa dingin di tubuhnya tapi bagi Darren ini membuat dirinya terasa panas, pria normal mana yang tidak tahan saat bersentuhan dengan wanita di saat cuaca sedang terasa dingin seperti ini.

"Anne," ucapnya.
"Begini saja sedikit membuatku merasa hangat Darren," katanya seraya memejamkan matanya.

Perlahan Anne tertidur di dalam pelukan Darren dan sesaat kemudian salju turun berhasil membuat Darren mendongakkan kepalanya ke atas.

"Ternyata benar-benar turun salju." katanya seraya memperat pelukannya pada tubuh Anne.

Darren berniat ingin membangunkannya tapi melihat Anne yang terlihat sangat pulas, ia jadi tidak tega untuk membangunkan wanitanya yang sudah tertidur lelap.

"Karena kau tidur ayo kita masuk ke dalam, tidak baik tidur di luar seperti ini." tuturnya hendak membawa tubuh Anne.

Baru saja ia hendak masuk ke dalam rumah tapi wanita itu seketika bangun karena terusik akan aksi Darren barusan.

"Kenapa kau tidak membangunkan ku saat saljunya sudah turun?" cercanya.

"Kau tertidur pulas mana tega aku membangunkanmu, lagi pula kita sudah di luar satu jam lebih ayo masuk ke dalam," ujarnya.

"Tunggu," Anne menahannya.

Anne menengadahkan tangannya keatas langit rintikan salju mengenai telapak tangannya, ia merasa senang meskipun udara dingin di luar sepertinya sudah naik temperaturnya, tapi tetap saja rasa dingin itu mengalahkan rasa kesenangannya.

"Kau merasa senang?" Darren menatapnya lekat.

"Iya ini untuk pertama kalinya aku melihat salju turun bersamamu, biasanya hari-hariku terasa sangat membosankan tapi kali ini sedikit berbeda." ujarnya dengan senyum sumringah.

Darren memeluknya erat menyalurkan hawa hangat di tubuhnya dan seketika bibir mereka saling menyatu untuk berciuman berbagi kehangatan di tengah guyuran salju turun di New York city.

TBC.
Di harap memberikan Vote dan Komentarnya ya prend memberikan kedua poin itu sangat gratis. :)

Scandal With My Boss (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang