Bab 9 - Pamer

1.8K 70 0
                                    

Satu kotak bekal berisikan sandwich buatan Anne telah ada di hadapan Darren, pria itu masih belum juga membuka ataupun memakannya ia masih memperhatikannya saja, ia khawatir Anne memasukkan sesuatu ke dalam sandwich tersebut.

"Huh, kau pikir aku akan meracunimu tuan Darren," ucapnya menatap dengan sebal.

"Bisa sajakan kau memasukkan sesuatu ke dalam sandwich itu," katanya dengan enteng.

"Terserah kau mau memakannya atau tidak, kalau kau tidak berselera buang saja ke tempat sampah, permisi." Anne keluar dari ruangan Darren menyisahkan pria itu yang masih duduk menatap kotak bekal yang belum di buka.

Darren sengaja tidak memakannya ia akan memakannya pada waktu yang tepat, melihat tingkah Anne padanya selalu berhasil membuat Darren tersenyum sekalipun wanita itu dan akhir-akhir ini Anne selalu menekan setiap katanya ketika berbicara dengannya.

Sebenarnya Darren sudah dari dulu mengagumi Anne sejak wanita itu masih kuliah, Darren adalah salah satu donatur di kampus Anne kuliah dulu.

"Pak Darren mari ikut saya ke ruangan para dosen, ruangannya ada di sebelah sana." ujar pemilik kampus.

Darren yang waktu itu diajak berkeliling melihat sekitar kampus, ia tidak sengaja melihat seorang wanita yang tengah tertawa dan tersenyum sumringah bersama beberapa kawannya di depan fakultas kelas bisnis management, seketika entah kenapa ia merasa ada desiran di dalam dadanya.

"Manis sekali senyumannya." gumamnya sebelum akhirnya lamunannya di buyarkan kembali oleh pemilik kampus.

Sejak itu Darren menemukan wanita yang di kaguminya, dan secepat mungkin Darren meminta asisten pribadinya untuk mencari tahu tentang wanita sang pemilik senyuman manis itu dan setelah ia mengetahui segalanya, bahkan ia rela menggeser posisi sekretarisnya demi memberikan kesempatan untuk Anne menjadi sekretarisnya, bekerja di perusahaan yang ia pimpin sekarang.

"Kau harus menikah denganku Anne." ujar Darren seraya menyadarkan kepalanya pada kursi kebanggaannya.

***

Vanny di buat heran pada teman barunya ini sedari tadi menggerutu tidak jelas, bagaimana Anne tidak kesal pasalnya Darren sinting itu tidak menghargai sandwich buatannya, pria itu tidak memakannya sama sekali. Padahal, Anne sudah rela bangun pagi hanya untuk membuatkan sandwich yang katanya harus spesial teruntuk Darren.

"Anne sudahlah lebih baik kau makan makananmu itu, sedari tadi kau cemberut terus," Vanny berujar.

"Kau tidak tahu bagaimana kesalnya aku Van," kata Anne.

"Bagaimana bisa aku tahu, kau tidak memberitahuku sama sekali apa yang membuatmu kesal Anne," ucapnya.

Mereka berdua yang sedang asyik makan siang seketika tiba-tiba Darren menghampiri mereka berdua, bukan sendirian tapi melainkan Darren datang bersama Brian.

"Aku dan Pak Darren bolehkan gabung makan siang bareng kalian?" tanya Brian gugup.

"Iya boleh, duduk saja." jawab Vanny yang bisa melihat kegugupan di wajah Brian berbeda dengan Darren yang sedang tersenyum manis pada mereka.

Brian menunduk ia merasa gugup atau ketakutan sebenarnya, sedari tadi saat di lobby ia berpapasan dengan Darren dan seketika atasannya itu mengajaknya untuk ikut bersamanya ke kafetaria, ingin menolak tapi ia tidak berani dan sekarang ia berakhir disini bersama mereka.

"Brian your oke?" tanya Anne yang di balas anggukan dari Brian.

"I'm oke nona Anne," jawab Darren yang berhasil membuat Anne memicingkan matanya. Tidak ada yang bertanya padamu bodoh!

Seketika Darren menaruh kotak bekal yang berisikan sandwich itu di meja membuat Anne membulatkan matanya tidak percaya dengan apa yang dia lihat, ia pikir Darren sudah membuang makanannya.

"Kau tahu Brian ini sandwich buatan nona Anne untuk saya dia bilang ini sandwich spesial untuk CEO tersayang di kantor ini, pertama kali mendengarnya saya sangat merasa tersanjung." ujarnya panjang lebar.

Anne yang duduk di sampingnya berhasil menelan salivanya sendiri, pria ini benar-benar sudah sinting ia bahkan tidak pernah mengatakan hal itu kepadanya, lagi pula untuk apa dia berbicara seperjelas itu kepada Brian.

Sandwichnya Darren makan sampai habis di hadapan Anne sekaligus, inilah yang di namakan waktu yang tepat untuk memperlihatkan jika sandwich ini memang spesial di buat untuknya.

"Wow, ini rasanya sangat enak sekali nona Anne besok kau bisa membuatkannya lagi untukku?" 
"Besok weekend Pak Darren," sarkas Anne.
"Oh benarkah, aku sampai lupa hahaha." jawab Darren sambil tertawa.

Senyum manis Darren kepada Anne bisa mereka tebak jika memang Darren memiliki perasaan lebih pada Anne, mungkin Anne belum menyadarinya saja sedangkan Anne yang mendapatkan senyuman dari Darren berhasil membuatnya merasa ilfil akan sikap pria sinting itu kepadanya.

***

Mereka kembali fokus pada rapat penting kali ini, mengenai Darren yang akan bertugas keluar kota selama 3 hari mendatang, beberapa staf lain telah merancang susunan yang telah di sepakati Darren agar saat ikut meeting penting nanti Darren berhasil memenangkan tender.

"Bisakah anda fokus pada rapat kita kali ini Pak Darren yang terhormat," bisik Anne yang duduk dekat di samping Darren, bukannya mendengarkannya pria itu malah mengedipkan satu matanya.

"Bagaimana Pak Darren, apa anda menyetujuinya?" ujar salah satu karyawan staf.

"Iya saya setuju, kalian siapkan saja apa yang di butuhkan saya pada saat meeting tender nanti," jawabnya acuh membuat beberapa staf menelan salivanya.

"Oke kalau begitu rapat kali ini selesai, silahkan kalian kembali ke pekerjaan kalian masing-masing." mereka mengangguk dan memberikan salam hormatnya pada Darren.

Anne menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan sikap acuh Darren saat ini, bisa-bisanya pria itu tidak seperduli itu pada usulan dari para karyawannya.

Seketika Anne memukul lengan Darren membuat sang empu merintih, "Kau ini kenapa sih tiba-tiba memukul ku?" kata Darren merasa heran.

"Kenapa? Kau yang kenapa dari tadi seharusnya fokus pada rapat kita kali ini, kau malah asyik melamun," sarkasnya.

"Aku tidak melamun, aku memperhatikanmu nona Anne." plak! Anne sekali lagi memukul punggung Darren.

"Jangan terus memukul ku atau ku cium bibir mu itu," seketika Anne mendorong kursi Darren.
"Dasar pria omes!"
"Apa itu omes?"
"O-t-a-k.. M-e-s-u-m," Anne berlari keluar dari ruangan.

Saat Anne sedang berjalan di koridor kantor tiba-tiba Darren menyusulnya dari belakang berhasil membuat Anne di buat terkejut.

"Jangan terburu-buru jalannya, ayo pulang bersama ku," Darren menyamakan langka kakinya.

"Aku tidak mau, aku ingin pulang sendiri saja," katanya.

"Jangan begitu ayo ku antar pulang, jika kau tidak mau pulang denganku, aku tidak akan mengikut sertakan kau dalam perjalanan kita keluar kota nanti," ancaman Darren berhasil membuat langkah kaki Anne terhenti.

"Aku ini sekretarismu, mana bisa kau seenaknya tidak mengikut sertakan aku?" Anne menunjuk dirinya sendiri.

"Karena kau tidak mau pulang denganku, jadi itu konsekuensinya," ujar Darren yang tidak tahu diri ini.

"Baiklah ayo antar kan aku pulang." jawab Anne seraya berjalan lebih dulu, ia bukannya buta akan perjalanan dinas keluar kota nanti tapi ini adalah pertama kalinya ia melakukan pekerjaan dinas keluar kota. Tapi, sialan si Darren itu selalu berhasil mengancamnya.

TBC.
Di harap memberikan Vote dan Komentarnya ya prend memberikan kedua poin itu sangat gratis. :)

Scandal With My Boss (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang