4. FIRST NIGHT

74.8K 2.7K 6
                                    

Rian tercengang saat keluar dari kamar mandi hotel. Bola mata Rian mengarah pada sosok gadis di depannya. Rian tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Ayana, hingga Ayana seenaknya menguasai ranjang. Posisi Ayana tepat berada di tengah-tengah dengan selimut tebal yang menutupi tubuh gadis itu. Belum lagi dengan bantal yang berada di sisi kanan dan kiri Ayana, membuat ranjang seluas itu jadi terlihat sempit.

"Kalau posisi kamu di tengah seperti itu saya harus tidur dimana Ayana?" tanya Rian.

Mendengar ucapan Rian, Ayana menghela napasnya. Sejak tadi Ayana memang belum tertidur. Bahkan Rian juga tahu jika Ayana hanya memejamkan mata saja. Rian tidak mendengar dengkur halus dari gadis yang sudah memakai piyama lengkap itu. Seharusnya malam pertama seperti ini Ayana menggunakan gaun malam seksi yang bisa menggoda Rian. Tetapi, Rian justru melihat piyama bergambar mickey mouse. Ayana membuat Rian tak habis pikir. Apalagi dengan raut wajah Ayana yang kesal karena pertanyaan Rian.

"Siapa yang bilang kamu boleh tidur bareng aku di sini?" Ayana balik bertanya.

"Tanpa kamu bilang saya juga sudah tahu, Ayana. Tidak ada ranjang lain selain itu. Kalau bukan di situ, dimana lagi?" tunjuk Rian pada ranjang yang Ayana tempati saat ini.

"Di situ masih ada sofa, Rian. Enggak usah manja deh!" ucap Ayana seenaknya dengan senyum meledek. Sepertinya Ayana balas dendam karena Rian dengan beraninya memandangi Ayana yang tadi hanya berlilitkan handuk.

Rian mengernyitkan dahinya, sambil melirik sofa yang Ayana maksud. "Sofa itu terlalu kecil, badan saya bisa sakit semua. Kenapa bukan kamu saja yang tidur di situ?"

"Enggak bisa gitu dong!" Ayana dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya.

"Kenapa enggak bisa?" balas Rian yang masih tidak mengerti jalan pemikiran Ayana.

Padahal tidur satu ranjang bagi Rian tidak masalah. Tetapi, bagi Ayana itu masalah besar. Sejak mendapatkan ciuman tiba-tiba dari Rian dan tahu isi otak mesum duda itu, Ayana langsung berjaga-jaga seandainya Rian hendak macam-macam.

Saat ini Ayana terlihat marah, karena Rian terlalu banyak bertanya. Ayana mengubah posisinya menjadi duduk dengan tangan bersedekap di bawah dada. Ayana merasa Rian pura-pura bodoh, karena terus mengajak Ayana berdebat soal masalah ranjang.

"Kenapa kamu masih tanya terus sih? Harusnya kamu ngalah sama perempuan," ucap Ayana.

"Kalau saya enggak mau gimana?" Rian mencoba menantang gadis galak di depannya.

"Jangan ngajak ribut malam-malam! Udah, sana tidur! Pokoknya aku enggak ngebolehin kamu tidur di sini," balas ketus Ayana, sambil melemparkan bantal untuk Rian.

Dengan sigap Rian langsung menerimanya. Rian menatap kesal gadis yang sudah bersiap untuk kembali tertidur. Terpaksa Rian harus tidur di sofa kecil itu karena ulah Ayana yang terlalu egois. Rian tak lagi berdebat dengan Ayana. Tubuh Rian cukup lelah malam ini. Ternyata acara prosesi pernikahan yang berlangsung sejak tadi pagi sangat menguras energi. Padahal Rian sudah pernah menikah, tetapi tidak pernah melelahkan sekali seperti ini.

Rian tampak berbaring di sofa dengan mata yang mulai terpejam. Tapi, baru beberapa detik Rian memejamkan matanya, terdengar sebuah ketukan pintu kamar hotel. Rian bangkit untuk membukakan pintu.

Sementara itu Ayana juga melirik ke arah pintu. Ayana ternyata belum bisa tertidur. Rasa penasaran membuat Ayana juga beranjak dari atas ranjang, mengikuti langkah kaki Rian. Saat pintu dibuka, Rian dan Ayana kaget dengan kedatangan Al. Tengah malam seperti ini Al seharusnya sudah tertidur di rumah.

"Mommy..." Al langsung memeluk kaki Ayana, membuat Ayana menunduk dan mengulurkan tangannya untuk menggendong bocah berusia tiga tahun itu.

"Maaf ya, mami ganggu kalian malam-malam gini. Al dari tadi enggak mau tidur, maunya tidur sama Ayana. Jadi, terpaksa mami bawa ke sini," ucap mami Rian yang sudah menjadi mertua Ayana saat ini.

Rian mengangguk mengerti. Kalau sudah menyangkut soal Al, Rian sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Terlebih Al terlihat nyaman dalam pelukan Ayana. Rian sepertinya tidak merasa keberatan. Justru mami Rian yang merasa bersalah, karena berpikir ini first night Rian dan Ayana.

"Enggak apa-apa mi, Ayana malah senang. Kamu juga enggak keberatan kan?" tanya Ayana yang menatap ke arah Rian.

"Iya, biar Al tidur di sini aja. Besok kita juga sudah kembali ke rumah," jawab Rian.

Usai Rian mengatakan itu, Ayana melihat Al yang sudah mulai mengantuk. Mata Al berkedip-kedip dengan sangat menggemaskan. Anak berusia tiga tahun itu sebenarnya ingin mengajak bermain Ayana, tetapi matanya sudah lelah. Ayana mengusap lembut punggung Al, agar cepat tertidur. Al yang menuruni ketampanan Rian itu terlihat tenang sekali dalam dekapan Ayana. Mami Rian sampai merasa takjub. Tidak sia-sia Rian bertahan menghadapi keegoisan dan sikap galak Ayana, kalau imbalannya bisa membuat Al bahagia.

"Kayaknya Al udah mau tidur, aku tidurin dulu ya mi," ucap Ayana.

"Mami juga udah mau pulang, papi udah nunggu di depan," jawab wanita paruh paya itu yang hendak pergi dari kamar hotel Rian dan Ayana.

Bahkan Ayana sudah melangkahkan kaki kembali menuju ranjang. Sedangkan, Rian masih berada di depan pintu bersama maminya. Terlihat Ayana yang sedang membaringkan tubuh Al di ranjang dengan sangat hati-hati.

"Masih ada banyak waktu untuk bikin cucu lagi buat mami," ucap mami Rian yang sambil tersenyum, menggoda putranya itu.

"Mami apa-apaan sih? Rian mau tidur dulu," balas Rian kesal. Rian sudah berkepala tiga seperti itu tetapi maminya masih memperlakukan Rian layaknya anak kecil dengan berbagai ledekan dan godaan.

"Enggak usah pakai malu-malu gitu sama mami, Rian. Kalau kamu mau melakukannya jangan keras-keras, kasihan nanti Al terbangun," mami Rian kembali menggoda putranya, sambil memberikan saran malam pertama.

"Pikiran mami terlalu jauh. Sudah, lebih baik mami pulang," Rian kembali mengusir karena pria itu tak tahan mendengar ledekan dari maminya.

"Iya, iya. Mami pulang dulu," jawab wanita paruh baya itu yang menjauh setelah mendapat satu kecupan di pipinya dari Rian.

Rian lalu menutup pintu kamar hotel. Sejenak Rian menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tingkah maminya sendiri yang selalu begitu. Kemudian, Rian kembali ke sofa kecil tempatnya tidur, tapi ada yang membuat Rian berdiam diri. Pemandangan di atas ranjang menarik perhatian Rian. Terlihat Ayana yang sedang tertidur pulas sambil memeluk tubuh mungil Al. Rian jadi teringat dengan Tasya, mendiang istrinya.

Wajah Ayana yang begitu mirip dengan Tasya membuat Al sangat menyayangi Ayana. Tetapi Rian justru melihat ada ikatan batin tersendiri antara Al dengan Ayana. Entah itu hanya pemikiran Rian saja atau Rian sedang terbawa suasana haru melihat putranya yang kembali mendapatkan kasih sayang seorang ibu.

CRAZY SEXY DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang