Sepanjang perjalanan Rian hanya mendiamkan Ayana. Rian masih sangat emosi saat melihat Rey yang seenaknya menyentuh tangan Ayana. Seharusnya ini tidak terjadi, kalau Ayana tidak berduaan dengan Rey di ruangan itu.
Rian turun begitu saja dari mobil, tanpa mempedulikan Ayana. Satu yang membuat Rian mulai membenci Rey, laki-laki itu seperti tidak punya malu mendekati istri orang. Saat Ayana sudah menjadi istri Rian itu artinya Ayana milik Rian sepenuhnya. Tidak boleh ada laki-laki lain yang menyentuh milik Rian. Apabila itu terjadi, akibatnya akan seperti tadi.
Pukulan keras Rian layangkan begitu saja, hingga sudut bibir Rey mengeluarkan darah. Mata Rian masih sempat melihat Rey yang mencoba menantang, dengan menunjukkan senyum ke arah Rian. Dari situ saja, Rian sudah semakin yakin Rey memiliki niat untuk mendekati Ayana.
"Yan..." panggil Ayana.
"Kenapa kamu enggak bilang, lagi berduaan sama dia?"
"Enggak berduaan, tadi aku sendiri. Dia yang tiba-tiba datang."
"Kamu enggak bisa ngusir dia? Pergi dari situ? Apa studio itu terlalu kecil, sampai enggak ada tempat lain, buat kamu nunggu?" Rian semakin emosi.
"Aku udah coba pergi, tapi dia tahan tangan aku," ucap lirih Ayana.
Tampaknya Ayana mulai ketakutan, apalagi Rian bersikap sangat dingin. Rian membiarkan Ayana yang duduk di tepi ranjang, perempuan itu tidak berani mendekat ke arah Rian. Tatapan Rian yang penuh emosi, membuat Ayana cuma bisa menundukkan kepala.
"Itu enggak akan terjadi, kalau kamu enggak berduaan sama dia," balas Rian.
"Aku minta maaf," Ayana menampilkan ekspresi memelas.
Bukannya memaafkan Ayana, Rian malah ingin menanyakam sesuatu yang sempat Ayana ucapkan di mobil. Tetapi, Rian yang masih terlalu emosi, saat itu memilih untuk mengabaikan dulu. Rian tidak mau membentak Ayana lagi.
"Aku enggak ngerti sama kamu, Ay. Kenapa kamu enggak bilang, kalau kamu dapat tawaran pekerjaan bareng sama dia?" tanya Rian.
"Aku enggak bilang, karena aku pikir kamu enggak akan marah," Ayana masih menunduk takut.
Rian terdiam beberapa saat. Percakapan ini tidak akan Rian lanjutkan. Laki-laki itu cuma geleng-geleng kepala, tak habis pikir dengan isi kepala Ayana yang menganggap Rian tidak akan marah. Rian memilih masuk ke dalam kamar mandi untuk menjernikahkan pikirannya.
Saat Rian masih begitu emosi, Rian jadi seperti Ayana yang berlama-lama berendam di dalam kamar mandi. Bahkan Rian memasukkan bathbomb kesukaan Ayana ke dalam bathtub. Belum lagi Rian mulai menghirup aroma essential oil yang biasa Ayana gunakan.
Setelah melakukan semua ritual yang sedikit menenangkan hatinya, Rian akhirnya keluar dari dalam kamar mandi. Dengan tubuh shirtless, Rian cuma melirik sekilas Ayana yang masih duduk di posisi tadi. Sepertinya Ayana betah berjam-jam dalam posisi itu.
Rian yang masih marah, memilih untuk tidak peduli. Sebenarnya ini sangat sulit untuk Rian, apalagi melihat wajah Ayana yang memelas. Rian tidak tega pada istrinya, tetapi Rian juga masih kesal.
Dengan handuk melilit di pinggang yang hanya menutupi sampai lutut, Rian berjalan melewati Ayana. Rian mengambil kaos asal yang ada di lemari. Tidak lupa, Rian juga mengeringkan rambutnya sendiri. Meskipun, Ayana tampaknya ingin membantu.
"Aku bantuin keringin," ucap Ayana.
Perempuan itu mencoba menebus kesalahan dengan membantu keperluan Rian. Tetapi, Rian malah menyingkirkan tangan Ayana. Rian masih terdiam, membuat Ayana semakin bingung. Ditambah lagi, Rian tiba-tiba mengambil bantal.
"Aku tidur di sofa malam ini," Rian menatap tajam Ayana.
Rian keluar dari dalam kamar, lalu menaruh begitu saja bantalnya di atas sofa. Laki-laki itu tidak langsung tidur, melainkan Rian mengecek ke kamar Al terlebih dulu. Ternyata Al sudah tertidur, membuat Rian tidak perlu khawatir Al akan melihat Rian tidur di sofa. Karena itu nantinya akan menjadi pertanyaan besar untuk anaknya yang sedang aktif bertanya.
Setelah itu Rian menuju dapur, karena perutnya sudah tidak bisa lagi diajak bekerja sama. Perut Rian terus berbunyi, karena memang Rian belum makan malam. Rian tidak jadi makan malam di luar bersama Ayana. Rencananya itu rusak, tergantikan oleh emosi yang masih terus ada sampai detik ini.
Rian mulai memasak bahan makanan seadanya. Aroma spaghetti yang Rian masak, membuat Ayana yang berdiam diri di kamar, mulai berjalan keluar. Perempuan itu tampaknya masih takut, tetapi tiba-tiba saja sudah memeluk tubuh Rian dari belakang.
"Maaf," ucap Ayana.
"Minggir!" usir Rian masih dengan nada dingin.
Rian membuat perempuan yang memeluk tubuh lelaki itu menjadi menangis. Air mata Ayana mulai berjatuhan saat tahu Rian masih belum memaafkan. Rian bisa mendengar isak tangis istrinya.
"Jangan nangis, Ay!" Rian menghela napas pasrah.
Rian berbalik badan untuk memeluk tubuh ramping Ayana. Mata Ayana yang mengeluarkan air mata, membuat Rian mengusapnya dengan ibu jari.
"Aku minta maaf, Yan," Ayana masih terisak.
Kalau Ayana sudah sampai menangis seperti ini, Rian tidak bisa berbuat apa-apa. Rian tidak mungkin bisa membiarkan Ayana terus menangis. Ini kelemahan Rian yang menjadi senjata Ayana untuk cepat dimaafkan.
"Iya, udah," Rian mengusap lembut punggung Ayana.
Rian sampai melupakan kegiatannya yang baru saja memasak. Laki-laki itu melepaskan pelukannya pada tubuh Ayana. Rian memilih mengecilkan api dan mulai kembali fokus memasak spaghettinya.
Sementara, Ayana hanya melihat suaminya yang ternyata bisa memasak juga. Walaupun, bumbu-bumbu instan juga sudah ada sebenarnya, hanya tinggal menuang-nuangkan saja.
"Yan..."
"Hm?" jawab Rian.
"Kamu beneran maafin aku?"
"Iya."
Usai Rian menjawab singkat dengan ekspresi datar, Ayana langsung duduk di kursi, depan meja makan. Sepertinya Ayana sadar Rian masih belum memaafkan sepenuhnya. Rian memang masih butuh banyak penjelasan dari Ayana soal Rey.
Selama ini Rian pikir Ayana dan Rey cuma dekat biasa saja. Tetapi, saat Rey tadi sudah berani menyentuh Ayana, berarti kedekatan mereka dulu perlu Rian curigai. Terlebih Ayana juga tidak pernah bercerita apa-apa.
"Kalau kamu enggak ikhlas maafinnya, mending enggak usah," ucap Ayana.
"Aku akan maafin kamu, kalau kamu enggak kerja bareng dia lagi."
Rian ikut duduk di samping Ayana. Ternyata Rian tidak hanya memasak untuk dirinya sendiri, tetapi Rian juga membuatkan spaghetti untuk Ayana. Ada dua piring yang Rian letakkan di atas meja makan.
Masakan Rian aromanya begitu kuat dan sepertinya enak. Tetapi, itu bukan menjadi fokus utama Ayana yang kaget, setelah mendengar ucapan Rian barusan.
"Aku udah tanda tangan kontrak."
"Batalin kontrak kerja samanya," Rian berbicara sesukanya, membuat Ayana semakin kaget.
"Ada dendanya, Yan. Dendanya juga enggak sedikit jumlahnya."
"Aku yang bayar dendanya," balas Rian.
"Please, jangan kayak gini! Aku tahu kamu mampu bayar, tapi enggak kayak gini juga. Kamu enggak percaya sama aku?" tanya Ayana.
Pertanyaan Ayana menjadi alasan kuat Rian yang tadinya masih santai memakan spaghetti, tiba-tiba memilih berhenti begitu saja.
"Aku percaya sama kamu, tapi aku enggak bisa percaya sama dia," Rian menatap tajam Ayana, seolah memberitahu Ayana bahwa Rian tidak mau Ayana membantah lagi.
Rian tidak bisa menahan isi perasaannya yang memang memiliki prasangka buruk pada Rey. Ini Rian anggap pertama dan terakhir kalinya, Rey menyentuh Ayana. Apabila terjadi lagi seperti tadi, Rian tidak bisa memastikan Rey hidup dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY SEXY DUDA
RomansaAyana dan Rian terpaksa menikah. Mereka saling membutuhkan satu sama lain. Ayana butuh bantuan Rian untuk mengembalikan eksistensinya sebagai model. Sedangkan, Rian butuh peran Ayana sebagai ibu sambung putranya. Segala tangis, tawa, kebahagiaan, ke...