Rian lega saat masalahnya dengan Ayana sudah selesai. Perempuan itu tidak membahas lagi soal kotak coklat milik Rian. Jujur saja, Rian takut saat Ayana hanya diam tanpa berkata-kata lagi semalam. Namun, pagi ini Ayana sudah terlihat seperti biasanya. Usai menyiapkan sarapan, Ayana tersenyum saat Rian menatap wajah istrinya.
Entah kenapa Ayana tidak mau menjelaskan soal apa yang Rian lakukan semalan. Rian sadar melakukan kesalahan besar. Seharusnya, Rian tidak menyembunyikan itu dari Ayana. Seandainya Rian menjelaskan sejak awal, Ayana mungkin tidak terus membantah perkataan Rian. Tanpa penjelasan, Ayana jadi memiliki kesimpulan sendiri.
"Malam ini kamu lembur lagi?" tanya Ayana.
Sebelum Rian beranjak dari sofa, Ayana lebih dulu duduk di samping Rian. Awalnya Rian kira Ayana mau meminta tolong sesuatu. Tetapi, Ayana justru membahas soal pekerjaan Rian. Akhir-akhir ini Rian memang sering lembur di kantor. Terkadang Rian juga membawa pekerjaannya pulang ke rumah. Karena masih ada projek besar yang harus Rian tangani, jadi Rian begitu sibuk. Bahkan waktu bermain Rian dengan Al berkurang.
"Iya, aku lembur. Kenapa?"
"Kalau kamu enggak lembur, aku mau minta kamu anterin aku sama Al ke rumah bunda. Udah lama Al enggak main ke sana."
"Kayaknya aku enggak bisa, Ay. Gimana kalau kita ke rumah bunda hari minggu aja?"
"Aku mau sekarang, Yan. Bunda sekalian mau lihat hasil foto USG kemarin."
"Nanti, aku minta sopir kantor jemput kamu."
"Enggak usah, Yan. Aku mau bawa mobil sendiri."
Baru saja Rian mau memakai sepatu, Rian malah dikejutkan dengan ucapan Ayana. Setelah sekian lama, Rian melarang Ayana membawa mobil sendiri, kali ini Ayana meminta izin untuk menyetir. Rian yang memang begitu khawatir, tidak mungkin memperbolehkan. Bukan tanpa alasan, Rian melarang Ayana.
Rian tahu yang terbaik untuk istrinya. Kejadian beberapa tahun lalu membuat Rian trauma. Rian tidak mau kehilangan Ayana, seperti pada saat Rian kehilangan Tasya. Rasanya fakta kematian Tasya masih mengguncang Rian, apabila Rian kembali mengingat-ingat lagi.
"Kita udah pernah bahas soal ini, Ay. Kamu tahu aku bakalan jawab apa," Rian menatap dingin Ayana.
"Aku tahu kamu enggak ngebolehin. Tapi, mau sampai kapan?"
"Sampai kapanpun, aku enggak ngebolehin kamu bawa mobil sendiri. Please, kamu ngertiin aku," jawab Rian yang tampak memohon.
"Kenapa aku harus ngertiin kamu terus? Sedangkan, kamu enggak melakukan yang sebaliknya. Kamu pikir cuma diam di rumah nungguin kamu pulang kerja, aku enggak jenuh? Aku udah berhenti jadi model, Yan."
Mendengar suara Ayana yang mulai meninggi, membuat Rian sadar istrinya sedang dalam kondisi emosi. Tapi jika mendengar kata 'jenuh' membuat Rian jadi berpikir bahwa Ayana sedang labil. Rian mengingat dengan jelas saat Ayana memutuskan ingin berhenti menjadi model. Perempuan itu memilih menjadi ibu rumah tangga saja. Apalagi Ayana sedang hamil. Pekerjaan sebagai model mengkhawatirkan, karena Ayana sering menggunakan heels yang tinggi.
Awalnya, Rian tidak percaya saat Ayana mengatakan ingin berhenti menjadi model, setelah kasus permasalahan dengan Rey. Namun, Ayana memang benar-benar melakukan itu.
"Aku enggak pernah minta kamu buat berhenti jadi model. Itu keputusan kamu sendiri. Sekarang, kamu maunya gimana?"
"Aku mau keluar rumah, Yan. Ketemu sama orang-orang yang bisa dengerin aku. Melakukan kegiatan yang aku suka. Tapi, aku enggak lupa sama kewajiban aku. Al tetap sama aku terus, jadi kamu enggak perlu khawatir. Cuma kalau kemana-mana harus dianter, rasanya kayak terbatas. Aku mau kamu ubah pemikiran kamu," jelas Ayana.
"Justru kamu yang harus ubah pola pikir kamu, Ay. Kalau kamu sampai kenapa-kenapa gimana? Aku enggak ngebolehin kamu, karena aku tahu itu yang terbaik buat kamu sama Al. Jangan minta aku buat ubah keputusan aku. Semua udah aku pikiran," Rian menolak permintaan Ayana.
Rian tidak masalah, kalau Ayana ingin keluar rumah. Bahkan Rian membebaskan Ayana belanja dan melakukan apa saja yang istrinya suka. Rian tidak melarang Ayana untuk berkumpul dengan orang lain. Tetapi, bukan berarti Rian membebaskan Ayana membawa mobil sendiri.
Masalah yang satu itu Rian tidak bisa memperbolehkan sesuai dengan kemauan Ayana. Mungkin Ayana merasa Rian terlalu egois, karena setelah menikah Rian melarang Ayana untuk membawa mobil sendiri. Namun, Rian tidak peduli dengan pendapat Ayana yang menolak keputusan Rian. Kecelakaan itu berdampak besar untuk Rian. Dari pada Rian merasa cemas, Rian lebih baik melarang istrinya.
"Kamu egois, Yan. Kalau kayak gini, kamu secara enggak langsung samain aku dengan Tasya. Padahal enggak setiap orang takdirnya sama."
"Ini namanya aku berjaga-jaga, Ay. Apa salahnya? Demi keselamatan kamu juga."
"Aku jadi ngerti sekarang. Kamu bawa masa lalu kamu ke dalam kehidupan kita yang sekarang. Secara enggak sadar, kamu udah nyakitin aku. Kamu simpan foto Tasya, tanpa sepengetahuan aku. Barang-barang yang aku punya, sering kamu bilang mirip sama punya Tasya. Kamu larang aku bawa mobil sendiri, karena kematian Tasya. Semua ada hubungannya sama Tasya," bentak Ayana.
Semalam Ayana cukup sabar menghadapi Rian, meski itu membuat Ayana sakit hati. Cuma masalah foto saja, Rian membentak Ayana. Sekarang ini Rian merasakan bentakan balik dari Ayana. Rian sampai tidak habis pikir dengan Ayana yang malah mengajak ribut saat Rian harus pergi ke kantor.
Sekali lagi Rian mencoba tenang dengan mendengarkan semua isi hati Ayana. Rian tidak tahu jika ucapan atau sikapnya yang terkadang berkaitan dengan Tasya, membuat Ayana tidak suka. Padahal Rian merasa selama ini berusaha menjaga perasaan Ayana.
"Aku enggak pernah mau ungkit-ungkit ini karena aku pikir kamu cuma ke bawa suasana aja. Tapi semakin ke sini, hubungan kita selalu berkaitan sama masa lalu kamu. Aku diam, bukan berarti aku enggak masalah sama itu, Yan," suara Ayana mulai memelan.
Usai Ayana berbicara panjang lebar, Rian cuma menarik napas dalam. Bukan pertama kalinya Rian ribut dengan Ayana karena Tasya. Kali ini Rian menganggap Ayana hanya mencari-cari masalah. Rian pikir tidak perlu terlalu menanggapi. Istrinya sedang hamil dan emosinya naik turun. Wajar jika segala sesuatu akan Ayana permasalahkan.
"Hubungan kita baik-baik aja, Ay. Jangan jadiin Tasya sebagai bahan untuk kita berantem. Aku anggap kamu lagi capek ngurus rumah beberapa hari ini. Kamu boleh melakukan apapun yang kamu suka, tapi enggak usah bahas masa lalu aku."
"Yan, hubungan kita lagi enggak baik-baik aja. Hubungan yang selalu menjadikan masa lalu kamu sebagai acuan untuk kita melangkah, kamu pikir itu baik?"
"Terus, kamu maunya aku gimana?" tanya Rian dengan memasang wajah serius.
"Lupain masa lalu kamu, hargai aku sebagai istri kamu. Jangan sembunyiin apapun lagi. Dan, jangan ngelarang aku dengan alasan apa yang terjadi sama Tasya bakalan terulang."
"Oke. Nanti, aku pikirin lagi buat perbaiki hubungan kita."
Saat ini Rian dikejar waktu. Ketika Rian melihat ke arah jam tangannya, Rian tidak bisa lagi fokus dengan ucapan Ayana. Buru-buru Rian meninggalkan Ayana. Suara sepatu Rian membentur lantai, membuat Ayana mengernyitkan dahi. Perempuan itu menyusul Rian keluar rumah.
"Yan, aku belum selesai ngomong," teriak Ayana.
"Aku udah telat," Rian masuk ke dalam mobil, lalu pergi begitu saja. Sikap Rian membuat Ayana cuma bisa menghela napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY SEXY DUDA
RomanceAyana dan Rian terpaksa menikah. Mereka saling membutuhkan satu sama lain. Ayana butuh bantuan Rian untuk mengembalikan eksistensinya sebagai model. Sedangkan, Rian butuh peran Ayana sebagai ibu sambung putranya. Segala tangis, tawa, kebahagiaan, ke...