56. KECEWA

21.2K 1.1K 9
                                    

Rian menghentikan mobilnya di halaman rumah orang tua Ayana. Terpaksa Rian harus meminta bantuan orang tua Ayana. Karena sampai detik ini Rian masih belum bisa menemukan Ayana. Rian sudah mencarinya sejak semalam, bahkan laki-laki itu cuma tertidur tiga jam. Tetapi, masih saja tidak bisa Rian temukan. Ponsel Ayana tidak aktif.

Laki-laki itu turun dari mobil. Tampak wanita paruh baya yang sudah lebih dulu keluar, sebelum Rian masuk ke dalam. Tatapan mata bunda Ayana yang bernama Laras membuat Rian tertegun. Rian tahu pasti wanita paruh baya itu kecewa.

"Masuk dulu, bunda mau ngomong sama kamu," ucap tante Laras.

Lagi-lagi tante Laras mendahului Rian. Tanpa Rian harus menyapa, tante Laras sudah memulai pembicaraan. Sikap tante Laras yang tegas dan dingin, membuat Rian jadi semakin merasa bersalah. Rian yakin wanita paruh baya ini pasti marah, karena anak satu-satunya kabur dari rumah akibat kebodohan Rian.

"Soal Ayana yang kabur, Rian minta maaf, bun."

Setelah duduk di sofa yang berseberangan dengan tante Laras, Rian memulai membuka pembicaraan. Rian memecah keheningan yang sempat terjadi beberapa detik.

"Enggak usah minta maaf. Bunda juga enggak mau ikut campur urusan kalian berdua. Tapi, bunda tetap kecewa sama kamu."

"Iya bun, Rian paham. Rian masih berusaha cari Al dan Ayana."

Rian menatap mertuanya yang menghela napas. Seperti ada beban pikiran yang berat saat tahu putri satu-satunya kabur dari rumah Rian. Apapun permasalahan rumah tangga Rian dan Ayana, saat salah satu memutuskan pergi itu tandanya ada sesuatu yang fatal.

Pernikahan yang sudah terjalin lama saja tidak mungkin jika tidak ada pertengkaran. Dua kepala yang dipaksa menjadi satu dengan latar belakang dan sifat yang berbeda, pasti ada saatnya terjadi perbedaan pendapat. Bahkan bisa saja keduanya tidak mau mengalah, karena merasa paling benar. Itu hal yang wajar terjadi, tapi sebisa mungkin diselesaikan. Saat ini yang tante Laras lihat justru Ayana melarikan diri dari masalah.

"Ayana itu sebenarnya egois. Dia cuma mau mengalah sama orang yang dia sayang. Tapi, kalau terus-menerus mengalah, pasti juga ada saatnya merasa capek. Jadi, cara dia mengatasinya dengan mencari ruang sendiri."

"Bunda sangat mengenal Ayana. Kalau sampai dia melarikan diri dari masalah, itu artinya dia udah enggak sanggup. Karena mungkin berulang kali enggak ada perubahan. Bunda enggak menyalahkan kamu. Kalian berdua sama-sama salah. Permasalahan itu diselesaikan, bukan dihindari," jelas tante Laras.

Penjelasan panjang lebar itu membuat Rian terdiam. Rian tidak tahu harus menjawab apa, selain kata maaf. Bukan hanya mertuanya saja yang kecewa, tetapi orang tua Rian juga menyalahkan Rian akan kejadian ini.

Pasalnya, Rian bertanya pada orang tuanya, karena bisa jadi mereka mengetahui keberadaan Ayana. Namun, memang tidak ada yang tahu. Bahkan Andin saja tidak tahu apa-apa soal Ayana yang kabur.

"Rian minta maaf, bun. Semua memang salah Rian," ucap Rian dengan sorot mata yang sedih.

"Sudah, jangan minta maaf lagi, Yan. Bunda cuma mau kasih tahu kamu. Dari awal bunda udah pernah bilang. Jangan sampai kamu sakitin, Ayana. Apalagi Ayana lagi hamil anak kamu. Kalau Ayana kenapa-kenapa gimana?"

"Rian akan tanggung jawab, bun. Kalau sampai Ayana kenapa-kenapa, Rian juga enggak bisa maafin diri Rian sendiri."

"Bunda percaya sama kamu. Jangan sampai kepercayaan bunda hilang."

"Rian ngerti, Bun."

Usai melihat mertuanya tidak semarah tadi, Rian merasa sedikit lega. Awalnya, Rian pikir tante Laras akan menanyakan soal masalah yang terjadi di antaranya dengan Ayana. Tapi, ternyata wanita paruh baya itu memilih untuk tidak ikut campur permasalahan rumah tangganya.

"Ya udah, kamu tunggu aja di rumah. Biar bunda yang bujuk Ayana buat pulang. Ayana lagi nginep sama Al di villa bunda."

"Biar Rian aja yang jemput ke sana, bun," pinta Rian.

Seperti dugaan Davin semalam, mertuanya pasti tahu keberadaan Ayana. Tanpa Ayana harus bercerita, seorang ibu bisa tahu kemana anaknya pergi. Ini menjadi keberuntungan Rian, karena Ayana baik-baik saja bersama Al di villa.

"Nanti, dia yang ada enggak mau pulang. Bunda tahu watak Ayana seperti apa. Lebih baik kamu ikuti apa yang bunda bilang."

"Oke, bun. Rian akan tunggu di rumah. Makasih, bunda udah bantu Rian cari Ayana," jawab Rian yang tersenyum tipis.

"Bunda sejujurnya enggak bantu kamu cari Ayana. Justru penjaga villa bunda yang tiba-tiba kasih tahu Ayana menginap di villa semalam. Katanya, dia ngeliat Ayana seperti sedang stress, menanggumg beban pikiran yang berat. Bunda mau setelah ini enggak ada lagi yang membuat Ayana jadi seperti itu. Ingat apa kata dokter Yan, ibu hamil jangan sampai stress. Kasihan dengan janinnya," ucap tante Laras mengingatkan kembali.

Rian mengangguk pasrah. Apa yang dikatakan tante Laras memang benar. Istrinya tidak boleh sampai stress karena permasalahan masa lalu Rian. Ini sudah berlarut-larut sekali dan Rian harus berani mencoba mengambil tindakan dengan melupakan semuanya.

Mungkin itu akan sulit untuk Rian. Tetapi, Rian sudah memikirkan matang-matang semalam. Bahkan Rian merasa perlu pindah dari rumah yang hanya berisi kenangan Tasya. Rian berniat meninggalkan semuanya dan memulai memperbaiki hubungannya.

"Kamu ngerti apa yang bunda bilang barusan?"

"Iya, Rian ngerti bun. Rian janji akan memperbaiki keadaan."

"Bunda pegang janji kamu," balas tante Laras.

"Iya, bun."

Setelah tidak ada percakapan lagi, Rian memilih pulang ke rumah. Niatnya Rian ingin menjemput Ayana, tetapi tidak diperbolehkan. Wanita paruh baya itu tahu bahwa kedatangan Rian semakin membuat Ayana marah. Rian harus menunggu istrinya mau pulang sendiri ke rumah.

Harapan Rian, Ayana benar-benar mau pulang. Rian tidak tahu harus bagaimana, jika tidak ada Ayana. Sosok kehadiran istrinya itu di rumah sangat Rian butuhkan.

"Arghh!" umpat Rian ketika sudah berada dalam mobil.

Rian mengusap kasar rambutnya. Laki-laki itu ingin sekali datang dan membawa Ayana pulang. Rasanya Rian seperti tidak berguna, karena Rian harus melibatkan orang tua Ayana dalam permasalahan ini.

"Kenapa kamu harus kabur dari aku, Ay?" batin Rian dalam hati.

Percuma saja Rian bertanya-tanya, karena Rian juga tahu apa yang menyebabkan Ayana sampai melarikan diri. Rian yang merasa bersalah semakin frustasi. Ternyata di rumah sendirian tanpa adanya  Al dan Ayana membuat Rian rasanya hampir gila. Padahal ini baru satu hari saja. Bahkan Rian sampai rela meninggalkan pekerjaannya yang menumpuk.

Saat ini yang lebih penting istrinya. Rian menyesal dengan perkataannya waktu itu. Ternyata Rian sama sekali tidak memikirkan perasaan Ayana. Seharusnya Rian lebih menjaga perasaan Ayana dari pada terus melihat ke arah belakang. Masa lalunya tidak akan pernah kembali lagi.

CRAZY SEXY DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang