Rian sudah mencoba menutup telinganya menggunakan bantal, tetapi suara ponsel Ayana yang berdering masih terus mengusik tidur Rian. Masih ada dua jam lagi sebelum pulang dari Bali. Lelaki itu hanya ingin tidur pulas tanpa gangguan. Semalam Rian tidak bisa tidur nyenyak karena ada masalah di kantornya yang mengharusnya Rian menyudahi honeymoon bersama Ayana.
Dengan malas Rian membuka matanya. Rian tidak melihat Ayana berada di samping lelaki itu. Terpaksa Rian mengambil ponsel Ayana yang berada di meja. Ditatapnya nama yang tertera di ponsel Ayana. Ternyata manager Ayana yang menelpon. Mungkin ingin membicarakan soal pekerjaan yang pastinya itu bukan urusan Rian.
Rian perlahan turun dari atas ranjang. Masih dengan nyawanya yang belum terkumpul sepenuhnya. Langkah kaki Rian menuju ke arah kamar mandi, karena Rian sempat mendengar suara air. Rian menduga Ayana berada di dalam.
"Ayana!" panggil Rian yang tidak ada jawaban.
Suara dering ponsel Ayana masih juga belum berhenti. Padahal Rian sudah meninggalkan ponsel itu di atas kasur. Seharusnya, Rian membawanya untuk diberikan kepada Ayana. Tetapi, karena memang Rian baru saja terbangun, jadi otak lelaki itu masih belum mau bekerja.
Rian membuka pintu kamar mandi yang ternyata tidak terkunci. Mata Rian terbelalak sempurna. Seketika nyawa Rian langsung terkumpul detik itu juga. Rian terpaku pada pemandangan di hadapannya. Mata Rian terus memperhatikan Ayana yang tidak seperti biasanya.
Tubuh basah Ayana terlihat tanpa sehelai benangpun. Kulit putih bersih itu membuat Rian tidak bisa mengalihkan matanya ke arah lain. Mungkin jika kemarin Rian hanya bisa melihat pakaian dalam Ayana yang ada di koper, saat ini Rian benar-benar bisa melihat isinya secara langsung. Tidak ada bra yang menghalangi punggung polos Ayana. Lalu, sesuatu yang berada di antara kedua paha Ayana, membuat Rian rasanya sulit untuk bernapas.
Rian masih merasa takjub dengan lekuk tubuh Ayana yang bisa dibilang sempurna. Rian sampai menelan ludahnya. Sama sekali tidak ada kain yang menempel di tubuh Ayana. Hal itu tentu membuat pria normal seperti Rian langsung menegang.
"Damn it! She's so sexy!"
Bersamaan dengan mulut Rian yang menganga melihat tampilan tubuh Ayana, gadis itu baru mulai sadar ada orang lain yang sejak tadi berdiam diri mengamati di dalam kamar mandi. Ayana yang baru saja selesai berendam dan berniat ingin mengambil handuk untuk mengeringkan tubuh basah itu, tiba-tiba dikejutkan dengan kehadiran Rian yang entah sudah berapa lama berdiam diri di situ.
"RIAAAANNNNNN...!"
Teriakan Ayana membuat Rian sadar lelaki itu hampir kehilangan akalnya, karena terlalu terpana dengan tontonan yang ada di depannya. Rian merasa tubuh telanjang Ayana barusan sangat sayang jika dilewatkan begitu saja. Meskipun, berujung Ayana yang mengamuk.
Terlihat Ayana yang buru-buru mengambil handuk, membuat Rian mendesah kecewa. Sudah selesai tontonan Rian saat ini. Selanjutnya, Rian mendapatkan hadiah mengejutkan dari Ayana. Sebuah essential oil terbang melayang dan tepat mendarat di kepala Rian. Lagi-lagi bagian tubuh Rian menjadi korban kekerasan Ayana. Sedangkan, Ayana yang menunjukkan raut kesal itu berlari keluar kamar mandi, tanpa merasa bersalah sedikitpun.
"Well, kali ini jauh lebih sakit dari pada botol yang kamu lempar waktu itu, Ay," Rian bergumam sendiri sambil memegangi dahinya.
Nampak Rian yang marah berjalan menghampiri Ayana. Rian duduk di samping istrinya yang sudah mengenakan pakaian lengkap.
"Kenapa kamu lempar kepala saya pakai essential oil?"
"Itu karena mata kamu kurang ajar ngeliatin aku! Udah sejak kapan kamu di dalam kamar mandi?" tanya Ayana.
"Sejak kamu keluar dari bathtub. Saya lihat tubuh basah kamu-"
"Stop! Jangan dilanjutin lagi kalimat kamu!"
Belum selesai ucapan Rian, tangan Ayana sudah menutup mulut Rian. Perempuan itu terlihat semakin kesal, membuat Rian semakin mengerutkan dahinya. Rian masih merasakan sakit akibat ulah Ayana.
"Kenapa memangnya?" tanya Rian.
"Karena aku tahu arah pembicaraan kamu. Harusnya kamu langsung keluar dari dalam kamar mandi, bukannya malah diam aja di situ."
"Beri tahu saya, bagaimana caranya keluar dari dalam kamar mandi, saat penampilan kamu begitu seksi?"
"Rian, tutup mulut kamu!" Ayana memajukan bibirnya, kesal.
"Lagian, salah sendiri kamu lupa mengunci pintu."
"Kamu juga salah, Rian! Kamu ngapain masuk ke dalam kamar mandi, pas aku lagi berendam?"
"Ini dari tadi terus berbunyi, membuat telinga saya sakit," Rian menunjuk ke arah ponsel Ayana.
Dengan cepat perempuan itu mengambil ponsel yang memang sengaja Rian taruh di atas kasur. Mata Ayana menatap fokus ke arah layar benda persegi panjang itu.
"Siapa sih yang nelpon?"
"Oh, Andin," gumam Ayana ketika melihat nama yang tertera di layar ponsel.
Seakan Ayana yang sibuk sendiri melupakan Rian, membuat laki-laki itu menatap ke arah Ayana dengan jarak yang lebih dekat. Rian mengeluarkan suara seraknya yang membuat Ayana mendongak.
"Ay?"
"Apalagi?" jawab ketus Ayana.
"Kamu enggak ada niat mau ngobatin ini?" Rian menunjuk bagian dahinya yang memerah, membuat Ayana menatap prihatin.
"Ya udah bentar, aku ambilin obat merah dulu."
Meski masih marah karena ulah Rian tadi, tapi Rian saat ini bisa melihat Ayana yang mulai berjalan untuk mengambilkan obat merah, alkohol, kapas, dan juga plester untuk menutup luka Rian.
Setelah Ayana sudah kembali, Rian langsung berposisi berbaring. Rian menjadikan paha Ayana sebagai bantal. Tindakan Rian membuat Ayana sempat terkejut. Tetapi, gadis itu akhirnya membiarkan saja Rian berposisi seperti itu.
"Makanya, lain kali jangan asal masuk sembarangan. Sama satu lagi, lupain apa yang kamu lihat tadi di kamar mandi. Anggap kamu enggak pernah lihat apa-apa."
"Mana bisa begitu? Saya udah lihat semuanya, mulai dari punggung polos kamu, terus..."
"Aw! Pelan-pelan, Ay!" pinta Rian.
Rian sedikit meringis kesakitan saat Ayana mulai menunduk dan membalurkan obat merah itu ke luka Rian. Dengan hati-hati Ayana melakukannya, tapi masih sempat mengomeli Rian. Laki-laki itu mendengarkan ceramah Ayana, sambil memandangi wajah Ayana dari jarak dekat.
Semakin Rian tatap, Rian jadi teringat pemandangan tubuh Ayana saat di kamar mandi. Isi kepala Rian terus mengulang-ulang reka kejadian saat tubuh basah Ayana terlihat begitu memukau. Sialnya, Rian tidak bisa berbuat apa-apa, selain mencoba untuk melupakan lekuk tubuh Ayana yang hampir membuat Rian gila.
"Udah selesai, nih. Sana, minggir!"
Rian merasakan lukanya sudah ditutup oleh Ayana. Nada pengusiran dari Ayana juga terdengar jelas di telinga Rian. Namun, bukannya menyingkirkan kepalanya dari atas paha Ayana, Rian malah menangkup kedua pipi Ayana. Rian membuat Ayana kembali menunduk. Tapi, kali ini bukan untuk mengobati luka Rian. Melainkan bibir Ayana dan Rian menyatu.
Awalnya, bibir Rian bergerak secara lembut di atas bibir Ayana. Namun, lama-kelamaan Rian tidak tahan saat merasakan bibir manis Ayana. Rian memberikan ciuman panas yang membuat sekujur tubuh Ayana meremang. Dan, entah sampai kapan ciuman itu akan berakhir. Karena keduanya seperti melupakan pesawat mereka yang akan take off dua jam lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY SEXY DUDA
RomanceAyana dan Rian terpaksa menikah. Mereka saling membutuhkan satu sama lain. Ayana butuh bantuan Rian untuk mengembalikan eksistensinya sebagai model. Sedangkan, Rian butuh peran Ayana sebagai ibu sambung putranya. Segala tangis, tawa, kebahagiaan, ke...