77. BAU KEBOHONGAN

12.3K 786 4
                                    

Sejak pagi Ayana membereskan gudang bersama mbok Asih. Semenjak pindah ke rumah yang baru, Ayana belum sempat memindah-mindahkan barang yang ada di gudang. Membutuhkan waktu cukup lama untuk memilih satu persatu. Hingga akhirnya, semua yang Ayana bereskan selesai juga. Meski, masih ada yang belum rapi. Barang-barang Rian yang ada di gudang, Ayana tidak tahu itu mau disimpan saja atau dibuang, jadi Ayana masih belum membereskan barang milik suaminya.

Ayana menyeka keringat dengan tangan. Berada di dalam gudang ternyata membuat Ayana kepanasan. Ayana sampai harus buru-buru ke dapur untuk mengambil minuman dingin. Setidaknya itu melegakan tenggorokan Ayana.

"Non, kunci gudangnya mbok taruh di laci," terik mbok Asih dari arah belakang.

"Iya, mbok," jawab Ayana yang entah didengar oleh mbok Asih atau tidak.

Sepertinya wanita paruh baya itu berada di taman belakang, karena membereskan mainan Al. Selagi Al masih sekolah, mainannya bisa sejenak dirapikan. Karena mainan itu akan berserakan lagi ketika Al sudah pulang sekolah. Beruntungnya Al sekarang ini mau sekolah lagi. Meski, sekolahan Al justru lebih dekat dengan rumah mertua Ayana dari pada rumah ini. Anak itu memang dari awal ingin satu sekolah dengan gadis kecil bernama Rara.

"Mbok, sampah yang di belakang sekalian di buang."

"Iya, non."

Kali ini Ayana sedikit berteriak saat berjalan meninggalkan dapur. Setelah mbok Asih menjawab, Ayana memilih melangkahkan kaki menuju ke ruang tengah. Ayana perlu meluruskan kakinya, lalu bersantai sebentar. Tetapi, baru juga Ayana bisa duduk di sofa, bel rumah berbunyi. Terpaksa Ayana beranjak dari sofa, menuju ke pintu depan.

"Siapa sih?" batin Ayana yang kesal.

Ayana membuka pintu rumah. Tampak seorang wanita yang tersenyum ke arah Ayana. Wanita itu sambil membawa paper bag yang entah apa isinya. Yang paling terpenting Ayana senang, karena Andin datang ke rumah barunya. Ini pertama kalinya Andin datang ke sini. Karena semenjak Andin bekerja sebagai asisten di kantor Advokat milik Wisnu, Andin jadi sangat sibuk. Sudah berulang kali Andin berjanji akan datang, tapi baru bisa menyempatkan waktu sekarang.

"Andin!" ekspresi raut wajah Ayana berubah menjadi sumringah.

"Kayak udah bertahun-tahun, gue enggak ketemu lo, Ay," Andin tersenyum.

"Ih, lebay banget lo!" Ayana tertawa kecil, meledek Andin.

Ayana mempersilahkan Andin masuk ke dalam istana Ayana yang didesain khusus oleh Rian untuk Ayana. Dari luar rumah saja sudah kelihatan rumah baru ini memang sesuai dengan selera Ayana. Tidak heran jika Ayana terlihat lebih bahagia tinggal di rumah yang sekarang, dibandingkan dengan rumah lama yang berisi segala kenangan tentang Tasya.

"Eh, gue bawain Al roti coklat. Al mana, Ay?" Andin duduk di sofa, sambil meletakkan paper bag yang berisi makanan di meja.

"Al lagi sekolah, nanti jam sepuluh anak gue baru pulang."

"Yah, enggak bisa ketemu gue. Habis dari sini gue langsung balik lagi ke kantor. Mampir bentaran doang," ucap Andin.

"Buru-buru banget sih lo, baru juga nyampe di rumah gue. Ngobrol juga belum. Nanti, biar gue yang bilang ke Wisnu," Ayana menatap Andin dengan raut kesal.

Ayana masih ingin mengobrol banyak dengan Andin. Tidak heran jika Ayana akan menahan Andin di sini. Lagi pula, atasan Andin itu Wisnu, teman dekat Rian. Seharusnya, Andin tidak perlu khawatir. Apalagi Andin juga sekarang bukan hanya menjabat sebagai asisten pribadi Wisnu, tetapi sekaligus pacar siaga untuk Wisnu. Namun, status itu sebenarnya tidak boleh dibocorkan dulu. Cuma karena Andin dekat sekali dengan Ayana, segala rahasia Andin pasti Ayana ketahui.

"Ay! Awas aja ya lo berani ngomong yang macem-macem ke Wisnu! Dia enggak tahu, kalau lo tahu tentang hubungan gue sama Wisnu," Andin melotot ke arah Ayana, membuat Ayana tertawa.

"Santai aja kali," balas Ayana yang semakin mendapat tatapan horor dari Andin.

Mereka berbincang banyak, setelah puas saling meledek. Ayana menceritakan yang dirasakan perempuan itu ketika hamil. Bahkan Ayana memberitahu Andin soal jenis kelamin anak kedua Ayana yang sempat membuat Andin kaget. Awalnya, Andin juga menebak yang sama dengan Rian, yaitu anak kedua Ayana berjenis kelamin perempuan. Namun, tebakan Al ternyata yang paling benar di antara lainnya.

"Terus gimana? Al seneng adeknya cowok, ada temen main?" tanya Andin yang begitu antusias.

"Dia seneng banget sekarang ini. Tapi, kalau bayi gue udah lahir, gue malah takutnya Al cemburu."

"Iya, bener banget, Ay. Gue rasa anak seumuran Al emamg bakalan gampang cemburu. Apalagi Al tadinya anak satu-satunya, semua perhatin lo ke Rian cuma buat Al semua. Pasti nanti kalau anak lo lahir, dia baru kerasa ada yang beda. Tapi, masih bisa kok diatasi. Tinggal pinter-pinternya lo sama Rian aja bagi perhatin."

"Semoga gue sama Rian bisa deh," jawab Ayana.

"Oh iya, gue sebenarnya mendadak ke sini, karena ada sesuatu hal yang penting. Gue mau omongin ke lo, tapi gue takut lo malah syok, Ay," ucap Andin yang tiba-tiba ingin mengobrol serius. Tetapi, Andin tampak ragu.

"Apaan emangnya? Lo jangan buat gue penasaran," Ayana mengernyitkan dahi, bingung.

"Janji sama gue dulu, lo enggak akan emosi? Kalau tekanan darah lo tinggi, ntar gue yang kena lagi. Padahal gue rasa ini penting buat lo."

"Iya, gue enggak emosi. Kasih tahu gue, Ndin," desak Ayana.

Untuk beberapa saat Andin terdiam. Sahabatnya itu membuat Ayana penasaran. Ayana tidak tahu hal penting apa yang membuat Andin sampai begitu mengkhawatirkan Ayana.

"Gue lihat foto bundanya lo ada di meja Wisnu. Beberapa kali gue denger orang suruhan Wisnu buat cari tahu soal keluarga lo. Gue enggak tahu alasan Wisnu ngelakuin itu, Ay. Tapi, kayaknya masih berkaitan sama Rian. Gue rasa Rian mulai penasaran sama keluarga lo," jelas Andin.

"Rian!" geram Ayana.

Ayana menarik napas dalam-dalam, mengatur emosinya. Perempuan itu tidak habis pikir dengan apa yang Rian lakukan. Rasanya Ayana ingin marah dan berteriak sekeras mungkin, setelah mendengar cerita Andin.

Walaupun, Ayana belum mendengarkan penjelasan dari Rian, tapi Ayana sudah lebih dulu tersulut emosi. Ayana tidak suka masa lalunya yang tertutup rapat kembali diulik.

"Ay, lo enggak kenapa-kenapa kan?" tanya Andin yang tampk khawatir pada Ayana.

"Gue enggak apa-apa," jawab dingin Ayana.

Mata Ayana langsung menatap ke depan dengan pandangan kosong. Pikiran Ayana langsung berlarian. Ayana masih tidak percaya, Rian sampai meminta bantuan Wisnu untuk mencari tahu soal keluarga Ayana.

Padahal Ayana sengaja tidak bercerita tentang keluarganya lebih dalam pada Rian, karena ada alasan tersendiri di balik itu. Tetapi, Rian malah berusaha membongkar rahasia yang Ayana sembunyikan.

CRAZY SEXY DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang