5. CIUMAN PENGANTIN BARU

65.3K 2.6K 4
                                    

Ayana terbangun saat merasakan sebuah tangan kekar menarik pinggulnya. Gadis itu mengerjapkan matanya berulang kali. Sampai sebuah hembusan napas seseorang menggelitik di bagian leher Ayana. Rasanya posisi saat ini nyaman sekali, apalagi bantal yang Ayana gunakan terasa berbeda. Ayana seperti tidur di lengan seseorang.

Cahaya matahari yang masuk melalui celah, membuat Ayana menggeliat kecil. Ayana lalu menoleh ke belakang. Diam-diam mata Ayana terbuka lebar. Ayana terkejut mendapati Rian yang shirtless sambil memeluk tubuh Ayana. Mata Rian masih tertutup, tetapi dengkur halus Rian sudah tidak terdengar.

"RIANNN!" teriak Ayana dengan satu tendangan yang mampu membuat Rian tersungkur di lantai.

"Oh, shit!" geram Rian saat merasakan sakit pada pangkal paha dan perutnya akibat perbuatan Ayana. Belum lagi dengan lemparan bantal dari Ayana yang semakin menyulut emosi Rian.

Sementara, pelaku tanpa dosa itu saat ini tengah mengecek kondisi tubuhnya sendiri. Ayana merasa lega karena tidak naked pagi ini. Namun, Ayana masih terus mencurigai Rian melakukan hal yang aneh-aneh semalam. Seingat Ayana semalam gadis itu tidur bersama Al. Tetapi, pagi ini tubuh mungil Al sudah digantikan oleh tubuh kekar Rian.

"What are you doing? Semalam kamu ngapain aku Rian?" tanya Ayana histeris, lagi-lagi dengan raut wajah penuh emosi. Saat berada di dekat Rian, tidak bisa rasanya sehari saja Ayana tidak marah-marah pada suaminya itu.

"Harusnya saya yang tanya, kamu ngapain malah nendang saya? Mana tendangan kamu sakit sekali, dulunya kamu ini pemain bola apa model?" Rian menggerutu sambil berusaha berdiri dari posisi menyedihkan pagi ini.

"Jangan mengalihkan pembicaraan! Jawab pertanyaan aku dulu!" Ayana menatap tajam Rian, seolah ingin menerkam Rian yang sudah membuat jantung Ayana berdegup kencang.

Rian memutar bola matanya malas. "Saya enggak berbuat macam-macam sama kamu. Usir semua pikiran buruk kamu itu!"

"Aku enggak percaya. Terus Al kemana sekarang?" tanya Ayana yang tidak ada habisnya.

"Tadi pagi mami saya ke sini untuk menjemput Al. Semalam mami lupa membawakan susu milik Al. Setelahnya, saya pindah ke samping kamu, karena sofa itu terlalu kecil. Tubuh saya tidak cukup berada di situ, rasanya sakit semua," Rian menjelaskan sesuai dengan kenyataan yang ada, tetapi Ayana malah menatap Rian penuh dengan kecurigaan.

Seolah tak percaya dengan apa yang Rian ucapkan. Ayana menarik napas dalam. Kemarahannya akan semakin meledak karena Ayana yakin Rian pasti berbuat yang aneh-aneh. Julukan duda mesum pantas Ayana sematkan untuk suaminya yang suka mencium tiba-tiba tanpa meminta persetujuan itu.

"Itu sih alasan kamu aja. Kenapa kamu enggak bangunin aku sih?" geram Ayana.

"Memangnya kalau saya bangunin, kamu mau kasih susu untuk Al?" Rian menampilkan raut menyebalkan, sambil duduk di atas ranjang mendekati Ayana.

Ayana menggeleng cepat. "Aku enggak punya, apa yang mau dikasih?"

"Siapa bilang enggak punya, buktinya itu ada dua," jawab Rian santai, melirik bagian dada Ayana yang langsung Ayana tutupi dengan tangan.

Sadar akan kegilaan Rian, mata Ayana langsung melotot. Ayana tak terima Rian memandang tubuhnya penuh dengan minat seperti itu. Ayana merasa ketakutan dan marah, sedangkan Rian malah tertawa keras. Tawa yang jarang sekali Rian tunjukkan kepada siapapun setelah kematian Tasya.

Setelah tawa Rian terhenti, Rian masih memberikan tatapan nakal pada Ayana. Tingkah menyebalkan itu membuat sebuah bantal melayang tepat di wajah Rian. Ayana melemparnya dengan keras, sampai Rian sedikit meringis kesakitan.

"Rian, mata kamu belum pernah dicolok ya? Enggak usah lihat-lihat ke arah sini. Tadi baru bantal, belum aku lempar kamu pakai sepatu aku," Ayana cemberut dengan wajah memerah.

Ditatap terus menerus wajah menggemaskan itu oleh Rian. Baru kali ini Rian merasa gila menghadapi gadis galak yang berbicara seenaknya seperti Ayana. Namun, Ayana memiliki keunikan sendiri yang tidak pernah Rian jumpai pada gadis manapun.

"Baru satu hari menikah, kamu sudah melakukan kekerasan terhadap saya. Lagi pula, dari semalam saya juga sudah lihat, cuma belum dicoba saja."

"Apa kamu bilang? Otak kamu benar-benar jorok, aku enggak suka," Ayana semakin meradang. Tangannya mencubit perut Rian.

"Sudah cukup, Ayana! Kamu tidak ada hentinya melakukan kekerasan. Saya lebih suka kamu saat tertidur. Pelukan dan bibir kamu, coba kamu ingat-ingat lagi Ayana," Rian membuat Ayana semakin marah.

"Kamu bilang kita enggak macam-macam, tapi it-" ucap Ayana yang dipotong cepat oleh Rian.

Rian menarik pinggang Ayana, mengeratkan tubuh istrinya. Tatapan mereka saling mengunci. Tubuh Ayana serasa menegang saat ditatap dalam jarak dekat oleh Rian. Kepala Rian dimiringkan untuk memudahkan mengecup bibir Ayana. Seketika Ayana menyadari jika tak mau lagi melakukan kesalahan untuk kedua kalinya. Ayana mulai menghindar, tetapi Rian semakin memeluk erat tubuh Ayana.

Tangan Ayana mencengkram kuat lengan Rian saat bibir Rian bergerak di atas bibir Ayana. Sensasi manis dari bibir Ayana membuat Rian candu dan ingin terus merasakannya. Rian tahu Ayana juga mulai menikmati. Terlihat dari mata Ayana yang mulai terpejam. Jantung Ayana berdegup kencang seiring dengan akal sehatnya yang mulai hilang.

Serangan dari Rian begitu membius Ayana. Sampai Ayana tidak menyadari telah membuka mulutnya sendiri. Ayana memberikan akses lebih untuk suaminya. Tangan Rian sambil mengusap lembut punggung Ayana. Namun, setelah ciuman beberapa menit itu, kewarasan Ayana mulai kembali. Ayana mendorong secara tiba-tiba Rian, membuat bibir keduanya sudah tidak lagi menyatu.

"RIANN!"

"Kenapa kamu malah cium aku lagi?" teriak keras Ayana.

Bibir Ayana semakin dimajukan ke depan. Gadis itu bertolak pinggang, setelah Rian menyingkir. Terlihat pipi Ayana sudah memerah seperti kepiting rebus, membuat Rian tersenyum. Meskipun, Ayana sangat kesal, tetapi Rian senang bisa merasakan bibir manis itu lagi. Tentunya Rian tidak meminta persetujuan Ayana. Bagi Rian, balasan Ayana secara naluri tadi sudah menjadi lampu hijau untuk Rian.

"Cuma mau kasih tahu kamu yang terjadi saat kamu tidur seperti itu. Kamu juga membalas Ayana," bisik Rian dengan senyum meledek.

Seakan tahu jika Ayana sudah mulai menakutkan, Rian buru-buru beranjak dari atas ranjang. Kaki Rian melangkah menuju ke kamar mandi. Tanpa melihat ke arah Ayana, Rian berjalan dengan santai. Masih dengan tubuh shirtless yang membuat Ayana terkagum-kagum karena ada beberapa kotak di perut Rian. Ternyata tubuh Rian atletis. Tidak sia-sia duda itu selama ini berolahraga.

"Sudah, saya mau mandi dulu," Rian pergi begitu saja, meninggalkan istrinya yang masih tersulut amarah.

Sejak tadi Ayana terlihat memegangi bibirnya sendiri yang baru saja dicium kembali oleh Rian. Sementara, Rian berbalik badan sebentar, sebelum benar-benar masuk ke dalam kamar mandi. Entah apa lagi yang hendak Rian lakukan.

"Oh iya, bibir kamu barusan terasa manis sekali, saya suka," ucap Rian memuji sambil tersenyum manis.

Usai Rian mengucapkan kalimat pujian, sebuah botol yang masih berisi penuh air mendarat di kepala Rian. Ayana melempar dengan penuh dendam. Menurut Ayana itu bukan kalimat pujian, melainkan ucapan kurang ajar duda mesum yang sedang meringis kesakitan di hadapan Ayana. Tamat sudah riwayat Rian, jika Ayana mulai mengamuk dengan membabi buta.

CRAZY SEXY DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang