Malam ini tepat sebelum pulang ke rumah, Rian mampir ke cafe milik Bian. Abian Cafe tampak tidak terlalu ramai, karena memang di luar gerimis. Hanya beberapa anak muda yang lebih dominan laki-laki. Mereka asyik bercanda, tertawa, menikmati masa-masa muda. Rian yang melihatnya jadi ingat zaman muda Rian dulu. Rian melakukan hal yang sama seperti anak-anak muda itu. Tetapi, saat ini sudah bukan masanya Rian menongkrong hingga larut malam, menghabiskan waktu, tanpa memikirkan apapun.
Rian sudah memiliki beban hidup tersendiri. Mulai dari pekerjaannya yang menumpuk. Belum lagi dengan masalah Clara yang tiba-tiba saja mengarang cerita. Rian yang masih tidak percaya, belum menganggap cerita itu benar.
Laki-laki itu memilih menemui Davin. Ketika Rian naik ke lantai atas, mata Rian melihat sosok sahabatnya itu. Sambil menggulung kemejanya sampai ke lengan, Rian langsung duduk di depan meja Davin.
"Tumben lo tiba-tiba ngajak ketemu. Berantem lagi sama Ayana?" tanya Davin.
"Enggak, hubungan gue sama Ayana baik-baik aja. Tapi, ada potensi gue ribut lagi."
"Lah, lo emang ngapain monyet? Selingkuh?" Davin mengenyitkan dahi.
Rian menghela napas. Tanpa harus banyak bicara, Rian menunjukkan foto seseorang di ponselnya pada Davin. Foto itu tiba-tiba membuat Davin termenung. Sepertinya memang ada yang tidak beres antara Davin dan Clara, tetapi melibatkan Rian. Karena sampai detik ini Rian masih tidak percaya pernah mengambil keperawanan Clara saat kencan satu malam.
"Gue enggak mungkin selingkuh, apalagi sama cewek ini. Lo kenal kan?" Rian menatap Davin yang masih terdiam.
Untuk beberapa saat Davin tidak mampu menjawab apa-apa. Sampai Rian menggebrak meja, baru Davin terlonjak kaget. Laki-laki itu seperti sedang beradu dengan pemikiran sendiri, hingga lupa Rian sedang mengajak bicara serius.
"Jawab gue!" ucap Rian dengan nada kesal.
"Iya, gue kenal sama dia. Tapi, udah lama gue enggak ketemu Clara."
"Gue lagi males banyak omong, Vin. Baru aja gue baikan sama Ayana. Gue enggak mau ribut gede lagi. Mending lo jujur sama gue, lo kan yang usah ambil keperawanan dia?" tanya Rian.
"Wah, lo kenapa jadi nuduh gue? Lagian, udah lama banget gue enggak lihat dia, tiba-tiba lo tanyain dia ke gue," Davin mengelak.
"Sialan! Lo mau coba bohongin gue? Gue tahu lo sebrengsek apa Vin," Riam marah, karena tahu Davin berbohong.
Sudah berteman lama dengan Davin, membuat Rian tahu gelagat Davin ketika berbohong. Sabahatnya itu berusaha menutupi sesuatu, membuat Rian kesal. Rian tidak mau bertanya lagi. Saat ini Rian memilih membiarkan Davin jujur dulu soal Clara. Meski, Rian lumayan tersulut emosi. Tuduhan Clara tadi bisa membuat Ayana salah paham.
"Gue emang brengsek. Tapi, gue enggak ada niat buat ngerusak anak orang. Gue mabuk waktu itu. Dia juga mabuk berat. Ya, gue lepas kontrol. Mau gimana lagi? Itu udah terjadi lama, Yan. Kenapa lo baru bahas sekarang?"
"Udah gue duga, emang bukan gue yang nidurin dia. Emang sialan tuh cewek! Pakai acara nduh-nuduh gue. Kalau dia enggak bawa-bawa nama gue, enggak akan gue bahas sama lo," Rian mengumpat berulang kali.
"Gue enggak ngerti," jawab Davin yang malah bingung.
"Dia sekretaris gue di kantor. Baru tadi pagi, dia nuduh gue yang aneh-aneh. Gue ngerasa enggak pernah ONS sama dia," jelas Rian.
"Hah? Dia kerja sama lo? Kenapa bisa?" Davin tersentak kaget.
"Ya, bisalah. Gue lihat pengalaman sama kinerjanya dia. Emangnya lo pikir gue sengaja? Gue aja enggak tahu siapa dia. Kenapa dia bisa kenal sama gue?"
"Gue yang kenalin lo di kelab, waktu lo sempat putus bentar sama Tasya," Davin menyengir tanpa dosa.
"Emang lo sialan, Vin! Kelarin masalah lo sama Clara. Gue enggak mau nama gue dibawa-bawa. Pakai ngarang cerita gue yang ambil keperawanannya segala. Gila tuh cewek," Rian semakin dilanda kekesalan.
Sementara, Davin malah tersenyum. Sebenarnya memang Davin yang pernah tidur bersama Clara ketika keduanya sama-sama mabuk. Tetapi, mungkin karena Clara mabuk, Clara tidak sadar yang melakukannya Davin. Perempuan itu malah menuduh Rian yang tidak tahu apa-apa.
"Tapi, udah lo pecat kan?"
"Udah, tadi pagi."
"Ya, baguslah kalau gitu. Dulu seingat gue, lo nemenin dia minum sampai mabuk. Terus lo cabut gitu aja. Terpaksa gue yang nganterin dia pulang."
"Terus, berakhir di apartemen lo?" tebak Rian.
"Iya, gimana lagi? Ada kesempatan, masa gue tolak? Gue juga enggak tahu dimana rumah dia. Enggak salah dong, gue bawa pulang ke apartemen. Eh, enggak tahunya dia masih perawan. Gue merasa bersalah, tapi udah terlanjur," Davin tertawa.
"Terus, lo jadiin gue kambing hitam? Seolah-olah gue yang ngelakuin?"
"Gue enggak kayak gitu juga. Dia sendiri yang nangis di kelab, ngadu ke gue. Clara bilang lo udah ambil keperawanannya. Gue cuma bisa nenangin aja. Tadinya gue pikir, dia enggak bakalan muncul lagi di kehidupan lo. Jadi, buat apa gue kasih tahu yang sebenarnya? Lagian, lo udah mulai sibuk persiapan nikah sama Tasya. Mana sempat lo mikirin cewek enggak jelas gitu," jelas Davin.
"Tapi, kenyataannya dia tiba-tiba muncul di kehidupan gue. Gara-gara lo, rumah tangga gue terancam. Gue pokoknya enggak mau tahu, lo urus Clara," Rian sudah tidak mau ambil pusing dengan perempuan itu. Apalagi Rian juga sebenarnya tidak mengenal. Rian tidak ingat apa-apa soal Clara.
"Sabar, Yan. Nanti, gue urus soal Clara," jawab santai Davin yang membuat Rian geram. Seolah masalah ini tidak berarti apa-apa untuk Davin.
"Lo udah berapa kali tidur sama dia?" tanya Rian yang tiba-tiba penasaran.
"Dua atau tiga kali, gue lupa. Habis itu gue udah enggak pernah ketemu dia lagi. Terakhir kali gue denger kabar dia mau nikah, tapi terus gagal nikah. Gue enggak tahu gimana kelanjutannya. Tiba-tiba malah udah jadi sekretaris lo."
"Gue yakin dia bukan cewek sembarangan. Selama ini dia nyariin gue-"
Rian tidak dapat melanjutkan kalimatnya ketika melihat ponselnya bergetar. Ada sebuah notifikasi pesan yang masuk di ponsel Rian. Pesan itu berasal dari wanita yang baru saja Davin dan Rian bahas.
"SHIT!" umpat Rian.
Rahang Rian sampai mengeras ketika Clara mengirimkan foto depan rumah Rian. Ternyata wanita itu begitu nekat. Setelah Rian usir secara tidak terhormat di kantor, Clara hendak membuat masalah lagi. Kali ini Rian yakin Clara akan bercerita yang aneh-aneh pada Ayana. Padahal Clara selama ini hanya salah paham, karena Davin memilih tidak menjelaskan yang sebenar-benarnya.
"Sialan! Dia ada di depan rumah gue. Lo ikut gue sekarang!" perintah Rian pada Davin yang tidak bisa laki-laki itu tolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY SEXY DUDA
RomanceAyana dan Rian terpaksa menikah. Mereka saling membutuhkan satu sama lain. Ayana butuh bantuan Rian untuk mengembalikan eksistensinya sebagai model. Sedangkan, Rian butuh peran Ayana sebagai ibu sambung putranya. Segala tangis, tawa, kebahagiaan, ke...