Sebagian besar perempuan ingin melahirkan secara normal. Sama halnya dengan Ayana. Namun, kondisi yang tidak memungkinkan, membuat Rara memutuskan Ayana melahirkan dengan cara operasi caesar.
Rian juga sudah menyetujui, Ayana melakukan persalinan prematur. Sebelum melakukan persalinan, Rara berharap Ayana mengalami kontraksi terlebih dahulu. Sambil menunggu waktu kurang lebih satu jam lagi, Ayana akhirnya dipindahan ke ruang rawat inap.
Setelah mengalami pengecekan berulang kali, Rian bersyukur saat janin Ayana kembali aktif. Meski, Ayana tetap harus melahirkan malam ini juga. Karena emosi Ayana yang tidak stabil, memicu Ayana untuk melahirkan lebih cepat dari prediksi Rara.
"Punggung aku sakit, Yan," ucap Ayana yang mulai menjatuhan air mata.
Perempuan itu masih marah, tetapi kali ini Ayana mengesampingkan emosi. Rian juga sudah menyadari jika semua yang menimpa Ayana malam ini karena kesalahannya. Mata Rian tidak lepas dari pergerakan Ayana. Ternyata Ayana tidak langsung melahirkan begitu saja. Harus ada kontraksi dulu.
"Maafin aku ya, Ay. Aku akan temenin kamu ngelewatin ini," Rian mengusap-usap punggung Ayana.
Berulang kali Ayana meringis kesakitan, sambil meremas kuat tangan Rian. Melihat Ayana yang berjuang melawan rasa sakit saat hendak melahirkan, membuat Rian tidak tega. Rian bukan hanya menyakiti perasaan Ayana. Tetapi bodohnya, Rian juga membuat nyawa anaknya menjadi terancam.
"Sakit, Yan," tangan Ayana yang satu lagi meremas kain sprei.
"Aku panggilin perawat dulu ke sini," Rian keluar sebentar untuk memanggil perawat yang berjaga.
Tidak perlu menunggu waktu lama, perawat masuk untuk memeriksa Ayana. Perawat itu dibantu dengan yang lainnya untuk membawa Ayana ke ruang operasi yang memang sudah dipersiapkan sejak tadi. Salah satu perawat juga memberi tahu Rara untuk bersiap-siap.
Sepanjang perjalanan menuju ke ruangan itu, Rian tidak ada henti-hentinya mengecup kening Ayana. Rian benar-benar takut sekali. Laki-laki itu cuma bisa berdoa istri dan anaknya tidak kenapa-kenapa. Setelah itu Rian hendak ikut masuk ke dalam ruang operasi.
"Maaf, bapak tidak boleh ikut masuk ke dalam," ucap salah satu perawat.
"Saya suaminya!" bentak Rian yang kesal, karena ingin menemani Ayana di dalam.
Bentakan Rian membuat Rara terpaksa harus turun tangan. Tampak Rara yang sudah menggunakan masker, menemui Rian.
"Dokter punya kewenangan untuk tidak memperbolehkan masuk ke dalam ruang operasi. Tidak semua rumah sakit mengizinkan. Ini semua demi kebaikan Ayana dan kelancaran kita semua dalam menangani proses operasi. Jadi, saya harap bapak mengerti," jelas Rara yang sebenarnya sudah kesal dengan Rian sejak tahu Ayana masuk ke dalam rumah sakit.
Selain sebagai dokter kandungan, Rara juga sudah termasuk teman Ayana. Pasti Rara mendengar dari Bian soal apa yang Rian lakukan, hingga berakibat seperti sekarang. Perbuatan Rian memang benar-benar menyulut emosi orang-orang yang tahu.
"Lakuin yang terbaik buat Ayana, Ra. Gue minta maaf, gue percaya sama lo," ucap pasrah Rian yang membuat Rara menghela napas.
"Doain proses persalinannya lancar," Rara menepuk pelan bahu Rian. Lalu, Rara kembali masuk ke dalam.
Rian kembali cemas menunggu proses persalinan Ayana. Mata Rian menatap kosong ke arah pintu ruang operasi. Rian tidak tahu harus melakukan apa, selain berdoa untuk keselamatan istri dan anaknya.
Hingga seseorang menghampiri Rian. Ternyata Davin yang datang, tanpa membawa Al. Davin sudah memberikan Al pada mami Rian.
"Yan," panggil Davin.
"Ayana lagi ngelahirin anak gue di dalam," Rian menoleh sebentar.
Mata Rian masih tidak lepas dari ruang operasi. Bahkan Rian tetap berdiri di depan pintu. Hal itu membuat Davin mengajak Rian untuk duduk. Tetapi, Rian malah menggeleng.
"Gue tahu lo khawatir. Tapi dengan lo mondar-mandir, berdiri di depan pintu, enggak bakalan membantu juga, Yan. Mending lo duduk, tenangin diri lo."
"Gue takut Ayana kenapa-kenapa," jelas Rian yang dari raut wajahnya tampak frustasi.
Rian akhirnya mengikuti Davin yang duduk di kursi tunggu. Dalam hati, Rian terus memanjatkan doa untuk Ayana. Rian tidak tahu apa jadinya jika sampai harus kehilangan kedua kalinya. Apalagi ada anak dalam kandungan Ayana yang sudah Rian nantikan kehadirannya.
"Ayana bukan cewek yang lemah, gue yakin dia bisa lewatin ini semua," ucap Davin yang berusaha menenangkan Rian.
Rian hanya mampu menunduk dalam diam. Laki-laki itu masih belum bisa berbicara banyak. Pikiran Rian terus tertuju pada Ayana. Rian sudah memberikan kabar pada seluruh keluarga bahwa Ayana akan melahirkan malam ini. Termasuk memberi tahu mertuanya, hingga wanita paruh baya itu sedang perjalanan menuju rumah sakit.
Sedangkan, orang tua Rian sendiri sempat ke sini sebentar, menemui Davin. Lalu, membawa Al pulang. Kemungkinan, orang tua Rian akan ke sini lagi besok pagi, saat Al sudah bangun.
"Yan, gue mau ke minimarket dekat sini. Lo mau titip sesuatu?" tanya Davin.
Laki-laki di samping Rian berhasil memecah keheningan. Selama kurang lebih satu jam Rian menunggu proses persalinan Ayana dalam diam, Davin melihat Rian tampak lemas. Maka, Davin pikir mau membelikan minum atau makanan untuk Rian. Namun, Rian tidak nafsu makan. Yang Rian mau dengar adalah kondisi istrinya di dalam.
"Enggak," Rian menggelengkan kepala.
"Tetap gue beliin minum, lo lemes gitu," Davin memutuskan untuk beranjak dari kursi, membiaran Rian yang tidak menanggapi.
Saat Davin sudah melangkahkan kaki untuk pergi dari situ, suasana menjadi semakin tegang ketika seorang perawat tiba-tiba keluar dari ruang operasi. Disusul dengan Rara yang juga ikut keluar dengan raut wajah bahagia.
"Ra, gimana? Ayana enggak apa-apa? Anak gue baik-baik aja kan?" Rian langsung menyerbu Rara dengan berbagai pertanyaan.
"Ayana enggak apa-apa, dia masih nangis di dalam. Kalau Anak kamu, beruntungnya dua-duanya selamat, Yan. Sekarang masih ada di inkubator. Anak kamu perempuan dan laki-laki. Ternyata selama ini Ayana mengalami hidden twins. Dia bersembunyi di balik tubuh saudaranya, jadi waktu USG aku enggak bisa tahu," jelas Rara.
"Jadi, anak gue kembar?" tanya Rian yang sempat terdiam beberapa saat. Rian terkejut mengetahui Ayana melahirkan dua orang anak sekaligus.
"Iya," Rara terenyum.
Tampak mata Rian yang mulai basah. Rian mengusapnya dengan tangan. Perasaan Rian sudah sulit untuk dijabarkan. Rian benar-benar bahagia mengetahui kondisi Ayana dan kedua adik Al.
Di tengah permasalahan yang sedang Ayana dan Rian hadapi, Tuhan masih berbaik hati menyelamatkan Ayana dan buah cintanya. Rian rasa ini kabar paling indah yang pernah Rian dengar seumur hidup. Bahkan Rian rasanya ingin buru-buru melihat kondisi Ayana. Tetapi, Ayana belum dipindahkan ke ruang rawat inap.
"Selamat Yan, gue ikut seneng dengernya," Davin menepuk pundak Rian, sambil tersenyum.
Bukan hanya Rian saja yang bahagia, Rara dan Davin juga merasakan kebahagian yang Rian tularkan. Akhirnya, suasana tegang sudah berubah menjadi tangis bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY SEXY DUDA
RomanceAyana dan Rian terpaksa menikah. Mereka saling membutuhkan satu sama lain. Ayana butuh bantuan Rian untuk mengembalikan eksistensinya sebagai model. Sedangkan, Rian butuh peran Ayana sebagai ibu sambung putranya. Segala tangis, tawa, kebahagiaan, ke...