Beruntungnya siang ini Ayana tidak terjebak macet. Padahal biasanya jalanan yang Ayana lewati itu selalu macet. Apalagi saat jam makan siang, banyak sekali kendaraan yang melenggang di jalanan itu. Namun ini seperti sebuah kebetulan atau bisa dibilang juga keberuntungan untuk Ayana yang hampir terlambat.
Ayana cukup merasa lega, karena tidak jadi terlambat. Buru-buru perempuan itu menuju ke ruang make up. Di sana Ayana melihat seorang pria yang juga sedang ditangani oleh seorang make up artist.
Memang kalau di dunia hiburan seperti ini, laki-laki juga harus make up. Ayana sudah tidak kaget lagi. Dulu awal-awal Ayana berkarier, Ayana sempat kaget. Ayana tidak terbiasa melihat hal seperti itu.
"Hai, Ay," sapa Rey sambil tersenyum lebar ke arah Ayana.
Ayana yang baru saja duduk di kursi untuk melakukan make up juga, merasa kurang nyaman dengan sapaan laki-laki itu. Entah, Ayana rasanya malas menanggapi Rey. Ayana cuma tersenyum tipis, lalu kembali menatap lurus ke arah cermin. Ayana membiarkan seorang make up artist merias wajahnya.
"Cuek banget, Ay. Lagi badmood, ya?" tanya Rey.
"Enggak."
"Terakhir kali gue ketemu lo di bandara, sikap lo enggak gini, Ay."
Perkataan Rey barusan membuat Ayana mengingat pertemuan mereka di bandara. Saat itu posisinya Ayana baru selesai honeymoon. Ayana juga belum memiliki perasaan pada Rian. Tetapi, kondisi sekarang ini berbeda. Hubungan Ayana dan Rian semakin membaik.
Ayana tidak bisa menutupi perasaannya yang sudah jatuh pada Rian. Meskipun, masih banyak kelakuan Rian yang terkadang membuat Ayana geram. Seperti, pertengaran soal kunci mobil siang ini.
Mata Ayana hanya melirik sekilas ke arah Rey. Laki-laki itu tersenyum tipis. Senyum yang Ayana lihat, seperti senyum kecewa. Mungkin Rey masih merasa ada yang salah dengan sikap dingin Ayana.
"Perasaan sama aja, enggak ada yang berubah dari sikap aku," balas Ayana.
"Kok gue ngerasanya ada, ya, Ay? Semenjak lo nikah, kelihatan banget lo jaga jarak sama gue," Rey tertawa kecil. Tawa menyedihkan yang membuat Ayana cuma bisa terdiam beberapa saat.
Ayana memilih memandangi wajahnya yang sudah selesai dirias. Bahkan make up artist yang tadi merias wajah Ayana sudah pergi. Hal itu membuat Ayana dan Rey hanya tinggal berdua saja di ruang make up.
"Dari dulu aku juga selalu jaga jarak sama kamu," ucap Ayana.
"Iya, gue tahu. Lo selalu kasih pembatas buat gue. Entah sampai kapan, lo bakalan nganggap gue cowok playboy yang bakal nyakitin lo," Rey menampilkan wajah memelas.
"Udah Rey, aku enggak mau bahas masa lalu. Kita udah punya kehidupan masing-masing. Profesional kerja aja."
Ayana tidak mau terlalu berlebihan merespons Rey. Sudah cukup Rey ada di masa lalu Ayana, sebagai laki-laki yang pernah dekat dengan Ayana. Perlu digaris bawahi juga, Ayana dan Rey tidak pernah menjalin hubungan lebih dari sekadar teman.
Dulu memang kedekatan Ayana dan Rey bisa dibilang mirip seperti seseorang yang sedang menjalin hubungan. Namun, Ayana sebenarnya selalu memberikan pembatas. Ayana punya alasan tersendiri yang orang-orang tidak tahu, apa alasan tersembunyi Ayana menolak Rey. Bukan hanya sifat suka mengatur dan julukan playboy yang melekat pada Rey. Tetapi, ada kejadian lain yang masih menjadi rahasia Ayana.
"Ay, lo cinta sama suami lo?" tanya Rey tiba-tiba, setelah suasana ruangan ini, sempat hening sejenak.
"Aku rasa pertanyaan kamu enggak perlu dijawab, Rey."
"Kenapa enggak perlu dijawab?"
Ayana terdiam sejenak. Ini bukan pertanyaan yang harus Ayana jawab sesuai dengan isi hatinya. Ayana rasa Rey terlalu penasaran dengan kehidupan pribadinya yang sekarang. Padahal Ayana sendiri tidak pernah mengusik kehidupan Rey. Ayana sudah merasa nyaman dengan apa yang dijalaninya.
"Oke, gue enggak akan maksa lo untuk jawab, Ay. Itu emang urusan pribadi lo. Tetapi, setidaknya lo kasih tahu gue, apa alasan lo nolak gue dulu? Jangan buat gue semakin penasaran sama lo, Ay!"
Suara Rey kembali terdengar, membuat Ayana tidak tahu harus menjawab apalagi. Ayana memang tidak memberikan alasan apapun waktu itu, karena memang mau menyimpannya sendiri. Bahkan untuk saat ini Ayana juga belum mau membahas lagi soal itu.
Ayana lebih memilih beranjak dari duduknya. Namun, Rey mencekal pergelangan tangan Ayana. Tindakan Rey membuat Ayana buru-buru menyingkirkan tangan Rey. Ayana hendak memperingati Rey, tapi seorang kru lebih dulu datang ke ruang make up. Kedatangan kru itu membuat Ayana bisa bernapas lega.
"Udah disuruh ke sana, mbak, mas," ucap kru itu.
"Iya, bentar," jawab Ayana.
Ayana bersyukur sekali kru itu datang tepat waktu. Perempuan itu jadi tidak perlu membuang tenaga untuk berlama-lama berdebat soal masa lalu dengan Rey. Karena Ayana sekarang ini sudah keluar dari ruang make up, meninggalkan Rey.
Ada beberapa adegan dari proses syuting iklan ini yang mengharuskan Ayana berdekatan dengan Rey. Tetapi, tidak semuanya seperti itu. Bahkan saat ini masih giliran Ayana sendiri yang berpose di depan kamera.
Sebelum ini benar-benar dimulai, Ayana melihat skrip yang diberikan oleh kru. Ayana sebenarnya sudah mendapatkan arahan dari dua hari lalu, jadi tidak perlu waktu lama lagi untuk Ayana memahami isi skrip itu. Tetapi, Ayana sedikit berbincang dengan kru selama persiapan proses syuting iklan ini.
Usai membahas sedikit apa yang ada di dalam skrip, Ayana mengecek ponselnya sebentar. Ayana memang sengaja tidak meninggalkan ponselnya di dalam ruang make up, karena tidak akan ada yang membawakan juga. Ayana lebih memilih menaruh di tas dan menitipkan pada salah satu kru yang memang bisa dipercaya.
"Mbak Ay dari tadi kayaknya dilihatin terus," ucap kru bernama Nindi yang memang sudah akrab dengan Ayana, karena sering terlibat dalam satu pekerjaan.
Ucapan kru itu membuat Ayana melirik ke arah Rey yang duduk di sofa kecil. Jaraknya lumayan jauh dari tempat Ayana duduk, tetapi pandangan Rey terus tertuju pada Ayana. Seharusnya, Rey membaca skrip yang ada di tangan laki-laki itu, bukan terus mengamati Ayana.
Ayana jadi merasa tidak nyaman, menyadari dirinya terus diamati seperti itu. Padahal sebentar lagi sudah mulai take syuting. Ayana harus lebih berkonsentrasi. Apalagi sutradara sudah memberi pertanda, membuat Ayana beranjak dari duduknya.
"Biarin aja, Nin. Aku titip tas, ya?" ucap Ayana yang memilih mengabaikan Rey.
"Iya, mbak."
Pikiran Ayana hanya fokus untuk menyelesaikan syuting iklan ini. Biasanya syuting iklan lebih membutuhkan banyak waktu dan konsentrasi penuh, dibandingkan dengan pemotretan biasa. Ayana sudah beberapa kali melakukan syuting iklan. Dan, mungkin ini juga sudah kesekian kalinya bersama Rey, setelah Ayana lama tidak berkomunikasi dengan laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY SEXY DUDA
RomanceAyana dan Rian terpaksa menikah. Mereka saling membutuhkan satu sama lain. Ayana butuh bantuan Rian untuk mengembalikan eksistensinya sebagai model. Sedangkan, Rian butuh peran Ayana sebagai ibu sambung putranya. Segala tangis, tawa, kebahagiaan, ke...