Rian pikir, Ayana akan segera menyusulnya ke depan. Namun yang terjadi benar-benar di luar dugaan Rian. Mata Rian malah disuguhi pemandangan Ayana bersama laki-laki lain. Rian berdecak kesal, ketika Ayana begitu asyik mengobrol dengan pria yang wajahnya tidak asing bagi Rian. Apabila diperhatikan, laki-laki itu sama seperti aktor yang digemari oleh mami Rian. Beberapa kali Rian sempat melihat wajah laki-laki itu muncul di sinetron kesayangan maminya. Saat itu kebetulan Rian menemani maminya menonton, bukan karena Rian menyukai sinetron itu. Bahkan rasanya melihat berita jauh lebih bermanfaat bagi Rian dari pada melihat itu.
Rian masih kesal setengah mati dengan laki-laki itu. Alhasil, Rian buru-buru menghampiri Ayana dan mengajak istrinya pulang ke rumah dengan alasan Al. Tentu alasan itu membuat Ayana langsung menyetujui, tanpa membantah ucapan Rian seperti biasanya. Hingga mereka berakhir di sini, di dalam mobil, perjalanan menuju ke rumah.
"Laki-laki tadi sebenarnya siapa? Mantan kamu?"
Sejak tadi tidak ada yang saling membuka suara. Hingga tiba-tiba suara Rian berhasil membuat dahi Ayana berkerut. Nampak Ayana yang mulai menatap ke arah Rian.
"No, dia bukan mantan aku. Kita cuma teman aja. Dia aktor terkenal, seharusnya kamu tahu siapa itu Rey."
"Oh, saya enggak kenal."
Bisa dilihat wajah Rian yang ditekuk saat menjawab ucapan Ayana. Pandangan Rian pun kembali lurus ke depan, setelah beberapa detik menatap Ayana. Rian merasa kurang suka saat Ayana membanggakan pria bernama Rey itu.
Entah kenapa Rian begitu kesal saat sesuatu yang sudah menjadi miliknya, dilirik oleh pria lain. Sebagai sesama laki-laki, Rian tahu Rey mempunyai ketertarikan terhadap Ayana.
"Dia juga enggak kenal kamu, kalau enggak aku kenalin kalian tadi."
"Saya enggak minta kamu kenalin saya dengan dia."
"Kok kamu jadi nyolot, sih? Tadi itu cuma basa-basi aja, karena dia juga udah nolongin aku."
"Saya biasa aja, enggak nyolot seperti yang kamu bilang. Tadi memangnya dia ngapain?"
Rian memberanikan diri untuk bertanya, karena terlalu penasaran. Tadi yang Rian lihat Ayana hanya berbincang saja dengan Rey di depan. Sebelum itu terjadi, Rian tidak tahu apa-apa.
"Ih, kepo banget sih, kamu! Makanya, jangan seenaknya ninggalin aku. Mana enggak bantuin bawa koper, untung ada Rey."
"Jadi, dia bawain koper kamu sampai depan?" tanya Rian.
"Iya, kenapa memangnya? Dia baik loh, mau bantuin aku. Soalnya, suami aku udah jalan duluan ke depan," Ayana menekankan kalimat suami untuk menyindir Rian.
Di sela kekesalan Rian, sindiran Ayana bagaikan tamparan keras untuk Rian. Masih dengan pandangan lurus ke depan, Rian kembali mengeluarkan kalimat yang meluapkan rasa kesalnya. Tingkah Rian membuat Ayana mulai merasa bingung di tempat gadis itu duduk.
"Kalau cuma bawa koper, tukang ojek juga bisa. Enggak perlu minta bantuan aktor segala."
"Kalau tukang ojek bisa, kenapa kamu enggak bisa?" tanya Ayana.
"Cuma tinggal didorong Ay, kenapa harus minta bantuan saya? Sesekali berusaha sendiri, kurang-kurangin sikap manja kamu."
"Terserah!" jawab ketus Ayana.
Usai Rian mengucapkan kalimat itu, Rian melihat Ayana yang nampak kesal. Seharunya, Rian yang marah karena Ayana terlihat begitu dekat dengan laki-lali itu. Mood Rian juga rusak akibat ucapan Rey tadi. Bisa-bisanya laki-laki itu berkata, "Nanti, kapan-kapan kita ngobrol lagi."
Apa-apaan laki-laki itu? Memangnya siapa yang memperbolehkan Ayana untuk mengobrol lagi dengan aktor ternama itu. Dari caranya tersenyum dan menatap Ayana saja, Rian sudah bisa menduga jika dulunya ada sesuatu di antara Ayana dan Rey. Rian cuma tidak mau terlihat begitu penasaran, hingga memaksa Ayana untuk bercerita. Bahkan saat ini Rian yang malah frustasi saat Ayana sudah mengeluarkan kata keramat, yaitu kata 'terserah'. Sepertinya itu kata yang dikeluarkan oleh semua wanita saat sedang marah. Jujur sebagai seorang laki-laki, Rian sampai detik ini masih belum bisa memahami arti sebenarnya kata itu.
"Ayana!"
Tiba-tiba Rian memanggil nama Ayana, karena Ayana cemberut sambil membuang muka. Pandangan Ayana menuju ke arah luar jendela. Panggilan Rian tadi juga tidak ada jawaban sama sekali dari Ayana. Seolah-olah Ayana tidak mendengar ucapan Rian.
Rian cuma bisa terdiam, sambil melajukan mobilnya. Hingga sesampainya di depan rumah, Rian tidak langsung keluar dari mobil, begitupun dengan Ayana. Rian kembali mencoba untuk berbicara dengan istrinya.
"Ay, saya tadi enggak bermaksud untuk-"
"Terserah, kalau menurut kamu definisi manja itu karena enggak bisa bawa dua koper besar. Aku enggak peduli sama pendapat kamu."
Ucapan Rian terhenti ketika Ayana memotong dengan cepat kalimat yang belum Rian selesaikan. Rian terlihat bingung. Satu hal yang ada di isi kepala Rian, Ayana memang berbeda dari gadis lainnya.
"Kok kamu jadi marah sih, Ay? Harusnya saya yang marah karena kamu-"
"Karena kamu apa? Kamu cemburu sama Rey?" Ayana kembali memotong ucapan Rian.
"Kalau kamu cemburu, ya udah cemburu aja! Enggak usah pakai bilang aku manja! Siapa cewek yang enggak emosi dibilang kayak gitu?"
Rian benar-benar syok mendengar ucapan Ayana. Bahkan Rian belum mengatakan apa-apa, gadis itu sudah mampu membuat kesimpulan sendiri. Rian hanya memasrahkan diri dengan omelan Ayana.
Saat Rian hendak membela diri, suara Ayana kembali mendahului. Sepertinya perempuan ini tidak mau memberikan kesempatan untuk Rian menjelaskan.
"Udah ah, aku lagi enggak mood berdebat sama kamu."
Setelah mengatakan kalimat yang semakin membuat Rian kaget, Ayana keluar dari mobil. Rian benar-benar bingung melihat sikap Ayana. Rasanya sulit sekali mengendalikan Ayana saat gadis itu sedang marah.
Rian tampak terdiam sejenak di dalam mobil. Memikirkan sikap Ayana membuat Rian tanpa sadar mengernyitkan dahinya.
"Kenapa jadi dia yang emosi?" Rian bergumam sendiri.
Kemudian, Rian menghela napas panjang. Rian ikut keluar dari dalam mobil. Kali ini Rian memilih menurunkan semua koper dan memasukkannya ke dalam. Termasuk dengan koper-koper Ayana, agar gadis itu tidak semakin marah.
Rian juga membawa semua belanjaan Ayana. Laki-laki itu sedikit heran, karena tidak tahu kapan istrinya itu belanja. Rian memang sudah memberikan kartu kreditnya untuk Ayana. Entah Ayana menggunakannya untuk apa, karena bagi Rian itu salah satu bentuk kewajiban sebagai suami. Meskipun, pernikahan ini bisa dikatakan masih terbilang aneh.
"Daddy!" teriak Al dari kejauhan.
Rian tersentak mendengar panggilan Al. Sampai Rian menjatuhkan belanjaan Ayana. Rian menunduk untuk mengambil belanjaan Ayana, setelah tersenyum ke arah Al. Ternyata Al cuma mau memberitahu Rian, kalau Al sedang memakan kue bersama Ayana.
Sesaat setelah itu Rian melihat sebuah kotak yang terbuka, karena Rian jatuhkan tadi. Isi di dalam kotak itu bisa Rian lihat. Dan, diam-diam Rian terkejut saat menemukan barang milik Ayana. Rian yakin itu bukan barang belanjaan yang Ayana beli di Bali. Tetapi, Ayana memang sudah mempersiapkannya dari rumah. Rian mengerjap pelan, ini benar-benar di luar dugaan Rian.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY SEXY DUDA
RomanceAyana dan Rian terpaksa menikah. Mereka saling membutuhkan satu sama lain. Ayana butuh bantuan Rian untuk mengembalikan eksistensinya sebagai model. Sedangkan, Rian butuh peran Ayana sebagai ibu sambung putranya. Segala tangis, tawa, kebahagiaan, ke...