Ayana menatap tidak suka ke arah Rian. Perasaan Ayana masih sangat kesal. Akibat emosi dengan perbuatan Rian, Ayana melahirkan lebih awal. Ditambah lagi, sekarang ini kedua buah cinta Ayana harus dirawat di ruang NICU untuk mendapatkan perawatan intensif.
Terlahir prematur, membuat anak kembar Ayana masih belum bisa berada dalam dekapan Ayana. Sejak tadi pagi, Ayana cuma bisa melihat dari luar saja. Ayana dan Rian hanya diperbolehkan masuk ke dalam ruangan itu untuk melihat lebih dekat bayinya, ketika jam besuk saja.
Saat ini Ayana sudah kembali berada di ruang rawat inap, ditemani dengan Rian. Bunda Ayana tadi sudah datang menemani, tetapi siang ini kembali lagi ke restoran. Sedangkan, mami Rian sedang membeli makanan di minimarket dekat sini bersama Al. Sepertinya mami Rian memberikan ruang untuk Ayana berbincang dengan suaminya. Karena Ayana sedari tadi memang terlihat mendiamkan Rian.
"Ay," panggil Rian
"Hm," Ayana membuang muka.
"Aku minta maaf, Ay. Kali ini aku beneran janji enggak ngelakuin hal bodoh lagi," Rian tampak serius meminta maaf.
Namun, Ayana tidak bisa memaafkan begitu saja. Ayana sadar dirinya sendiri juga salah, karena tidak menceritakan soal keluarganya pada Rian. Tetapi, Rian tidak seharusnya mencari tahu sendiri, sampai Wisnu juga tahu permasalahan ini. Ayana malu dengan semua ini. Bahkan Ayana malu menjelaskan pada Rian soal statusnya yang merupakan anak di luar pernikahan.
Ayana tahu bundanya berjuang keras dan sudah mengakui melakukan kesalahan di masa lalu. Tetapi tetap saja itu terasa menyedihkan untuk Ayana. Terlebih dengan Ayana menutup soal masa lalunya yang kelam, Rian justru menganggap Ayana sebagai Tasya. Padahal Ayana tidak ada hubungan sedikitpun dengan Tasya. Setiap orang dikatakan memiliki tujuh kembaran tidak sedarah. Kemungkinan besar itu yang dialami Tasya dan Ayana.
"Ay, please! Aku mohon maafin suami kamu ini."
"Kamu ingkar janji, Yan. Gara-gara kamu, anak kita harus lahir prematur. Untungnya mereka enggak kenapa-kenapa," Ayana semakin dibuat kesal oleh Rian.
"Aku tahu, Ay. Memang aku salah. Aku brengsek udah buat kamu kayak semalam. Kamu boleh marah sama aku. Pukul aku semau kamu, Ay. Tapi, jangan kamu diemin aku terus, Ay."
Ayana melihat Rian yang tampak menyesal. Ucapan Rian terdengar menyedihkan, meski Ayana tetap merasa kesal pada Rian. Tetapi semua sudah terlanjur terjadi. Semarah apapun Ayana, tidak akan membalikkan keadaan. Justru Ayana seharusnya bersyukur karena persalinannya berjalan lancar.
"Kasih aku satu alasan, kenapa aku harus maafin kamu? Padahal kamu udah rusak kepercayaan aku. Dengan kamu diem-diem cari tahu soal keluarga aku, sama aja kamu bohongin aku lagi, Yan."
Laki-laki itu langsung terdiam. Tampak Rian bingung harus membuat alasan. Menurut Rian, memang ini sudah keterlaluan.
"Yan...."
"Aku enggak tahu, Ay. Emang aku keterlaluan. Enggak ada alasan yang bisa menutupi kesalahan aku untuk dapetin maaf dari kamu."
"Kalau kamu aja enggak tahu. Terus tujuan kamu minta maaf supaya apa?"
"Supaya kita enggak marahan lagi, Ay," ucap Rian dengan polosnya, membuat Ayana geram.
"Aku enggak bakal marah banget kayak semalam, kalau kamu enggak buat ulah duluan. Kamu bisa tanya ke aku, apa yang mau kamu tahu tentang aku, Yan. Emang aku salah enggak cerita dari awal sama kamu soal itu. Tapi kamu juga salah, cari tahu sendiri. Lebih parahnya lagi, kamu curiga aku Tasya. Aku enggak habis pikir sama kamu," Ayana geleng-geleng kepala.
Ayana sejujurnya sudah tidak marah pada Rian seperti semalam. Namun, perasaan kesal tetap ada. Meski, tidak terlalu berlebihan juga. Ayana bisa memaafkan Rian, namun tidak dengan pemikiran Rian yang kembali membawa Tasya ke dalam rumah tangga mereka.
Seharusnya ini menjadi momen terbaik Ayana dan Rian dengan kehadiran buah cinta keduanya. Tetapi, Rian sudah menghancurkan semuanya. Sebagai seorang ibu, Ayana sedih melihat anak kembarnya harus dirawat terlebih dahulu. Meski itu memang demi kebaikan anaknya, agar bisa segera Ayana bawa pulang ke rumah.
"Karena aku bingung, Ay. Mulai dari awal kita menikah, aku enggak pernah lihat foto keluarga kamu, apalagi ayah kamu. Belum lagi aku baru tahu, bunda kamu punya rumah di Bandung. Lokasinya dekat dengan kecelakaan Tasya yang buat aku memiliki asumsi sendiri, Ay."
"Aku emang terlalu sok tahu. Bahkan aku enggak bisa ngerti apa mau kamu. Tapi aku enggak ada niat buat kamu sampai kayak semalam, Ay. Aku benar-benar takut. Kali ini aku minta maaf untuk kebodohan aku, ketololan yang udah terjadi dan apapun yang buat kamu merasa sakit hati," ucap Rian yang bersungguh-sungguh.
"Sini deketan!" pinta Ayana yang tidak kuat melihat raut menyesal Rian.
"Mau dimaafin?" tanya Rian.
"Enggak, mau cubit perut kamu. Biar kamu tahu gimana rasa sakit hati aku, waktu tahu kamu ngelakuin semua itu semalem."
Dengan wajah memelas, Rian mendekat ke arah Ayana. Laki-laki itu menyingkap sedikit kaos yang Rian gunakan ke atas. Sehingga, Ayana bisa melihat perut Rian. Ayana benar-benar kesal, tetapi ingin tersenyum melihat Rian yang memang bodoh sekali. Tidak salah Rian tadi mengakui pada Ayana.
"Emang kamu bodoh banget, Yan. Siapa juga yang mau cubit? Aku mau dipeluk," ucap Ayana yang kembali mengomel.
"Kamu tadi bilangnya mau cubit, Ay. Kalau soal peluk, aku juga mau. Tapi jadinya ini dimaafin kan?" Rian memeluk Ayana, sambil tersenyum tipis,
Mata Rian menatap ke arah Ayana, memastikan kembali. Ayana cuma bisa mengangguk. Sebenarnya ini cuma salah paham saja. Ayana tahu Rian hanya penasaran.
"Iya, aku maafin. Tapi kamu beneran enggak kayak dulu lagi kan? Maksud aku, kamu masih belum bisa lupain Tasya, makanya kamu anggap aku-"
Ucapan Ayana terhenti, saat Rian tiba-tiba mengecup bibir Ayana. Laki-laki itu tersenyum melihat kekhawatiran Ayana.
"Enggak, Ay. Aku udah lupain Tasya. Mau kamu Tasya atau bukan, sebenarnya enggak jadi masalah. Seperti yang aku bilang tadi, aku cuma sok tahu aja. Aku penasaran, karena kamu kayak kasih teka-teki untuk aku pecahin."
"Kamu lama-lama gila! Siapa juga yang ngajakin kamu main teka-teki? Sekalian aja kita main ular tangga semalem. Istri lagi hamil bukannya dijagain, malah dibikin emosi," Ayana mendengus kesal.
"Ay, aku kan udah minta maaf. Barusan kita baikan," Rian mengingatkan, membuat Ayana menghela napas.
"Tetap aja kamu itu nyebelin. Aku takut banget semalam di ruang operasi, mana kamu enggak dibolehin nemenin. Kamu tahu kan, dari awal aku cuma persiapan mental buat kelahiran normal aja, Yan."
"Iya aku tahu, sayang. Tapi, bersyukurnya semua lancar, Ay. Aku punya satu perempuan cantik yang akan menyaingi kecantikan kamu."
Ucapan Rian membuat Ayana sadar dengan anak perempuan Ayana yang sejak USG tidak terdeteksi kehadirannya. Mungkin memang benar, Ayana akan kalah cantik dengan anaknya sendiri. Seperti Rian yang sudah kalah tampan dengan Al dan juga adik Al yang belum Rian beri nama.
"Kamu belum kasih nama buat dia, Yan. Sama yang satunya lagi, kamu juga belum pikirin namanya."
"Kamu enggak mau ikut kasih nama, Ay?"
"Enggak, kamu aja. Aku yakin kamu kasih nama yang bagus untuk anak-anak kita," Ayana tersenyum.
Satu kecupan mendarat di kening Ayana. Ditambah dengan pelukan sayang dari Rian. Ini bukan hanya jadi pelajaran untuk Rian, tapi juga untuk Ayana.
Kita bukan hanya menuntut pasangan kita untuk terbuka saja, tetapi kita juga harus melakukan hal yang sama. Terkadang yang Ayana anggap tidak penting dan ingin ditutupi, justru itu sangat penting diketahui oleh Rian. Begitu pula sebaliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY SEXY DUDA
RomanceAyana dan Rian terpaksa menikah. Mereka saling membutuhkan satu sama lain. Ayana butuh bantuan Rian untuk mengembalikan eksistensinya sebagai model. Sedangkan, Rian butuh peran Ayana sebagai ibu sambung putranya. Segala tangis, tawa, kebahagiaan, ke...