Pagi-pagi sekali Ayana sudah berada di Bali. Setelah berdebat cukup panjang dengan Rian, akhirmya pria bermanik mata abu-abu itu setuju honeymoon ke Bali. Tetapi, ada satu masalah lagi yang harus Ayana hadapi. Sejak tadi Rian marah karena banyak wartawan di bandara yang mewawancarai. Belum lagi orang-orang yang meminta foto kepada Ayana, membuat perjalanan menuju villa semakin lama. Sesampainya di villa, Rian sudah langsung pergi begitu saja meninggalkan Ayana, bahkan tidak mempedulikan Ayana yang membawa kedua koper besar sendirian.
Coba bayangkan betapa susahnya tubuh ramping Ayana berjalan sambil membawa kedua koper besar? Mana pagi ini Ayana belum sempat sarapan. Pesawat take off terlalu pagi sekali membuat Ayana buru-buru. Apalagi gadis itu harus berdandan dulu yang menimbulkan pertengkaran kecil bersama Rian saat di rumah. Karena Rian tidak mau sabar menunggu Ayana merias wajah.
Sambil membawa koper berisi perlengkapan dan pakaiannya sendiri, Ayana mulai masuk ke dalam villa dengan napas terengah-engah. Sayup-sayup Ayana mendengar suara seseorang bersiul. Ayana melirik ke arah luar kamar. Di sana sudah ada Rian yang duduk di kursi panjang, pinggir kolam renang. Kamar villa Ayana dan Rian memang menghadap langsung ke arah kolam renang dan juga pemandangan pantai.
"Rian," panggil Ayana.
Ayana menggeser pintu kaca, lalu menghampiri Rian dengan wajah memerah menahan kesal. Sementara, Rian cuma melirik sekilas Ayana yang berdiri sambil bertolak pinggang. Seperti tidak ada kesalahan apapun, Rian tetap mengabaikan Ayana. Tingkah duda menyebalkan itu membuat Ayana semakin menggeram marah.
Beruntungnya tidak ada satupun orang yang melihat Ayana membawa dua koper tanpa bantuan Rian. Kalau saja ada paparazzi yang merekam atau memotret, hancur sudah rencana Ayana untuk menunjukkan kepada publik keromantisan rumah tangganya. Karena realita yang sebenarnya, Rian dan Ayana seperti kucing dan anjing ketika bersama. Tidak ada yang mau mengalah sedikitpun.
"Rian, kamu benar-benar suami durhaka! Bisa-bisanya kamu biarin aku bawa dua koper dari dalam mobil sampai ke villa. Udah, gila ya kamu?"
"Siapa suruh kamu bawa koper sebanyak itu? Kita di sini cuma tiga hari, tapi bawaan kamu seperti orang mau pindahan."
"Asal kamu tahu ya, perlengkapan perempuan itu banyak. Enggak bisa disamain kayak punya kamu."
"Tapi, enggak sebanyak itu juga," Rian beranjak dari sofa panjang.
Ayana berbalik badan, menatap Rian yang pergi begitu saja. Meskipun, masih kesal dengan Rian, gadis itu tetap saja penasaran. Ayana tidak akan membiarkan Rian pergi tanpa Ayana. Semua bisa gawat jika ada wartawan yang tiba-tiba mewawancarai Rian. Ayana takut suaminya yang menyebalkan itu akan berbicara asal. Ayana buru-buru mengikuti langkah kaki Rian.
Masih dengan sikap mengabaikan Ayana, Rian yang tahu Ayana mengikuti tetap terus berjalan santai. Hingga sebuah suara terdengar di telinga Rian. Siapa lagi jika bukan Ayana yang saat ini sudah menarik pakaian yang Rian pakai. Ayana menggunakan cara itu agar Rian berhenti melangkah. Dan, benar saja Rian langsung berbalik badan, menatap Ayana.
"Rian, kamu mau kemana?" tanya Ayana.
"Jalan-jalan ke pantai. Pusing saya mendengar omelan kamu."
Usai mengatakan itu, Rian mengambil benda persegi panjang yang sejak tadi berada di meja. Tanpa pikir panjang lagi, Rian mau menelusuri pantai Bali. Berhubung cuaca masih belum terlalu panas, Rian hendak memanfaatkan waktu untuk berjalan-jalan. Sedangkan, Ayana cemberut karena Rian tidak mengajak gadis galak itu. Ayana semakin mendekat ke arah Rian. Kali ini bukan menarik ujung pakaian Rian seperti tadi, melainkan mencekal pergelangan tangan Rian.
"Tungguin! Aku harus ikut, kamu enggak boleh pergi sendirian."
"Kenapa memangnya? Kamu takut saya diambil orang?"
Sadar tangannya masih mencegal pergelangan tangan Rian, Ayana buru-buru melepaskannya. Lalu, memasang raut wajah tidak suka dengan ucapan Rian barusan.
"Percaya diri banget sih, kamu! Siapa juga yang takut kehilangan kamu? Kalau kamu dimakan buaya atau dilempar guling-guling ke jurang, aku juga enggak peduli."
"Kriminal sekali otak kamu!"
"Biarin! Kalau suaminya kamu emang harus kayak gitu."
Ayana menggeser tubuhnya untuk mengambil peralatan make up. Wajah Ayana sudah penuh dengan keringat, ditambah lagi gadis itu belum mandi tadi pagi. Ayana harus menutupinya dengan berdandan yang tidak terlalu berlebihan, setidaknya terlihat natural dan enak dipandang.
"Aku make up dulu, kamu tungguin di situ," tunjuk Ayana pada sebuah sofa kecil yang ada di kamar.
"Jangan lama-lama atau saya tinggal kamu," ancam Rian.
"Niatnya, sih, mau satu jam make up. Gimana?"
"Saya pergi sendiri aja," Rian langsung beranjak dari sofa, membuat Ayana menoleh dan lagi-lagi menahan suaminya.
"Aku cuma bercanda doang. Ini juga udah mau selesai."
Setelah hampir lima belas menit Ayana sibuk dengan peralatan make up yang seadanya itu. Ayana saat ini sudah selesai. Tinggal olesan terakhir pada bibir Ayana. Biasanya Ayana menggunakan liptint sesuai dengan warna bibir aslinya. Tapi, Ayana kini lebih tertarik mencoba liptint barunya yang berwarna merah seperti cherry.
Secara tidak sadar, bibir Ayana menjadi perhatian Rian. Karena Rian kesal Ayana terus menggoda dan mengomelinya sejak di rumah hingga mereka berada di Bali. Ini saatnya Rian balas dendam. Masih dengan mata yang tertuju pada kaca, Ayana tidak tahu Rian sudah berada di dekat gadis itu.
Ayana syok saat menoleh ke samping, matanya mengerjap bingung mendapati Rian sudah berada pada jarak yang begitu dekat dengan Ayana. Selanjutnya, Ayana tidak bisa berpikir lagi saat tiba-tiba Rian menyatukan bibirnya dengan bibir Ayana. Tangan Ayana memukuli dada Rian, tetapi lama-kelamaan Ayana hanyut dalam ciuman panas Rian.
Bibir semanis cherry milik Ayana sudah menjadi candu bagi Rian. Tidak bisa Rian melewatkan bibir Ayana. Alhasil, mereka berdua masih tenggelam dalam ciuman itu. Seakan lupa ingatan, Ayana malah ikut membalas ciuman Rian. Tapi, dalam hitungan detik, ciuman itu terlepas ketika Ayana menepuk-nepuk tengkuk Rian. Itu sebagai tanda Ayana sudah seperti ikan yang kehabisan napas.
"Kenapa berhenti?"
"Aku udah kehabisan napas," Ayana menjauhkan wajahnya, menghirup oksigen sekitar.
"Lanjutin lagi, saya masih mau, Ayana."
Suara Rian terdengar bersamaan dengan bibir kurang ajar itu yang hendak kembali mencium Ayana. Tangan Ayana langsung menahan bibir Rian. Kali ini Ayana lebih waspada dengan serangan mendadak Rian.
"Stop! Enggak ada lanjut-lanjut, kamu bikin liptint aku jadi berantakan."
"Kamu pelit sekali, tinggal kamu pakai lagi saja. Tadi itu baru permulaan bagi saya."
Ayana memberikan tatapan speechless kepada Rian. Tatapan itu malah membuat Rian menahan tubuh Ayana untuk tetap berada di dekat lelaki itu. Senyum jahil terbit di bibir Rian, membuat Ayana tahu kalau pasti akan terjadi sesuatu yang mengejutkan lagi. Ayana yang mendadak membeku di tempatnya, bingung untuk bisa melarikan diri.
Masih permulaan tadi katanya? Itu artinya dia masih mau lanjut lagi sampai ke tahap apa? Ya Tuhan, kenapa kaki aku mendadak seperti jelly?
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY SEXY DUDA
RomanceAyana dan Rian terpaksa menikah. Mereka saling membutuhkan satu sama lain. Ayana butuh bantuan Rian untuk mengembalikan eksistensinya sebagai model. Sedangkan, Rian butuh peran Ayana sebagai ibu sambung putranya. Segala tangis, tawa, kebahagiaan, ke...