28. BIBIR SEMANIS COKLAT

29.2K 1.3K 1
                                    

Saat Rian sedang mandi, Ayana memilih membuat susu coklat di dapur. Ayana baru saja selesai membacakan buku dongeng untuk Al. Sekarang anaknya sudah tertidur pulas di kamar. Mungkin Al juga kelelahan, karena anak itu begitu aktif bermain.

"Ay, bantuin aku ngeringin rambut," ucap Rian.

Suara Rian terdengar dari arah ruang tengah. Ayana menghampiri suaminya yang baru saja selesai mandi. Rambut Rian basah, membuat lantai jadi ikut basah. Ayana cuma bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya.

Ayana meletakkan gelasnya ke atas meja. Lalu, Ayana mengambil kain pel untuk membersihkan lantai. Ayana tidak mau ada yang terjatuh, karena banyaknya air di lantai.

"Kamu kebiasaan banget, sih! Dari kamar mandi, harusnya rambutnya udah kamu keringin dulu pakai handuk," Ayana menggerutu.

"Aku malas, Ay. Ada kamu yang ngeringin."

"Enggak selalu aku harus ngeringin rambut kamu juga, Yan. Ntar, kalau pas aku kerja, masa iya kamu ngeringin rambut sendiri aja enggak bisa."

Ayana masih terus mengomel. Tetapi, Ayana membantu mengeringkan rambut Rian. Saat dirasa sudah kering, Ayana meletakkan handuk ke tempat pakaian kotor. Ayana selalu rutin melakukan ini setelah Rian mandi. Suaminya begitu manja saat ada Ayana di rumah.

"Duduk sini, Ay," pinta Rian.

Tepat bersamaan dengan suara Rian, Ayana melangkahkan kakinya menuju ke arah Rian yang duduk di atas karpet berbulu. Ayana duduk di atas pangkuan Rian, sesuai dengan kemauan Rian. Mata Ayana memandang Rian yang menatap lurus ke arah layar televisi.

Untuk beberapa saat Ayana mengamati Rian. Ayana juga mencium aroma harum yang berasal dari tubuh suaminya. Aroma kesegaran Rian begitu mengusik indra penciuman Ayana. Apalagi dengan jarak yang semakin dekat seperti ini, Ayana jadi ingin terus menghirup aroma kulit leher Rian. Bukan hanya menghirup saja, tetapi Ayana juga ingin mengggitnya, seperti yang sering Rian lakukan pada Ayana ketika mereka berada di atas ranjang.

"Kamu wangi, Yan," Ayana meletakkan kepalanya di ceruk leher Rian.

"Kamu juga, Ay."

"Masa sih? Aku belum mandi loh."

Ayana mencium sendiri bau tubuhnya. Ternyata memang Ayana wangi saat ini. Karena parfum yang Ayana pakai, aromanya masih bertahan sampai sekarang.

"Enggak mandi aja udah wangi, apalagi mandi. Bukan wangi lagi kayaknya, tapi makin cantik, Ay," gombal Rian, sambil tersenyum menggoda.

"Ih, gombalan kamu receh banget! Aku enggak mempan digituin."

"Enggak mempan, tapi pipi kamu merah, Ay," goda Rian.

Ayana memang tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang selalu memerah, karena tingkah nakal Rian. Selalu ada saja kelakuan Rian yang membuat Ayana salah tingkah.

"Udah, ah! Jangan godain aku terus! Aku mau minum susu dulu," Ayana berdecak kesal.

Sejujurnya, jantung Ayana berdegup kencang, setelah mendengar gombalan Rian. Ayana merasa kembali seperti gadis remaja yang sedang dimabuk asmara. Padahal umur Ayana sudah tidak muda lagi.

Ayana saat ini turun dari atas pangkuan Rian, lalu mengambil gelas yang tadi perempuan itu letakkan di atas meja.

"Kamu mau?" Ayana menawari Rian yang terus memandangi Ayana.

"Enggak mau, kamu aja, Ay."

"Enak kayak gini, kamu masa enggak mau, sih? Cobain dikit dulu," paksa Ayana yang mendekat ke arah Rian, sambil membawa gelas berisi susu.

Ayana sudah menegak setengah susu coklatnya. Rasanya seperti biasa, selalu saja nikmat. Tetapi, ada yang tidak suka susu coklat. Lebih tepatnya, Rian tidak suka makanan atau minuman yang manis-manis. Laki-laki itu selalu membuatkan susu coklat untuk Al, sebelum Al tertidur. Terkadang Rian juga membuatkan untuk Ayana. Cuma Rian tidak pernah mau mencobanya.

"Manis banget, aku enggak suka," Rian menggelengkan kepalanya.

"Ini enggak aku tambah gula lagi, Yan," ucap Ayana yang kembali duduk di atas pangkuan Rian.

"Ya udah, aku cobain susunya."

Setelah mendengar ucapan Rian, Ayana bergerak untuk memberikan susu coklatnya. Namun, pergerakan Ayana dicegah oleh Rian. Hal itu membuat Ayana menatap bingung ke arah suaminya.

"Mau cobain dari sini aja, Ay," Rian menangkup kedua pipi Ayana.

Bibir Ayana langsung dicium begitu saja oleh Rian, membuat Ayana tersentak kaget. Ayana merasakan bibir Rian yang mulai bergerak di atas bibirnya dengan penuh kelembutan. Mata Ayana masih melotot dengan apa yang Rian lakukan saat ini.

Ayana tidak sanggup berpikir ketika Rian mulai ikut mencicipi sisa susu coklat yang ada di bibir Ayana. Sekujur tubuh Ayana rasanya memanas dan kaku. Ayana belum juga ada niatan membalas ciuman Rian.

"Kiss me, Ay," pinta Rian di sela-sela ciuman panas itu.

Sengaja Rian meminta Ayana, karena Ayana masih tidak kunjung membalas. Ayana baru membalas saat Rian mengusap leher perempuan itu. Sentuhan Rian membuat tubuh Ayana seperti terbakar.

Ayana memejamkan matanya, sambil membalas pergerakan bibir Rian. Alhasil, keduanya sama-sama larut dalam ciuman itu.

Awalnya, Rian hanya ingin mencicipi rasa susu coklat langsung dari bibir Ayana. Tetapi, lama-kelamaan ciuman Rian semakin menjadi-jadi. Terlebih tubuh keduanya sudah saling menempel, membuat hawa panas mulai membakar kulit mereka.

Laki-laki itu baru melepaskan bibirnya dari bibir Ayana, setelah menggigit kecil bibir bagian bawah Ayana. Terlihat Rian yang mampu membuat Ayana malu dengan wajah yang semakin memerah.

"Lebih enak cobain langsung dari bibir kamu, Ay," Rian tersenyum, tanpa dosa.

Wajah tengil Rian begitu menyebalkan, tetapi Ayana suka. Ayana yang malu menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Rian.

"Kamu bikin orang kaget!"

"Tapi, suka kan?" tanya Rian yang melirik ke arah istrinya.

"Iya," jawab lirih Ayana.

Jawaban malu-malu Ayana, membuat Rian tersenyum. Sementara, Ayana masih betah menyembunyikan wajahnya di leher Rian. Ayana membuat gigital kecil yang menimbulkan suara dari Rian.

"Mau lebih?" tanya Rian, ketika berhasil menangkup wajah Ayana untuk ditatap lebih dalam oleh laki-laki itu.

"Mau," jawab lembut Ayana.

Ayana sudah kehilangan akal saat berada di posisi sekarang. Yang perempuan itu mau cuma Rian saat ini. Begitu juga dengan Rian yang sudah tahu maksud dari Ayana.

"Kamu nyaman enggak, kalau di sofa, Ay?" tanya Rian.

"Enggak tahu, dicoba dulu aja."

Usai Ayana menjawab, Rian langsung mengangkat tubuh Ayana. Laki-laki itu membawa Ayana ke atas sofa, tanpa melepaskan Ayana yang mengeratkan kakinya di pinggang Rian. Ayana masih duduk di atas pangkuan Rian seperti tadi.

Tangan Rian mulai melepas pakaian yang Ayana pakai. Ayana hanya membiarkan Rian puas melakukan apa saja. Wajah Rian terus menatap ke arah Ayana, membuat perempuan itu semakin malu. Ayana belum pernah memimpin masalah ini.

"Berhenti dulu, Yan!"

"Kenapa, Ay? Mau pindah ke kamar aja?" tanya Rian.

"Bukan itu, sih. Aku cuma enggak mau posisi ini, masih malu," Ayana menutupi wajahnya dengan tangan.

Berkali-kali melakukan, Ayana tetap saja malu-malu. Itu yang membuat Rian begitu tersanjung saat pipi Ayana memerah. Ayana jadi lebih menggemaskan di mata Rian.

"Muka kamu enggak usah ditutupin pakai tangan, Ay. Aku malah suka lihat kamu malu-malu gini," Rian kembali menggoda dengan senyum menyebalkan.

CRAZY SEXY DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang