Rian menguap lebar sambil berjalan ke arah Davin. Sesuai dengan pesanan Rian, Davin membawa apa yang laki-laki itu mau. Rian jadi bisa segera memasak malam ini. Tidak hanya Rian saja, karena Davin juga akan ikut menghabiskan malam dengan memasak bubur manado yang keduanya sama-sama tidak tahu cara membuatnya. Tapi, Rian sudah mencari dari berbagai resep yang ada di internet. Tinggal melakukannya saja sesuai dengan arahan yang ada.
Dengan ekspresi bingung, Rian mengeluarkan semua bahan-bahan yang ada di kulkas. Sementara, Davin memakan cemilan sambil duduk di depan meja makan. Rasanya kehadiran Davin tidak terlalu membantu.
"Enggak bisa besok aja masaknya? Gue mau balik lagi ke sana," ucap Davin.
"Ayana ngidamnya sekarang, bukan besok. Lo tadi udah setuju mau bantuin gue, tapi kenapa kerjaan lo malah nyomotin cemilan gue?"
"Oh, iya, ya. Gue dapat traktir makan gratis sebulan. Sehari makan tiga kali."
"Enak aja tiga kali gue yang bayarin semua! Sekali doang, enggak pakai nego."
"Wah, lo ngibulin gue, nih. Giliran gue udah ke sini, berubah lagi lo," geram Davin.
"Lo mau apa enggak?"
"Ya udah deh, karena lo maksa."
"Alah gaya-gayaan lo nolak, Vin. Lagian, lo udah jadi dokter masih aja nerima traktiran dari gue."
"Lumayan, uang makan gue bisa buat yang lain. Lo tahulah apa?" Davin tersenyum menyebalkan.
Rian tak lagi menanggapi. Kebiasaan Davin yang suka membuang-buang uang di kelab malam dengan minuman-minuman memabukkan itu sudah bukan hal yang aneh. Tanpa harus bertanya, Rian juga sudah tahu penyakit dokter yang satu ini susah untuk dihilangkan.
"Eh Yan, nikah enak enggak?" tanya Davin.
"Enak, tiap malam enggak usah nyari teman tidur lagi."
"Lo kan udah nikah dua kali, apa bedanya sama yang ini?"
"Beda orang, beda karakter. Enggak bisa gue pukul rata, pernikahan gue sama Tasya sama kayak saat ini."
"Perasaan sama-sama aja, muka bini lo juga mirip-mirip gitu. Lo pinter nyarinya yang mirip."
"Lo ngomong sekali lagi, pisau gue melayang," ancam Rian, sambil melotot ke arah Davin.
Saat mendengar ucapan Davin, Rian langsung kesal. Rian takut Ayana mendengar obrolannya dengan Davin. Perempuan itu sedang sensitif sekali. Bisa menjadi peperangan yang besar, kalau sampai Ayana dengar. Karena sejauh yang Rian tahu, Ayana tidak mau mendengar apapun tentang Tasya.
Bagi Ayana, kehidupan Rian sekarang bersama perempuan itu. Seharusnya, Rian tidak lagi mengingat-ingat Tasya. Meski, rasanya itu tidak mungkin. Rian begitu mencintai Tasya. Tetapi, Rian juga sadar bahwa laki-laki itu juga mencintai Ayana.
"Jangan main-main sama begituan! Ngeri gue," balas Davin.
"Makanya, lo diam," geram Rian.
"Iya, iya, gue diam. Ini ubi mau diapain?"
"Lo potong-potong aja, kayak labu gue," Rian memperlihatkan potongan labunya.
Selesai memotong labu kuning, Rian merebusnya hingga menjadi seperti bubur. Rian memasukkan labu kuning ke dalam beras yang sudah dimasak setengah matang. Tidak lupa jagung manis dan wortel juga ikut dimasukkan.
Selagi menunggu masakannya menjadi seperti bubur, Rian mulai membuat bumbu halus dan menumisnya. Sedangkan, Davin yang tadi mengangguk, entah saat ini sedang melakukan apa. Karena Rian fokus pada kegiatannya sendiri, agar masakan ini cepat selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY SEXY DUDA
RomanceAyana dan Rian terpaksa menikah. Mereka saling membutuhkan satu sama lain. Ayana butuh bantuan Rian untuk mengembalikan eksistensinya sebagai model. Sedangkan, Rian butuh peran Ayana sebagai ibu sambung putranya. Segala tangis, tawa, kebahagiaan, ke...