33. CEMBURU TANDA SAYANG

24.6K 1.3K 4
                                    

Rian melihat Ayana yang menyusulnya ke sofa. Perbincangan masalah tadi memang belum juga selesai. Rian masih ingin Ayana membatalkan kontrak kerja sama dengan Rey. Tetapi, Ayana jelas langsung menolak dengan alasan denda yang terlalu besar.

Padahal Rian tidak mempermasalahkan soal uang. Rian mampu membayarnya, asalkan laki-laki itu jauh-jauh dari kehidupan Ayana. Karena Rian sudah tidak bisa menerima perlakuan Rey yang berani menyentuh Ayana.

"Yan, profesionalitas aku juga akan dipertanyakan, kalau aku membatalkan kontrak kerja itu. Lagian, syuting iklan udah mulai berjalan. Tinggal dua hari lagi," jelas Ayana.

"Dua hari kamu bilang? Dalam dua hari, aku enggak tahu apa yang bakalan dia lakuin ke kamu. Segala kemungkinan buruk bisa aja terjadi, Ay. Dia tadi aja udah berani nahan tangan kamu."

"Tapi, aku tetap enggak bisa batalin kontrak kerjanya," Ayana masih mengotot.

"Oh, oke. Terserah kamu, Ay."

Rian menghembuskan napas kasar. Laki-laki itu terdiam beberapa saat. Rasanya percuma saja berbicara panjang lebar, jika Ayana tetap tidak mau menurut. Rian memilih mengabaikan Ayana. Meskipun, ucapan Ayana patut untuk Rian pertimbangkan.

Dalam dunia kerja, profesionalitas sangat diperlukan. Mungkin apabila Rian berada di posisi Ayana, Rian juga akan melakukan hal yang sama. Tetapi, entah kenapa Rian masih tidak bisa terima istrinya ada satu pekerjaan dengan seseorang yang jelas sekali ingin mendapatkan Ayana kembali.

"Yan, maaf...."

"Sebenarnya, kamu sama dia itu dulunya sedekat apa?" tanya Rian dengan nada marah.

Sepertinya emosi Rian mulai tidak terkontrol, saat mengetahui ada laki-laki lain yang menyukai Ayana. Bahkan dari raut wajah Rian terlihat begitu khawatir, istrinya akan diambil kembali oleh aktor ternama itu.

Rian cukup percaya diri memiliki wajah yang tampan. Tetapi, tidak menutup kemungkinan juga Ayana kembali dengan Rey, apabila mereka sering bertemu. Selain itu Rian juga takut Rey berbuat yang macam-macam pada Ayana. Sejak pertama kali bertemu Rey, Rian sudah memiliki feeling yang buruk pada laki-laki itu.

"Dia pernah nembak aku, waktu kita sering dapat kerjaan bareng. Tapi, aku tolak dia," ucap Ayana.

"Kenapa kamu tolak?"

"Karena aku enggak suka sama dia. Rey itu terlalu ngatur dan ribet. Belum lagi, banyak yang bilang dia playboy."

"Tha's it?"

"Iya, cuma itu aja alasannya."

Rian menatap Ayana sejenak. Seakan tidak percaya hanya itu alasan Ayana menolak Rey. Apalagi Ayana bukan tipe orang yang mudah percaya begitu saja pada ucapan orang lain. Kecuali kalau Ayana membuktikan sendiri, mungkin Rian percaca Ayana akan langsung mengambil keputusan itu.

"Aku tahu masih ada yang kamu tutupi dari aku. Mau sampai kapan kamu sembunyiin masa lalu kamu? Memangnya aku enggak berhak tahu?" tanya Rian.

"Ehmm, aku bingung kasih tahunya ke kamu. Masih ada satu alasan lagi yang aku enggak pernah ceritain ke siapapun," Ayana mulai ragu.

"Cerita sama aku, Ay. Kalau ada masalah apapun, kamu harus bilang sama aku," desak Rian.

Tampaknya Ayana masih belum mau bercerita, membuat Rian penasaran. Ini mungkin rahasia besar yang Ayana simpan sendirian. Rian merasa tidak mengenal Ayana, karena tidak tahu betul masa lalu perempuan itu.

"Ay?" panggil Rian.

"Dia pernah ngehamilin Andin, Yan. Dia juga yang minta Andin buat gugurin kandungannya."

Rian syok mendengar ucapan Ayana selanjutnya. Ternyata Ayana diam, karena mengumpulkan keberanian untuk mengatakan soal keburukan Rey yang melibatkan Andin. Rian tahu Andin itu sahabat dekat sekaligus manager Ayana.

"Kamu serius?"

"Aku serius. Semua media enggak ada yang tahu masa lalu kelam Rey."

"Terus, kamu tahu dari mana, Ay?"

"Aku tahu dari salah satu artis. Dulu sebelum jadi manager aku, Andin sempat kerja jadi manager artis itu. Sekarang, dia udah nikah sama bule, terus tinggal di luar negeri."

"Mana aku lihat orangnya, Ay?"

Tepat saat Rian penasaran siapa orang yang Ayana maksud, Ayana langsung menunjukkan foto seorang wanita yang ada di ponsel Ayana. Bahkan Ayana menyembunyikan foto itu di bagian paling bawah, supaya tidak ada yang tahu.

"Kamu yakin dia enggak bohong sama kamu? Kalau sampai ini beneran, berarti Rey memang brengsek."

"Aku pernah nemuin obat penggugur kandungan di laci kamar Andin, waktu aku nginep di apartemennya. Obat itu udah kadaluarsa, tapi masih Andin simpan," Ayana menatap Rian, setelah menyingkirkan ponsel.

"Kamu enggak coba tanya ke Andin soal ini?"

"Aku enggak berani, Yan."

"Kenapa?" Rian masih penasaran.

"Kayaknya Andin bakalan malu sama aku. Setiap ketemu Rey, aku bisa lihat Andin yang sikapnya aneh, tapi dia coba sembunyiin itu dari aku," ucap Ayana.

"Bagi aku, sekarang ini yang penting aku tahu semua keburukan dia. Itu udah cukup jadi pelajaran buat aku. Aku enggak mau sampai terjerumus sama rayuannya. Walaupun, semua media bilang kita pernah pacaran, tetapi aku berani pastiin enggak ada hubungan sama dia.  Aku enggak mungkin mau terima dia jadi pacar aku, apalagi suami aku," lanjut Ayana.

Usai Ayana menjelaskan panjang lebar rahasia yang selama ini perempuan itu simpan sendirian, Rian malah tiba-tiba terdiam. Sampai Ayana harus mengusap lengan Rian untuk menyadarkan lamunan Rian.

"Yan, kamu kenapa? Aku salah ngomong ya?" tanya Ayana.

"Enggak, aku enggak apa-apa. Aku masih kaget aja."

"Oh, aku kirain kenapa," balas Ayana.

Setelah perkataan Ayana, saat ini yang terlihat keduanya saling diam. Tidak ada lagi yang membuka obrolan. Hingga Rian memilih untuk kembali menanyakan sesuatu pada Ayana.

"Ay, kalau aku suruh kamu jauh-jauh dari dia, kamu nurut ya? Aku enggak mau kamu kenapa-kenapa," ucap Rian.

Rian menatap Ayana begitu dalam, membuat Ayana yang ditatap hanya mampu terdiam. Tetapi setelahnya, Rian merasa lega, karena Ayana tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Iya, aku enggak bakalan dekat-dekat sama dia lagi. Tapi, kasih aku waktu dua hari buat selesain syuting iklan ini. Setelah itu aku janji enggak bakalan terima tawaran kerja yang bareng sama dia lagi."

"Oke, asalkan kamu bisa jaga diri."

"Makasih," Ayana tersenyum.

Tangan Ayana memegang lengan Rian. Kali ini Rian tidak menjauh atau menampilkan wajah dingin seperti tadi. Itu membuat Ayana memiliki kesimpulam tersendiri.

"Kamu udah enggak marah?" tanya Ayana.

"Enggak, kenapa?"

"Berarti tidur di kamar aja ya, jangan di sofa. Aku takut tidur sendirian."

"Takut tidur sendirian atau enggak enak, karena enggak ada yang bisa dipeluk?" goda Rian yang mulai kembali jahil. Rian berhasil membuat pipi Ayana bersemu merah.

"Malas ah, udah mulai ngeledekin! Aku mau tidur duluan," Ayana beranjak dari situ untuk menutupi rasa malu.

Rian yang melihat Ayana berjalan meninggalkan sofa, ikut beranjak dari sana. Mata Rian terus mengamati punggung Ayana. Sampai Rian memiliki ide yang membuat Ayana syok.

"Rian!" teriak Ayana saat tubuh ramping itu tiba-tiba terbang di udara.

Tanpa rasa bersalah telah membuat istrinya berteriak, Rian saat ini malah tersenyum. Rian membawa Ayana ke dalam kamar. Beruntungnya Al tidak terbangun, karena ulah nakal Rian. Ternyata mendiamkan Ayana dan bersikap dingin, membuat Rian tidak betah. Sepertinya Rian memang mulai merasakan perasaannya yang tumbuh semakin besar pada Ayana. Mungkin Ayana bisa menggeser posisi Tasya di hati Rian.

CRAZY SEXY DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang