74. LUKA LAMA

12.8K 776 2
                                    

Rian tertawa saat mendengar cerita Ayana soal Clara. Otak Clara sepertinya memang bermasalah. Bisa-bisanya Clara menuduh yang bukan-bukan, bahkan menjelekkan nama Rian. Beruntungnya Rian memiliki istri yang tidak mudah percaya begitu saja. Meski, ujung-ujungnya Ayana tetap penasaran dengan yang sebenarnya terjadi.

"Jadi, cerita yang benernya gimana? Kamu udah janji mau jelasin, Yan," desak Ayana.

"Hmm... aku baru selesai makan, Ay. Enggak bisa cerita, nanti aja ya," ucap Rian, seolah tidak sadar istrinya begitu penasaran.

Rian sengaja menunda-nunda, membuat Ayana kesal. Tampak wajah Ayana yang sudah memerah. Sebentar lagi, akan ada macan yang mengamuk malam-malam. Apalagi Ayana sudah memberikan tatapan tajam, seolah tatapan itu dapat menusuk Rian.

"Rian!" Ayana memukul bahu Rian.

Sontak Rian kembali tertawa. Kali ini tawa Rian sangat keras. Rian tampak lepas sekali tertawa, membuat Ayana mengulum senyum. Meski, Ayana masih kesal karena merasa dipermainkan oleh Rian sejak tadi. Tetapi, Ayana senang melihat Rian yang tampak bahagia. Padahal akhir-akhir ini Ayana kerap melihat Rian stress akibat pekerjaan. Namun, ekspresi dan tingkah Ayana saja bisa membuat stress Rian teralihkan. Penat Rian setelah bekerja seharian juga hilang. Memang sumber utama kebahagian itu keluarga. Rian rasa semuanya terasa lengkap saat ada Ayana dan Al.

Berbicara soal Al, anak itu sudah tidur. Setelah makan malam sampai kenyang, Al pulas sekali tertidur. Hal itu membuat Ayana dan Rian ada waktu berbincang berdua. Rian saat ini kembali menatap mata Ayana, setelah Ayana sempat membuang muka.

"Apaan Ay?"

"Kasih tahu sekarang, jangan bikin makin penasaran," Ayana mendengus kesal.

"Oke, aku kasih tahu kamu. Mau mulai dari mana?"

"Rian kelamaan! Dari mana aja terserah," Ayana melipat kedua tangan di depan dada.

Bibir yang cemberut ditambah pipi chubby Ayana, membuat Rian gemas. Rian mengulurkan tangannya, lalu mengusap lembut pipi Ayana dengan ibu jari. Sentuhan kecil itu mampu meredakan sedikit kekesalan Ayana.

"Aku jelasin mulai dari omongan dia yang paling ngawur. Dia bilang aku pernah tidur sama dia, padahal itu jelas banget bohong, Ay. Kenal Clara aja, sebenarnya enggak, Ay."

"Kalau enggak kenal, kenapa bisa dia ngarang cerita sampai kayak gitu?"

Belum selesai Rian berbicara, Ayana sudah lebih dulu memotong. Perempuan itu membuat Rian menghela napas. Tetapi, Rian tidak marah pada Ayana. Rian masih mau melanjutkan penjelasannya soal Clara. Semua yang diberi tahu Davin harus Ayana ketahui. Rian tidak mau dianggap laki-laki tidak benar, karena tidur bersama perempuan lain.

"Aku belum selesai jelasin, sayang," ucap lembut Rian.

"Maaf, Yan. Ya udah lanjut lagi, habisnya aku penasaran banget. Emosi juga denger kalimat Clara tadi."

"Iya, enggak apa-apa. Mulai lagi ya?" Rian mengecup pipi Ayana, membuat istrinya tersenyum tipis sambil menganggukkan kepala.

"Iya," jawab Ayana.

Awalnya, Rian pikir Ayana tidak tersulut emosi dengan Clara. Namun, Ayana ternyata meledak-ledak juga saat mendengarkan omong kosong Clara. Berhubung Rian tidak tega mengulur waktu terus menerus, Rian kembali membuka suara, melanjutkan ucapannya yang sempat tertunda.

"Sebenarnya, semua ini cuma salah paham. Dulu waktu aku masih suka ke kelab, Davin sempat kenalin aku sama Clara. Cuma ketemu sekali itu aja, jadi aku sekarang udah enggak terlalu ingat. Lagian, aku sama dia cuma mabuk bareng aja. Aku pergi dari kelab, enggak ada yang namanya kita tidur bareng."

"Terus?" tanya Ayana.

"Yah, dia sama Davin, Ay. Kamu tahulah kelanjutannya kayak gimana. Intinya bukan aku yang ambil keperawanan dia," jelas Rian.

"Maksud kamu yang ngelakuin itu Davin? Terus mereka sekarang pacaran?" Ayana mengernyitkan dahi.

"Iya, semua ulah Davin. Clara mabuk, dia pikir aku yang ngelakuin dan Davin juga enggak jelasin itu dari awal. Sebelum dia mabuk, aku yang nemenin. Mungkin dia jadi nuduhnya aku. Kalau soal mereka pacaran atau enggak, bukan urusan kita, Ay. Suka-suka Davin mau bilang apa. Yang paling penting kamu percaya kan sama aku?"

"Dari awal dia ngomong yang aneh-aneh, aku cuma kaget aja, Yan. Aku percaya sama kamu," Ayana tersenyum tipis.

Perempuan itu cukup lega mendengar penjelasan Rian. Tidak ada kecurigaan dalam diri Ayana sejak awal. Namun, penjelasan dari Rian semakin meyakinkan Ayana. Rian juga senang ketika melihat Ayana tersenyum, setelah emosi dengan sekretarisnya yang gila itu. Tapi, perlu diingat kembali, Rian sudah memecat Clara. Rian tarik lagi kata sekretaris yang ditujukan untuk Clara.

“Aku sempat panik kamu enggak percaya, Ay. Atau kabur lagi dari rumah kayak waktu itu. Sepanjang perjalanan, aku di mobil udah emosi sama Davin.”

“Kamu marahin dia?”

“Ya, iyalah. Mau gimana lagi? Dia emang salah dari awal.”

“Semua binatang yang ada di kebun binatang pasti keluar dari mulut kamu,” tebak Ayana.

Rian langsung menyengir. Umpatan seperti itu sudah menjadi sesuatu yang wajar. Tetapi hanya berlaku saat bersama dengan sahabatnya saja. Ketika bersama Ayana atau Al, Rian bisa seharin mendapatkan omelan jika ketahuan mengumpat.

“Lain kali enggak usah gitu. Ini beda masalahnya, Yan. Waktu dulu aku kabur ke villa, itu karena memang ada bukti yang nunjukkin kalau kamu salah dan kamu ulang berkali-kali. Jadi, ya gitulah,” Ayana mendekat ke arah Rian.

Rian tersenyum tipis. “Iya, aku ngerti. Yang penting udah enggak gitu lagi. Kepercayaan kamu ke aku udah utuh lagi berarti?”

“Udah, semenjak kita baikan waktu itu. Tapi, kalau kamu gitu lagi, ya udah.”

“Ya udah, apa?”

“Udah selesai, mau gimana lagi?”

“Enggak akan Ay, kan udah janji sama kamu. Soal Clara juga aku jujur jelasin, enggak ada yang aku tutup-tutupin lagi kayak dulu,” Rian merangkul tubuh Ayana.

“Iya, emang harusnya gitu.”

Tangan Rian mengusap lembut rambut Ayana. Bahkan Rian menghirup aroma rambut Ayana yang wangi.

Untuk beberapa saat Rian melakukan itu. Sampai Rian menemukan ada yang berbeda pada bagian kepala Ayana. Sebuah jahitan bekas operasi terlihat di kepala Ayana, lumayan dekat dengan kening Ayana. Tetapi, sepertinya selama ini bekas jahitan itu tidak terlihat, karena tertutupi oleh rambut Ayana.

Saat Rian mengamatinya dengan serius, Rian bisa melijat jelas bekas jahitan yang sepertinya bukan jahitan lama. Tetapi, Rian juga tidak tahu dugaannya ini benar atau salah. Rian saja baru sadar ada bekas jahitan itu di kepala istrinya. Benar-benar Rian kurang memerhatikan hal yang terlihat kecil seperti ini.

“Ay, kepala kamu pernah luka? Ini ada bekas jahitan,” Rian memegang bagian yang membuat laki-laki itu penasaran.

“Oh itu, luka waktu aku masih kecil. Jadi, kata bunda dulu aku jatuh dari sepeda, sampai kepala aku luka terus dijahit.”

“Bukan luka baru?” tanya Rian memastikan.

“Bukan, Yan. Itu udah lama kok. Kalau enggak percaya, tanya bunda aja,” jawab Ayana sambil bersantai dengan bersandar di dada Rian.

“Aku kirain luka baru, Ay,” balas Rian.

CRAZY SEXY DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang