13. MARAHNYA RIAN

37.2K 1.6K 4
                                    

Ayana langsung menutup telinganya dengan tangan ketika Rian terus saja protes. Laki-laki itu tidak setuju dengan rencana Ayana yang akan melakukan photoshoot. Ayana pikir karena menikah secara mendadak dengan Rian mengakibatkan tidak adanya foto pre wedding yang bisa gadis itu pamerkan di sosial media. Maka, Ayana berniat melakukannya sekarang saja, selagi masih berada di Bali.

"Ayana! Kamu dengar enggak saya ngomong barusan?" tanya Rian.

"Iya, aku dengerin kamu ngomong. Tapi, kamu juga harus dengar ya Rian, aku enggak mau batalin photoshoot ini."

"Saya enggak ngerti lagi sama kamu. Sudah berapa kali saya bilang, tidak usah pakai acara foto-foto, apalagi sampai kamu posting. Banyak orang yang melihat dan saya kurang nyaman, Ayana."

"Kamu tuh ya! Aku juga udah pernah bilang ini konsekuensi nikah sama aku."

Bisa dilihat jelas oleh mata Ayana, suaminya yang menyebalkan itu sedang menahan amarah yang akan meledak. Karena di tempat ini masih banyak orang, jadi Rian tidak mungkin berani marah-marah yang terlalu berlebihan. Ayana yang menabuh genderang perang lebih dulu merasa aman saat Rian berhenti mengomel.

"Udah, ayok cepetan, Rian! Nanti, makin lama selesainya, kamu mau?"

"Kamu memang benar-benar menyebalkan! Harusnya kamu bilang dulu dari awal sama saya soal photoshoot ini."

"Kalau bilang dari awal, pasti kamu lebih banyak enggak setujunya. Nanti, aku malah makin pusing. Udah ah, nanti ributnya kita lanjut aja di villa."

Ayana berbalik dan berjalan lebih dulu meninggalkan Rian. Sembari memegangi gaunnya yang panjang, suara langkah kaki Rian yang mengikuti mulai terdengar. Hal itu membuat Ayana merasa lega.

Saat aroma tubuh Rian mulai tercium, Ayana tahu Rian semakin mendekat. Ayana juga dapat merasakan tangannya ada yang menggandeng. Siapa lagi jika bukan Rian yang sudah menyeimbangi langkah kaki Ayana. Perlakuan Rian membuat pipi Ayana memanas. Padahal Ayana tahu Rian akan bersikap romantis jika di depan banyak orang seperti sekarang. Tapi, entah kenapa sejak tadi pagi Ayana tidak bisa menahan sesuatu aneh di dadanya.

"Ingatkan saya untuk melanjutkan pertengkaran kita di ranjang," bisik Rian.

"WHAT?" pekik Ayana.

"Kenapa? Ada yang salah?"

Ayana melotot kaget saat mendengar ucapan Rian. Langkah kaki Ayana juga terhenti, karena Ayana tidak suka dengan pernyataan Rian. Emosi Ayana sudah tidak bisa ditahan lagi. Ayana takut akan terjadi kesalahan untuk kesekian kalinya akibat pemikiran mesum Rian. Gadis itu buru-buru menjelaskannya.

"Aku bilang di villa, bukan di ranjang. Jangan aneh-aneh, deh!"

"Menurut saya itu sama saja, Ayana."

"Enggak, kamu pasti mikirnya lain. Berantem yang aku maksud, bukan yang ada di otak mesum kamu."

"Tapi, saya pahamnya itu Ayana. Jadi, kamu siap-siap saja nanti malam."

"Oh iya, saya tadi enggak sengaja lihat pakaian dalam kamu di koper. Itu ukurannya apa? B, D, E, atau..."

"Shut up!" Ayana dengan cepat menyumpal mulut Rian dengan tangannya.

"Mulut kamu memang benar-benar ya! Aku pokoknya enggak dengar kamu barusan ngomong apa. Udah minggir, mending aku jalan duluan!"

Mendengar Rian yang membahas soal ukuran pakaian dalam Ayana, membuat Ayana langsung membungkam mulut Rian. Ayana malu jika ada orang lain yang mendengar ucapan si tengil itu. Rasanya Ayana ingin menutup mulut Rian dengan high heels-nya, agar Rian tidak berbicara yang aneh-aneh di tempat umum seperti ini. Ayana juga kesal karena Rian saat ini malah melemparkan senyum menyebalkan, seolah-olah tidak berdosa telah membuat istrinya geram.

Ayana yang terlalu kesal, memilih meninggalkan Rian. Dengan wajah jengkel Ayana berjalan terburu-buru, tanpa memperhatikan jalan. Alhasil, Ayana jatuh tersungkur di jalan membuat Rian berlari mendekati gadis itu.

"Aww sakit..!!"

Sambil memegangi kakinya, Ayana meringis kesakitan. Bahkan rasa sakitnya jauh lebih parah dibandingkan saat pertama kali Ayana bertemu Al dan kakinya tergilir. Saat itu Ayana masih bisa berusaha untuk berdiri. Namun, untuk saat ini kaki Ayana digerakkan saja sudah sakit sekali. Ayana ingin menangis, tetapi malu karena di tempat ini masih banyak orang dan juga ada fotografer yang menunggu.

"Ayana, kamu enggak apa-apa?" tanya Rian yang panik.

"Enggak usah pakai ditanya lagi! Sakit banget kaki aku, gara-gara kamu!"

Masih mempertahankan emosinya, Ayana menatap tidak suka Rian yang hendak membantu. Meskipun, ditatap seperti itu oleh Ayana, Rian yang biasanya menjawab tak kalah pedasnya saat ini cuma terdiam. Terlihat sekali bahwa Rian panik saat Ayana jatuh. Laki-laki itu menatap lurus ke arah kaki Ayana yang tergelintir.

"Bagian ini yang sakit?" Rian menyentuh kaki Ayana, membuat Ayana kembali menjerit.

"Sakit, Rian! Jangan kamu tekan bagian yang itu!"

"Lagian, kamu udah tahu pakai dress panjang, belum lagi kamu pakai high heels kayak gini. Masih bisa-bisanya jalan cepat kayak tadi. Kalau kayak gini, kita balik aja ke villa. Enggak ada photoshoot, foto pre wedding, atau apalah itu, saya enggak ngerti."

Usai Ayana mendengar omelan panjang Rian, Ayana cuma bisa menurut saat suaminya mau menggendong tubuh Ayana. Kejadian ini membuat Ayana takut. Sebagai model, kaki Ayana diperlukan sekali. Tetapi, sudah dua kali Ayana tergilir dan kali ini lebih parah dari sebelumnya. Sepertinya Ayana harus lebih hati-hati lagi. Walaupun, Ayana menganggap semua ini salah Rian, karena membuat Ayana emosi, sampai tidak melihat ke arah jalan.

Ayana merasakan Rian yang mulai mengangkat tubuh ramping itu dengan hati-hati, tapi tiba-tiba ada yang menghentikan pergerakan Rian. Seorang fotografer yang memang sudah Ayana sewa, berjalan menghampiri Rian.

"Maaf mas, photoshoot ini bisa kita lanjutin enggak?" tanya laki-laki itu membuat ekspresi Rian berubah marah.

"Kamu enggak lihat, kaki istri saya sakit begini?" bentak Rian.

"Tapi, sesuai dengan jadwal, photoshoot dilakukan sekarang mas. Kalau ditunda lagi, saya enggak tahu-" ucap fotografer itu lagi yang dipotong cepat oleh Rian.

"Saya batalkan sekarang, bukan saya tunda. Tenang saja, saya tetap bayar kalian semua. Hubungi nomor asisten saya yang ada di situ," Rian memberikan kartu nama pada laki-laki itu.

Setelah Ayana melihat kemarahan Rian yang ternyata menakutkan, Ayana saat ini kembali merasakan Rian yang mengangkat tubuh Ayana dan membawa ke mobil. Ayana baru pertama kali mendengar bentakan Rian yang sekeras tadi. Selama berhari-hari tinggal bersama Rian, Ayana belum pernah melihat Rian semarah tadi.

Memang situasi dan kondisinya kurang tepat jika fotografer tadi masih menanyakan soal photoshoot. Lagi pula, Ayana juga sudah membayar setengahnya. Pembayaran setengahnya lagi akan dilakukan setelah photoshoot selesai, sesuai dengan ketentuan dari mereka. Ayana yang masih merasakan sakit juga lumayan kaget dengan ucapan fotografer itu. Tetapi, saat ini masalah sudah selesai. Ayana sedang perjalanan kembali ke villa bersama Rian.

CRAZY SEXY DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang