44. GODAAN BERAT

21.6K 1.1K 7
                                    

Sambil bersandar di dada Rian setelah menyudahi makannya, Ayana menerima panggilan dari Andin. Sementara, Rian menempelkan wajahnya di bahu Ayana. Sepertinya Rian juga ingin mendengarkan apa yang dibicarakan Andin.

Laki-laki itu masih tidak suka dengan sikap Andin yang egois dan memaksa Ayana untuk bungkam. Padahal semakin ke sini, Rey membuat banyak pernyataan yang tidak sesuai dengan kenyataan aslinya.

"Halo?" ucap Ayana.

"Halo, Ay. Gue ganggu lo enggak?"

"Enggak, Ndin. Kenapa?"

"Gue barusan lihat berita tentang lo, Ay. Lo udah lihat beritanya?"

"Udah, barusan."

"Gue minta maaf ya, Ay," balas Andin dengan nada bersalah.

Ayana mengernyitkan dahinya. Pengakuan Rey tidak ada hubungannya dengan Andin. Seharusnya, Andin tidak perlu meminta maaf. Meski, Andin memang harusnya ikut menjadi salah satu saksi dalam masalah ini.

"Kenapa lo minta maaf sama gue?" Ayana bingung.

"Karena gue egois, Ay. Gue cuma mikirin diri gue sendiri, padahal lo berkorban banyak buat nutupin aib gue."

"Enggak apa-apa, Ndin. Masalahnya juga lagi diproses sama polisi. Semua Rian sama pengacaranya yang urus."

Setelah Ayana memberikan jawaban, Andin malah terdiam. Entah apa yang ada di isi kepala Andin saat ini. Yang pasti Ayana memang tidak marah dengan perempuan itu. Ayana tidak mau memaksa Andin untuk terlibat, jika Andin memang tidak mau.

"Ay!"

Tiba-tiba terdengar suara Andin kembali. Ayana pikir sahabatnya sudah mengakhiri panggilan lebih dulu. Tetapi, ternyata Andin masih ingin bicara.

"Gue mau ikut terlibat dalam masalah ini. Sekarang atau nanti, rahasia gue bakalan kebongkar. Jadi, gue rasa enggak ada bedanya."

"Hah? Lo serius?"

"Gue serius, Ay. Enggak karena terpaksa, gue ngelakuin ini. Gue juga mau kasih pelajaran buat Rey. Dia benar-benar udah keterlaluan," balas Andin.

Nada bicara Andin terdengar begitu emosi. Mungkin Andin juga membaca komentar orang-orang yang mengatakan bahwa Ayana itu wanita murahan. Gosip seperti itu yang membuat Ayana menangis. Ayana yang menjadi korban, justru dihujat karena pengakuan palsu Rey.

Ayana yang masih syok di tempatnya, menatap ke arah Rian. Bukan hanya Ayana saja yang kaget dengan keinginan Andin, tetapi Rian juga merasakan hal yang sama.

"Lo enggak lagi mabuk kan?"

"Enggaklah, memangnya gue kedengeran lagi mabuk?"

"Iya, habisnya lo aneh. Kemarin, lo bilang enggak mau, sekarang tiba-tiba mau ikut terlibat. Gue harus percaya yang mana?"

"Oh, waktu kemarin gue minta lo jangan laporin Rey itu, karena malamnya gue ketemu Rey. Dia datang ke apartemen gue, terus mohon-mohon gitu. Gue enggak sadar aja terpengaruh sama mulut manisnya. Ya, lo tahulah, buaya mana bisa dilawan?"

"Jadi, lo bohongin gue? Lo bilang takut aib lo kebongkar," Ayana tersentak.

"Kayaknya, nyokap gue udah tahu, Ay. Cuma dia pura-pura enggak tahu aja. Sebenarnya, enggak ada masalah kalau aib gue kebongkar. Gue bukan artis, bukan juga model kayak lo."

"Ih, lo parah banget! Gara-gara lo, gue berantem terus sama Rian," teriak Ayana yang menggeruru kesal.

Tingkah Ayana yang tadi menangis, terus berubah menjadi kesal karena Andin, membuat Rian tertawa kecil. Laki-laki itu tidak habis pikir dengan mood Ayana yang bisa berubah dengan sangat cepat.

Selain itu Andin memang pantas menerima kekesalan Ayana. Ternyata Andin cuma terpengaruh ucapan Rey. Hal itu berdampak pada rumah tangga Rian dan Ayana. Bahkan Rian sampai pernah berpikir mau menjauhkan Ayana dari Andin.

"Iya, gue tahu salah. Gue minta maaf, Ay. Enggak lagi-lagi deh, gue begitu," Andin tertawa kecil.

"Ya udah, gue maafin. Lo nanti urus aja sama pengacaranya Rian," nada suara Ayana mulai merendah.

"Gue nanti ngomong sama si Panu."

"PANU?"

"Itu nama pengacaranya Rian kan?" Andin balik bertanya.

"Astaga, Ndin. Wisnu namanya, bego!" umpat Ayana yang semakin kesal.

Ayana mendengar tawa kencang Andin. Ada saja tingkah sahabatnya itu yang menyulut emosi. Wajah Ayana sampai memerah karena kesal. Setelah masalahnya semakin besar, baru Andin sadar dengan keegoisannya. Perempuan itu memang benar-benar menyebalkan. Tawa Andin membuat Ayana mematikan telepon lebih dulu.

"Ay, kamu enggak boleh ngomong kasar kayak tadi. Anak kita bisa dengerin," ucap Rian.

"Tadi, kamu juga sama, Yan."

"Aku kelepasan, Ay."

"Aku juga," jawab Ayana yang tidak mau kalah.

"Memang kamu paling jago ngebantah aku," Rian mengecup kening Ayana, sambil tersenyum.

Satu masalah selesai, tinggal menunggu proses dari kepolisian dan keterangan Andin sebagai tambahan. Setelah itu Ayana bisa terbebas dari semua berita buruk yang menyangkut namanya. Ayana yakin kali ini Andin tidak sedang bercanda. Perempuan itu pernah kuliah di fakultas hukum. Jadi, Andin pastinya tahu kalau hukum bukan untuk main-main saja.

"Yan?"

"Apa? Mau lanjut makan lagi? Katanya kamu udah kenyang."

"Aku memang udah kenyang. Tapi...."

Ayana sengaja menggantung ucapannya, membuat Rian memberikan tatapan bingung. Saat wajah Rian terlihat begitu lucu, Ayana langsung membalikkan badan. Ayana dengan kesadaran penuh naik ke atas pangkuan Rian.

Meski, Ayana sedang stress karena komentar buruk orang-orang, tetapi Ayana entah kenapa tiba-tiba ingin menggoda suaminya. Apa yang dikatakan Rara memang benar adanya jikalau ibu hamil jauh lebih sensitif. Fluktuasi hormon menyebabkan libido terus meningkat. Bahkan bisa terjadi kapan saja. Seperti yang sedang Ayana alami saat ini.

Tubuh Ayana terasa panas saat duduk di atas pangkuan Rian. Faktor hormon ibu hamil membuat Ayana ingin menyerahkan diri pada laki-laki yang sudah mulai ikut tergoda dengan ulah Ayana.

"Let's having fun! You want visit your baby, right?" bisik Ayana tepat di telinga Rian.

Senyum nakal Ayana membuat Rian frustasi. Ayana bahkan bisa mendengar napas Rian yang mulai berat. Tatapan laki-laki itu semakin berkabut. Terlebih saat tangan Ayana menyentuh dada Rian. Jari jemari Ayana sengaja bergerak membentuk lingkaran di bagian itu. Ayana semakin menggila ketika Rian memeluk erat pinggang Ayana.

Mereka berdua saling merapatkan tubuh dengan hawa panas yang tiba-tiba datang. Gelenyar aneh di bagian bawah perut juga Ayana rasakan. Apalagi saat Ayana menghirup aroma memabukkan dari tubuh suaminya.

"Udah mulai berani godain, hm?" Rian menatap dalam Ayana.

"Please, give me more!" pinta Ayana.

"Oh, shit!" umpat Rian.

Suara Rian terdengar serak. Sepertinya Rian tidak bisa menahan lagi. Kalimat yang Ayana ucapkan membuat Rian mengangkat tubuh Ayana. Bibir Rian sudah mendominasi di atas bibir Ayana. Laki-laki itu membawa Ayana masuk ke dalam kamar.

Ayana berhasil membuat Rian gila malam ini. Bisikan nakal Ayana, mengakibatkan insting liar Rian keluar. Terlebih saat tangan Ayana sengaja berlama-lama pada salah satu spot penting di tubuh Rian. Laki-laki itu jadi terus mengerang frustasi. Napas Ayana juga sudah mulai putus-putus. Ayana membutuhkan bantuan Rian untuk memenuhi keinginannya.

CRAZY SEXY DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang