6. RENCANA HONEYMOON

52.6K 2.3K 0
                                    

Ayana turun dari mobil sedan milik Rian. Mobil itu membawa Ayana menuju sebuah rumah mewah bernuansa modern. Sekeliling rumah terdapat banyak taman yang memberikan kesejukan dan pemandangan indah untuk mata. Rumah dua lantai ini tidak terlalu besar, tetapi dari bangunannya terlihat sangat mewah dan terawat. Ayana melangkahkan kakinya maju ke halaman rumah orang tua Rian.

Gadis itu meninggalkan Rian yang lambat sekali berjalan. Ayana bisa melihat anak berusia tiga tahun yang berlari menghampirinya dan berhenti tepat di hadapan Ayana. Seolah sedang menemukan harta karun, Al begitu senang saat Rian dan Ayana datang.

"Mommy," panggil Al dengan senyum manisnya yang mampu meluluhkan Ayana.

Semua rasa kekesalan Ayana akibat ulah Rian hilang seketika, saat melihat Al yang menggemaskan. Berbeda sekali sikap Al dengan Rian. Ayana beruntung sekali Al tidak menuruni sifat menyebalkan Rian. Kalau sama menyebalkannya, mungkin Ayana bisa gila. Sudah cukup hanya satu spesies manusia mesum dan menyebalkan seperti Rian.

Ayana melemparkan senyum manisnya kepada Al. Senyum Ayana itu membuat Rian iri karena Ayana selalu saja menampilkan raut galaknya ketika berhadapan dengan Rian. Tetapi, Rian juga tersenyum senang melihat Al mau menerima kehadiran ibu sambungnya dengan baik. Bahkan Rian rasa Al jauh lebih sayang pada Ayana dari pada Rian. Saat ini Ayana berjongkok untuk menyetarakan tinggi tubuhnya dengan Al. Ayana mengusap lembut rambut tebal Al yang sudah mulai panjang. Sepertinya Al harus segera potong rambut.

"Halo sayang! Lagi main ya tadi?"

"Iya, mommy. Al lagi main sama Rara. Mommy mau Al kenalin sama Rara?"

"Boleh sayang, dimana Rara?"

Dari tempat Rian berdiri, terlihat Al yang mulai menggandeng tangan Ayana. Al ingin memperkenalkan gadis kecil yang menjadi teman baiknya ketika Al main di rumah ini. Ayana dengan senang hati menerima uluran tangan Al. Tapi, Al dan Ayana tidak segera masuk ke dalam rumah karena ada seorang pria dewasa yang terlihat cemberut. Seakan Al sudah melupakan Rian, membuat Rian pura-pura marah.

"Daddy enggak diajak?" tanya Rian saat Al sudah menggandeng erat tangan Ayana.

"Enggak! Daddy suka godain Rara sampai nangis."

"Yahh, jadi Daddy enggak diajak karena itu. Daddy kan udah minta maaf," Rian menampilkan wajah sedih.

Usai mendengar nada sedih Rian, Al terlihat berpikir. Tetapi, kembali Al menggelengkan kepalanya. Tangan Al menarik tangan Ayana untuk segera pergi dari situ. Anak laki-laki berusia tiga tahun itu tidak memperbolehkan Rian bertemu teman dekatnya, Rara. Karena Rian sering menggoda Rara, membuat anak perempuan yang usianya sama dengan Al itu kerap menangis.

Ayana melihat sikap Al yang melindungi Rara dari sikap jail Rian, hendak tertawa. Ekspresi Al begitu lucu, tapi Ayana harus menjadi penengah untuk membuat Al tidak bersikap seperti itu. Ayana tidak melangkah sedikitpun, meskipun Al mengajak Ayana masuk ke dalam rumah. Ayana mendekatkan tubuhnya dengan Al, lalu membisikkan sesuatu di telinga Al.

"Mommy enggak mau masuk ke dalam, kalau daddy enggak ikut. Al enggak boleh gitu sama daddy. Ayok sayang, ajak daddy!" bisik Ayana.

"Oke, Al mau ajak daddy," seru Al dengan keras.

"Anak pintar! Sini, cium dulu pipi mommy," ucap Ayana membuat Al mendekat dan mengecup pipi Ayana.

Tingkah lucu Al membuat Rian begitu takjub. Rian tidak tahu apa yang Ayana bisikan pada Al. Tetapi, melihat cara Ayana menangani Al dan berhasil membuat Al menggandeng tangan Rian, sudah cukup membuat Rian senang.

Ayana bagaikan seorang malaikat di hadapan Al. Namun, lain halnya saat berhadapan dengan Rian, gadis cantik itu seperti seorang singa yang sedang mengamuk. Saat Al menggandeng tangan Ayana bersamaan dengan Rian, Ayana melirik Rian sebentar. Mata Ayana mengisyaratkan gadis itu masih ada masalah dengan Rian yang belum terselesaikan. Apalagi kalau bukan ciuman tiba-tiba Rian saat di hotel. Belum cukup Ayana melempar Rian dengan botol, Ayana masih memperpanjang perdebatan.

***

Sore ini semua berkumpul di meja makan. Sebelum pulang ke rumah Rian, memang Ayana dan Rian harus menjemput Al dulu di rumah Rendra dan Mia. Sejak kemarin Al pasti sudah merepotkan mami Rian. Meskipun, wanita paruh baya itu terlihat senang dan justru sedih cucunya akan dibawa pulang. Padahal kapanpun Mia ada waktu, bisa mengunjungi Al.

"Biar Al lebih lama dulu di rumah mami, pasti kalian juga butuh waktu untuk berdua," ucap Mia, mami Rian.

"Al sudah terlalu lama di sini, mi. Nanti, Al malah merepotkan mami, benar kan sayang?" balas Rian sambil melirik Ayana.

Ayana melotot mendengar ucapan Rian. Gadis itu tak siap dengan panggilan sayang Rian yang sebenarnya itu hanya sandiwara semata di depan kedua orang tua Rian. Ayana menganggukkan kepalanya, seakan setuju dengan apa yang Rian ungkapkan barusan.

"Iya, mi. Biar Al pulang aja sama kita, nanti Al main-main lagi ke sini," Ayana ikut membalas ucapan mami Rian.

Wanita paruh baya itu tampak diam, sambil berpikir. Lalu, kedua sudut bibir Mia tertarik membentuk senyuman. Entah apa yang membuat wanita itu tersenyum saat ini. Namun, Mia menyenggol tangan pria paruh baya yang berada tepat di samping wanita itu, membuat perasaan Rian jadi tidak enak.

"Menurut papi, sebaiknya Al tinggal sementara dulu di sini. Memangnya kalian enggak ada rencana bulan madu?" tanya Rendra tiba-tiba.

"Bulan madu?" ucap Ayana dengan mata berbinar.

Ayana sampai lupa jika bulan madu sangat penting untuk kemajuan karier Ayana. Model yang satu itu pastinya akan menerima banyak tawaran pekerjaan, terkait dengan bulan madunya yang akan diliput oleh media. Ayana tersenyum senang, berbeda dengan Rian yang mengerutkan dahinya melihat perubahan ekspresi Ayana.

"Gimana Ayana? Mami yakin setiap perempuan setelah menikah pasti menginginkan bulan madu. Dulu mami juga begitu," Mia melirik Rendra sebentar, sambil tersenyum penuh arti.

"Enggak, mi! Kita enggak ada bulan madu, pekerjaan Rian di kantor masih banyak."

Ayana memasang wajah memelas. "Yahhh, padahal aku pengen kita ada waktu jalan-jalan berdua setelah menikah. Tapi, kalau kamu memang lagi sibuk, aku enggak apa-apa kita bulan madunya di rumah aja sama Al."

Mata Rian menyipit, menatap curiga ke arah Ayana. Rian tahu betul jika Ayana malas lama-lama berduaan dengan Rian. Tetapi, kali ini Ayana terlihat sedih karena Rian menolak untuk bulan madu. Ayana memang pandai berakting, sampai Rendra sepertinya akan turun tangan untuk menangani sikap Rian. Rendra berdehem membuat semuanya diam.

"Papi bisa atasi semua pekerjaan kamu. Enggak ada alasan kamu menolak bulan madu. Kasihan istri kamu, baru juga kalian menikah. Kamu sudah sibuk bekerja," omel Rendra.

"Benar,  apa yang papi kamu bilang barusan," Mia ikut menimpali.

"Ayana, kamu bisa mulai pilih mau bulan madu dimana. Papi pastikan Rian akan membawa kamu ke situ. Soal Al, kalian berdua enggak usah khawatir. Al biar main di sini dulu. Kalau ada Rara, papi jamin Al enggak mungkin rewel. Ada bik Asih juga yang bantuin mami. Kalian berdua nikmati saja waktu bulan madu kalian," jelas Rendra.

Saat Rendra sudah berbicara seperti itu Rian cuma bisa mengangguk setuju. Tidak ada yang bisa Rian lakukan selain menuruti keinginan Ayana untuk bulan madu. Mata Rian melirik ke arah Ayana. Gadis itu tersenyum sambil mengedipkan matanya, seolah baru memberitahu Rian bahwa Ayana menang, karena mendapatkan dukungan dari Mia dan Rendra.

CRAZY SEXY DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang