18. SENTUHAN DADAKAN

48.3K 1.7K 1
                                    

Ayana menggeleng keras. Hatinya memaksa untuk segera baikan dengan Rian. Tapi, ego Ayana yang terlalu tinggi, jelas melarang Ayana untuk meminta maaf duluan. Ayana juga tidak merasa bersalah dengan ucapannya tadi. Ayana pikir sikapnya tidak kelewatan, karena Rian memang pantas mendapatkan perlakuan seperti itu, setelah mengatakan Ayana manja.

Siapa bilang Ayana manja? Laki-laki itu tidak tahu saja kalau selama di rumah Ayana selalu membantu bundanya. Bahkan untuk mengurus pekerjaan rumah bukan hal yang sulit untuk Ayana. Meskipun, sudah menjadi model, bukan berarti Ayana tidak bisa melakukan apapun selain berpose di pemotretan. Ayana bisa melakukan semuanya sendiri.

Ayana tidak akan melupakan posisinya sebagai istri dan ibu sambung untuk Al. Saat ini bahkan Ayana sedang mengolah bahan makanan yang ada untuk dijadikan kue coklat. Sejak tadi Al merengek meminta dibuatkan kue yang sama seperti oleh-oleh yang Ayana bawakan dari Bali. Anak berusia tiga tahun itu begitu menyukai oleh-oleh yang Ayana bawa, sampai dihabiskan sendirian. Ayana tidak tahu apa bisa membuat yang sama persis, tetapi setidaknya Ayana mau mencoba.

Selagi Al sedang main di belakang bersama mbok Asih. Ayana mulai mencampurkan beberapa telur dengan gula. Namun, karena persediaan bahan tidak terlalu banyak di kulkas, Ayana hanya memakai sedikit saja.

Saat Ayana sedang fokus, Ayana tersentak ketika ada sebuah tangan yang tiba-tiba melingkar di pinggang Ayana. Tubuh Ayana serasa kaku detik itu juga. Tanpa menoleh ke belakang, Ayana sudah tahu jika Rian yang memeluk tubuh gadis itu.

"Ay, kamu masih marah sama saya?"

Suara Rian mulai terdengar, membuat Ayana hanya bisa terdiam. Ayana hampir saja kesulitan bernapas saat jarak mereka begitu dekat. Bahkan Ayana bisa merasakan ada sesuatu yang menggelitik bagian lehernya. Karena memang kepala Rian saat ini berada di bahu Ayana.

Ayana masih terdiam ketika indra penciumannya mulai terusik dengan aroma tubuh Rian. Seketika pipi Ayana memanas. Terlebih Rian semakin merapatkan tubuhnya dengan Ayana. Hal itu membuat Ayana tidak bisa lagi fokus membuat kue. Ayana sadar ada yang salah dengan perasaannya saat ini.

"Minggir! Aku lagi masak, enggak usah gangguin," ucap Ayana ketus.

Kalimat pengusiran itu sebagai peralihan dari kegugupan yang Ayana alami. Jantung Ayana berdegup lebih kencang. Sekujur tubuh Ayana meremang ketika Rian malah menyelipkan anak rambut Ayana ke belakang telinga. Bahkan Rian juga mengusap keringat Ayana, tanpa merasa jijik.

"Ay, saya minta maaf soal ucapan saya tadi. Kamu mau sampai kapan bersikap seperti ini?"

Ayana masih terdiam, tak mau merespons sedikitpun ucapan Rian. Padahal laki-laki itu sudah menurunkan gengsinya untuk meminta maaf lebih dulu pada Ayana. Namun, Ayana malah bingung untuk memaafkan. Gadis itu juga tidak mengerti kenapa tiba-tiba berubah menjadi sensitif seperti ini.

"Ay..." Rian menampilkan wajah memelas yang membuat Ayana cuma melirik sekilas.

Semakin Ayana diam, Rian akan terus memeluk tubuh Ayana dari belakang. Itu tidak baik untuk kesehatan jantung Ayana. Dari pada tidak bisa fokus karena tindakan Rian, Ayana lebih baik memaafkan. Ayana menarik napas dalam.

"Iya, udah aku maafin. Sana, minggir!" usir Ayana.

Dalam hitungan detik, wajah memelas Rian sudah tidak terlihat. Senyum terbit dari kedua sudut bibir Rian yang lagi-lagi membuat Ayana semakin tidak bisa fokus berada di dekat Rian. Ayana berusaha melepaskan pelukan Rian. Kedekatan itu bukan hanya menimbulkan gelenyar aneh pada bagian bawah perut Ayana. Tetapi, tubuh Ayana mendadak serasa terbakar.

"Kamu masak apa?" tanya Rian.

Suara itu terdengar bersamaan dengan Rian yang mencium kulit leher Ayana. Kecupan demi kecupan bahkan Rian lemparkan begitu saja, tanpa memikirkan tubuh Ayana yang menegang.

"Masak kue buat Al. Kamu bisa engak minggir dulu? Aku jadi enggak fokus masak."

"Masak aja, saya enggak ganggu kamu," jawab Rian dengan nada santai.

Ayana syok di tempatnya. Apa yang laki-laki itu katakan barusan? Dia pikir Ayana tidak terganggu dengan ulah bibir dan tangan Rian yang mencari posisi nyaman pada tubuh Ayana. Mana mungkin Ayana bisa memasak, jika sejak tadi Ayana ingin berbalik badan. Lalu, mencium bibir Rian.

Berkali-kali mendapatkan ciuman dari Rian, lambat laun membuat Ayana memiliki ketertarikan untuk merasakan kembali ciuman itu. Mungkin Ayana bisa dibilang gila. Tetapi, Ayana juga tidak bisa memungkiri, sentuhan Rian bisa membuat tubuh Ayana serasa tersengat aliran listrik. Terlebih saat tubuh mereka benar-benar menempel seperti ini.

"Rian!" bentak Ayana.

"Kenapa? Ada yang salah sama saya?"

"Kamu enggak salah! Tapi, kalau kamu peluk aku terus kayak gini, gimana caranya aku bisa masak?"

"Oh, iya, benar juga," Rian tertawa kecil.

Ayana bisa bernapas lega saat tubuh Rian sudah menjauh. Rasanya udara di sekitar sini jadi berkurang ketika Ayana berdekatan dengan Rian. Ayana melihat Rian yang berdiam diri sambil memperhatikan Ayana yang dengan cekatan mengolah bahan makanan.

"Kamu sering masak kue kayak gini?" tanya Rian.

"Enggak sering, cuma kalau lagi pengen aja. Dulu aku memang suka belajar buat kue sama bunda. Tapi, enggak semua jenis kue bisa aku buat."

"Saya jadi ngebayangin, kalau kamu lagi masak kayak gini sambil pakai lingerie yang kamu simpan di kotak. Pasti seksi banget, Ay," Rian menyindir Ayana.

Ayana berhenti memasak, setelah mendengar ucapan Rian. Bahkan Ayana menatap ke arah Rian yang tersenyum menyebalkan. Ayana tidak mampu berkata-kata lagi. Perempuan itu masih terdiam seperti patung.

Mendengar Rian yang membahas soal lingerie, Ayana langsung tahu lingerie yang Rian maksud. Kenapa Rian harus tahu lingerie itu? Padahal Ayana sudah menyembunyikan lingerie pemberian bundanya. Seumur-umur Ayana belum pernah membeli barang semacam itu.

Saat honeymoon di Bali, Ayana sengaja tidak mau memakainya. Ayana bahkan tidak berani menjawab saat bundanya berulang kali menanyakan lingerie itu pas di tubuh Ayana atau tidak. Tapi, suaminya saat ini malah membahas soal lingerie itu membuat wajah Ayana memerah, menahan malu.

"Jangan panik, Ay!" ucap Rian.

"Tenang saja, saya udah amankan lingerie kamu. Coba kamu pakai nanti malam, saya mau lihat."

Suara Rian kembali mengalun saat Ayana hendak berlari menuju kamarnya. Rasa malu Ayana bertambah berkali-kaki lipat. Saking malunya, Ayana sampai tidak mau lagi menatap Rian yang pastinya tersenyum senang, berhasil menggoda Ayana.

Coba bayangkan saja jika Ayana benar-benar menuruti kemauan Rian untuk memakai lingerie itu? Bisa dipastikan Ayana tidak akan bisa keluar dari dalam kamar malam ini. Keinginan Rian untuk melakukan honeymoon yang sesungguhnya mungkin bisa terjadi.

Ayana menggeleng pelan, membayangkannya saja sudah membuat Ayana bergidik ngeri. Gadis itu benar-benar tidak sanggup menahan emosi dan rasa malunya lebih lama lagi di dapur. Kekalutan Ayana saat ini begitu terlihat. Dan, itu malah membuat Rian tertawa senang.

CRAZY SEXY DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang