64. LEBIH AGRESIF

26.6K 875 2
                                    

Rian masih belum juga mengangkat telepon. Mata Rian malah tertuju pada Ayana yang menatap curiga. Padahal perempuan yang bernama Clara itu sekretaris baru Rian di kantor. Sekretaris Rian yang lama sudah resign kerja, karena hamil.

"Clara itu sekretaris aku, Ay."

"Kamu bohong ya? Sekretaris kamu kan Tania," mata Ayana menyipit.

Bisa dilihat Ayana yang mengotot sekretaris Rian bernama Tania, bukan Clara. Memang Ayana tidak mengenal Clara. Istrinya itu mengenal Tania setelah menikah dengan Rian, tetapi Ayana baru tahu sekretaris Rian yang bernama Clara. Tidak heran jika Ayana masih tidak percaya.

Sejujurnya, Rian mau memperkenalkan sekretaris barunya itu. Rian juga mau bilang soal Tania yang memilih resign saat kandungan perempuan itu sudah memasuki tujuh bulan. Namun, belakangan ini Rian dan Ayana sedang banyak masalah, Rian jadi lupa untuk menceritakan itu. Padahal Rian yakin Ayana ingin tahu. Segala sesuatu tentang Rian, Ayana harus tahu. Termasuk sekretaris Rian di kantor. Keseringan menonton drama korea, membuat Ayana takut Rian diam-diam berselingkuh dengan sekretaris laki-laki itu.

"Tania udah resign dari kantor, Ay. Habis ini aku ceritain sama kamu alasannya. Aku angkat dulu ini," tunjuk Rian pada ponsel yang terus berdering.

"Angkat teleponnya di sini aja, enggak usah jauh-jauh," Ayana menahan Rian untuk tetap di ranjang.

"Iya, sayang," Rian cuma mengangguk pasrah, sambil tersenyum tipis.

Rian menerima panggilan dari Clara. Laki-laki itu menempelkan ponselnya ke telinga. Sebenarnya, Rian malas sekali menerima telpon dari sekretarisnya. Seharusnya pada saat hari libur tidak ada yang namanya mengurusi pekerjaan kantor. Rian juga paling tidak suka waktu bersama Ayana dan Al terganggu seperti ini. Tetapi, bukan sepenuhnya kesalahan Clara. Rian lupa memberitahu sekretarisnya bahwa Rian memiliki aturan yang mana tidak mau diganggu saat bukan jam kerja.

Tampak Ayana yang juga kesal melihat Rian menerima telepon. Selama ini sekretaris lama Rian tidak pernah bertindak bodoh seperti Clara. Mungkin karena Tania sudah bekerja dengan Rian lebih dari lima tahun. Perempuan itu tahu aturan-aturan yang Rian tetapkan sendiri, tanpa harus menjelaskan berulang kali.

"Maaf pak, saya mau kasih tahu soal berkas dokumen yang saya kirim ke email pak Rian. Apa sudah bapak terima dan cek dokumennya? Karena itu perincian untuk rapat besok dengan clien, pak," ucap Clara.

"Kamu tahu ini hari apa? Kenapa bisa-bisanya kamu kirim dokumen sekarang? Saya minta dokumen itu dari dua hari yang lalu," Rian menanggapi dengan nada marah.

Suara Rian terdengar meninggi, membuat Ayana cuma bisa mengusap-ngusap lengan Rian. Apabila sudah menyangkut persoalan pekerjaan dan anak buahnya tidak becus bekerja, Rian akan berubah menyeramkan. Terlebih sekretaris baru Rian berani mengganggu waktu santai Rian.

"Saya baru bisa selesaikan hari ini, pak. Maaf sekali kalau saya-"

"Bikin emosi kerjaannya!" Rian menutup telepon.

Belum sempat perempuan bernama Clara memberi penjelasan, Rian memilih mengakhiri panggilan. Rian benar-benar malas harus mengeluarkan tenaga untuk marah-marah. Jadi, lebih baik Rian melupakan sejenak masalah pekerjaan yang membuat kepala laki-laki itu pening.

"Kenapa?" tanya Ayana.

"Biasalah, telat kasih dokumen. Untungnya enggak terlalu penting."

"Udah sering sekretaris baru kamu kayak gitu?"

"Enggak juga, Ay. Ini baru pertama kali dia bikin aku emosi. Aku baru terima dia kerja dua minggu lalu, masih belum terlalu kelihatan kinerjanya," jelas Rian.

"Kamu kenapa enggak kasih tahu aku soal dia?"

"Aku lupa mau kasih tahu. Akhir-akhir ini kita berantem terus. Lagian, enggak penting juga, Ay."

"Penting, Yan! Siapa tahu dia genit, mau godain atasannya. Sekarang banyak pelakor yang bermoduskan kerja, tapi sambil deketin bosnya," Ayana yang tampak khawatir, membuat Rian tersenyum.

"Aku enggak bakalan tergoda juga," ucap Rian yang begitu yakin.

"Bisa aja kamu khilaf selingkuh di belakang aku."

"Aku udah bahagia dapet kamu, kenapa harus cari yang lain?" Rian mengecup gemas pipi istrinya.

"Gombal," Ayana tersenyum malu-malu.

"Bukan gombal, Ay. Kenyataannya memang begitu."

Rian memeluk tubuh Ayana. Melihat pipi Ayana yang memerah, membuat Rian tidak berhenti mencium pipi istrinya. Sampai Ayana memohon Rian untuk berhenti. Tetapi, Rian malah terpaku pada bibir Ayana. Entah setan apa yang mempengaruhi Rian, hingga laki-laki itu mencium bibir Ayana secara tiba-tiba.

"Yan, kamu mau ngapain?" tanya Ayana ketika sadar napas Rian yang mulai berat.

"Mau ngintip anak kita, Ay," bisik Rian tepat di telinga Ayana. Suara serak Rian bisa membuat Ayana gila. Namun, Ayana masih sadar bahwa sekarang ini masih siang.

"Yan, kamu yang bener, deh. Sekarang ini masih siang, ntar malam aja. Ada Al sama mbok Asih di luar," Ayana menggelengkan kepala, memberi tahu Rian.

"Kita mainnya kan enggak di luar, Ay. Al juga pasti lagi sibuk main. Aku juga enggak mau kalah dong," Rian menaik-turunkan alisnya dengan raut wajah menyebalkan.

"Main yang kamu maksud itu artinya beda, Yan. Kamu memang bener-bener ya! Kunci dulu pintunya," Ayana mengomel.

Rian turun dari ranjang, lalu mengunci pintu kamar. Laki-laki itu tersenyum ketika mendengar omelan Ayana. Tetapi, Ayana menyetujui permintaan Rian. Bahkan Ayana tidak ragu untuk membalas ciuman Rian.

Saat Rian semakin erat memeluk pinggang Ayana, tangan Ayana sudah melingkar di leher Rian. Kali ini Ayana bukan hanya menunjukkan wajah yang memerah. Namun, Ayana terlihat lebih agresif, karena menekan tengkuk Rian.

"Jangan kelamaan, aku enggak tahan," ucap Ayana yang membuat Rian kaget.

Mendengar permintaan Ayana, Rian langsung melempar senyum nakal. Rian suka saat Ayana mulai agresif seperti ini. Memang hormon hamil sangat mempengaruhi Ayana. Kalau bisa Rian ingin Ayana hamil setiap tahun.

"Wow, kamu udah mulai agresif, aku suka. Ini dia Ayana yang aku cari!" puji Rian.

Kecupan demi kecupan Rian berikan pada bagian leher Ayana. Rian membuat Ayana semakin menggila. Apalagi tangan Rian benar-benar tidak bisa tinggal diam. Rian menjelajah apa saja yang laki-laki itu mau.

Napas Ayana mulai terdengar putus-putus. Alhasil, Rian nenarik lepas pakaian Ayana. Rian melihat langsung sesuatu yang sudah menjadi milik laki-laki itu seutuhnya. Sampai Rian kesulitan bernapas, karena bentuk badan Ayana semenjak hamil justru membuat Rian semakin tergoda. Rasanya Rian bodoh jika seandainya mencari perempuan lain seperti yang Ayana khawatirkan.

"Ngeliatinnya jangan kayak gitu, Yan. Aku malu jadinya. Emang bentuk badan aku udah enggak bagus," Ayana merasa tidak percaya diri.

"Siapa bilang enggak bagus? Kamu malah bikin aku semakin berkobar, Ay. Aku tunjukkin sama kamu."

Rian mendorong tubuh Ayana hingga istrinya berbaring di atas ranjang. Lalu, Rian dengan tatapan nakal mulai melancarkan aksinya. Rian membuat Ayana menjerit. Tingkah nakal Rian membuat sekujur tubuh Ayana meremang. Setelah itu suasana kamar didominasi suara napas yang memburu dan rintihan keduanya.

CRAZY SEXY DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang