Ayana menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya secara perlahan. Perempuan itu harus lebih sabar lagi menghadapi Al. Yang paling terpenting Al mau ikut dulu ke sekolah. Meski, terpaksa harus membawa tanaman kesayangan Al.
Hingga berakhir Ayana yang sedang menunggu giliran dipanggil untuk mendaftarkan Al. Sedangkan, Rian menemani Al berkebun di halaman sekolah. Banyak pasang mata wanita-wanita di dekat Ayana yang mencuri pandang ke arah Rian dan Al.
"Mbak yang model itu ya?" tanya seorang wanita yang ada di samping Ayana. Sepertinya wanita itu juga belum mendapat giliran dipanggil ke depan.
"Iya, mbak," Ayana tersenyum tipis.
"Oh, kalau itu suami sama anaknya?" tunjuk wanita itu pada Rian dan Al yang sedang asyik berkebun. Lebih tepatnya, Al menakut-nakuti Rian dengan cacing di sana.
Ayana hanya menganggukkan kepala. Rasanya malas mengobrol, apalagi Ayana sedang menunggu gilirannya yang tinggal sebentar lagi. Setelah pendaftaran selesai, anak-anak nanti berkumpul dan memulai perkenalan untuk pertama kalinya.
"Pantas anaknya ganteng, suaminya juga ganteng. Kirain cuma ganteng pas tampil di berita-berita aja. Wah, mbak beruntung loh," puji wanita itu membuat Ayana malas menanggapi.
Tatapan Ayana berubah menjadi tidak suka saat ada seorang wanita yang memuji Rian. Memangnya hanya Ayana saja yang beruntung mendapatkan Rian? Ayana pikir Rian juga beruntung, karena secara fisik Ayana cantik dan seksi. Meski, saat ini sedang mengandung, tubuh Ayana masih tampak indah.
"Saya permisi dulu ya, mbak. Udah dipanggil duluan," ucap Ayana yang memilih meninggalkan wanita itu.
Beruntungnya sudah giliran Al, jadi Ayana tidak perlu mengobrol lama dengan wanita itu. Ayana juga malas dengan wanita-wanita lain yang seperti berbisik-bisik saat melihat Rian. Bahkan mereka secara terang-terangan memberikan mata genit pada suaminya.
Entah Rian menyadari tatapan itu atau tidak. Tetapi, sejak awal datang ke sekolahan ini Ayana tidak nyaman dengan orang tua murid lainnya yang bersikap seperti itu. Seperti tidak pernah melihat laki-laki tampan saja. Padahal beberapa juga ditemani suaminya, namun masih saja genit. Suasana hati Ayana jadi buruk karena semua itu.
"Orang tua murid Alvano Putra Dewangga?" tanya wanita yang memakai kacamata hitam dengan rambut sebahu.
"Iya benar, bu," balas Ayana.
Setelah itu Ayana diminta mengisi formulir pendaftaran. Ayana juga dijelaskan cara pengajaran di sekolah itu. Intinya lebih banyak bermain, meski diselipkan beberapa pembelajaran. Selama sekolah, Ayana dilarang menemani Al. Hanya hari pertama ini saja Ayana dan Rian boleh menemani. Itu dilakukan, agar anak lebih berani.
"Sudah saya isi semuanya," Ayana memberikan lembaran kertas berisi data diri Al.
"Kalau begitu, ibu bisa silahkan tunggu sebentar. Setelah semua pendaftaran selesai, masih ada acara perkenalan dengan murid lainnya."
"Ada yang mau ditanyakan lagi bu?"
"Tidak ada, sudah jelas. Saya permisi," Ayana tersenyum ramah.
"Tunggu sebentar, bu!"
Namun, baru juga Ayana hendak beranjak dari kursi, tiba-tiba pergerakan Ayana harus terhenti. Suara wanita yang berkacamata di hadapan Ayana kembali terdengar. Ayana langsung mengernyitkan dahinya bingung.
"Ada apa ya? Apa kurang saya ngisinya?" tanya Ayana yang tidak mengerti.
"Bukan itu kok, bu. Saya cuma mau minta foto sama suaminya. Itu yang di ujung sana suaminya kan? Saya pernah liat di acara gosip," wanita itu tersenyum malu-malu.
"Maaf ya bu, suami saya enggak suka diajak foto. Permisi," Ayana buru-buru pergi, setelah memberikan tatapan kesal.
Bisa-bisanya wanita itu ingin berfoto dengan Rian. Ayana yang pernah jadi model terkenal saja, tidak dimintai foto. Justru semua wanita yang ada di sini berfokus pada Rian, membuat Ayana benar-benar kesal.
Pasalnya, berita Ayana dan Rian tentang persoalan dengan Rey sudah selesai. Di berbagai berita, tidak ada lagi yang memberitakan itu. Meski, masih ada beberapa yang mengulik kehidupan Ayana dan Rian. Apalagi keputusan Ayana yang keluar dari dunia model. Kabar Ayana hamil juga tersebar. Tidak heran jika wajah Ayana dan Rian masih suka tampil di berbagai media sosial.
***
Rian memijat pelipisnya beruang kali saat melihat apa yang Al lakukan tadi di sekolah. Pantas saja Ayana merasa pusing. Tingkah Al benar-benar tidak bisa ditebak. Saat hari pertama masuk sekolah yang harusnya dimulai dengan perkenalan, Al menolak untuk masuk ke dalam kelas.
Anak itu masih betah berkebun di halaman sekolah. Bahkan Al asyik mencabut tanaman yang ada di sekolah, lalu dipindahkan pada pot tanaman yang Al bawa. Rian sudah memperingatkan, tapi Al tidak menurut. Alhasil, Ayana nanti akan mencarikan gantinya untuk tanaman-tanaman yang Al cabut.
Tidak hanya itu saja, Rian dan Ayana juga dibuat hampir gila, karena Al memberikan cacing pada teman-teman yang mengajak berkenalan. Beberapa gadis kecil seumuran Al langsung menangis. Hal itu membuat Rian memutuskan untuk membawa Al pulang ke rumah. Meski, acara perkenalan belum selesai. Sepertinya acara perkenalan di hari pertama sekolah sudah dibuat kacau oleh Al.
"Kayaknya Al enggak cocok sekolah di situ,"Ayana duduk di sofa, setelah berhasil membujuk Al untuk tidur siang.
"Terus, gimana? Mau pindah sekolah?"
"Pindah ke sekolahan yang deket rumah mami aja. Dia kan enggak mau sekolah, kalau enggak ada Rara. Makanya, baru hari pertama udah buat ulah. Mana guru di sekolahan itu genit-genit lagi," Ayana berdecak kesal.
"Genit apanya, Ay?" Rian tertawa kecil.
"Enggak usah pura-pura polos gitu. Emangnya kamu enggak bisa lihat, gurunya curi-curi pandang ke arah kamu?"
"Aku liatinnya kamu dari tadi."
Rian ikut duduk di sofa, tepat di samping Ayana. Saat Rian merangkul bahu Ayana, tangan Rian langsung ditepis oleh istrinya. Wajah Ayana masih berekspresi kesal. Perempuan itu marah bukan karena Al yang membuat lima gadis kecil di sekolahan itu menangis. Namun, Ayana lebih marah lagi karena Rian mau diajak berfoto. Padahal saat mengisi formulir pendaftaran, Ayana bilang suaminya tidak suka diajak berfoto.
"Ih, minggir! Enggak usah deket-deket aku," usir Ayana.
"Galak banget sih, Ay. Aku enggak ada salah apa-apa, kamu usir," Rian masih mencoba memeluk Ayana.
"Kamu bilang apa barusan? Enggak salah? Terus tadi apa namanya, foto-foto bareng gurunya Al? Bukan bantuin aku biar Al enggak bawa pot ke dalam kelas. Eh, malah ini asyik sendiri," omel Ayana.
"Ya, dia kan gurunya Al, sayang. Masa, aku tolak gitu aja. Aku cuma berusaha ramah."
"Kamu pinter banget cari alasan! Bilang aja kamu seneng dipuji-puji kayak tadi."
Ayana beranjak dari sofa. Perempuan itu hendak masuk ke dalam kamar. Sebelum Ayana melangkahkan kaki menuju ke kamar, Ayana berbalik badan sejenak.
"Aduh, pantes anaknya ganteng, turunan dari bapaknya. Mukanya bule banget, pipinya gembul. Jadi, pengen cubit bapaknya. Eh, salah, maksudnya cubit anaknya," Ayana menirukan gaya guru Al yang genit.
"Ay, kamu ngapain sih?" Rian tertawa kencang mendengar suara Ayana. Belum lagi dengan ekspresi Ayana.
"Enggak tahu, aku lagi males sama kamu," balas ketus Ayana yang pergi begitu saja.
Rian yang sudah berhenti tertawa, menyusul istrinya ke kamar. Sebelum berangkat ke kantor untuk rapat, Rian perlu menenangkan macan yang sedang mengamuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY SEXY DUDA
RomanceAyana dan Rian terpaksa menikah. Mereka saling membutuhkan satu sama lain. Ayana butuh bantuan Rian untuk mengembalikan eksistensinya sebagai model. Sedangkan, Rian butuh peran Ayana sebagai ibu sambung putranya. Segala tangis, tawa, kebahagiaan, ke...