34. MODUS BUAYA

25.4K 1.1K 0
                                    

Sampai saat ini Ayana masih belum memiliki keberanian untuk bertanya pada perempuan di sampingnya. Padahal Ayana ingin tahu langsung dari mulut Andin, soal kedekatan Andin dan Rey dulu. Ayana yakin Rey adalah salah satu alasan Andin jadi takut untuk berkomitmen.

Ayana jadi merasa kasihan dengan Andin yang ternyata memiliki trauma buruk, karena seseorang. Sebagai sahabat, Ayana ingin Andin jujur tentang apa yang terjadi. Tetapi, Ayana juga tidak bisa memaksa Andin untuk bercerita. Yang paling terpenting saat ini Ayana sudah merasa lega. Ayana bisa membagi rahasia yang selama ini disimpan sendirian pada Rian.

"Gimana Ay? Lo masih marahan sama Rian?" tanya Andin.

"Enggak, kita udah baikan semalam," Ayana memasang seatbelt.

"Syukurlah, gue khawatir banget, waktu lo kasih tahu gue," Andin mengelus dada, sebelum akhirnya mulai melajukan mobil.

Seperti yang dikatakan Andin, Ayana memang sempat mengirim pesan pada Andin. Ayana memberitahu Andin bahwa Rian marah, karena ulah Rey. Saat itu Andin syok dan ingin langsung mendengar ceritanya. Maka dari itu, berakhirlah sekarang Ayana di dalam mobil Andin.

Rasa penasaran membuat Andin rela mengantarkan Ayana syuting iklan hari ini. Ayana sampai geleng-geleng kepala, tak habis pikir dengan sahabatnya. Padahal sejak kemarin Andin selalu menolak dengan alasan ada acara. Walaupun, alasan sebenarnya Andin, karena ingin menghindari Rey. Ayana sangat tahu itu, tetapi mencoba untuk pura-pura tidak tahu.

"Susah banget buat dimaafin, untungnya gue jago," balas Ayana.

"Jago apa dulu, nih? Jago ngibul atau jago di ranjang?" goda Andin.

"Ngarang terus lo, ya! Maksud gue itu jago ngejelasinnya," Ayana memberikan lirikan tajam pada Andin yang tertawa.

"Iya, gue paham. Gue bercanda doang, Ay. Lo masih hutang cerita semalam sama gue," ucap Andin.

"Gue enggak mau cerita."

"Lah, mana bisa gitu? Gue udah bela-belain jemput lo," Andin melotot kaget.

"Oh, jadi lo jemput gue karena ada maunya?" Ayana menatap Andin penuh curiga.

Saat ada perubahan ekspresi raut wajah Andin yang menjadi semakin panik, membuat Ayana tertawa kencang. Ayana giliran menggoda Andin. Karena selalu saja perempuan itu yang meledek Ayana. Bahkan semalam Andin seharusnya memberi solusi supaya cepat baikan, tetapi Andin malah meminta video perdebatan Ayana dan Rian. Perempuan ini terkadang bercandanya suka menyebalkan.

"Enggak gitu juga, Ay. Gue lagi berbaik hati aja sama lo. Tapi, lo pelit banget sama gue. Semalam, lo enggak videoin pertengkaran lo? Siapa tahu bisa jadi pembelajaran gue, sebelum nikah."

"Gue yakin banget itu bukan buat pembelajaran. Lo kepo aja sama gue," Ayana mendengus kesal.

"Ih, penget banget dikepoin!" Andin menatap tak suka Ayana yang tertawa kecil.

"Mau gue ceritain, enggak?" tanya Ayana.

"Cepetan ceritain, pakai nanya lagi lo! Gue nyetir, sambil dengerin lo," balas Andin.

Ayana menarik napas dalam, sebelum mulai bercerita. Masih ada waktu satu jam, sebelum Ayana kembali syuting iklan. Belum lagi jalanan lumayan macet saat ini. Beruntungnya, Ayana berangkat lebih awal, jika dibandingkan dengan kemarin.

"Dia masih sama aja, selalu tanyain alasan gue nolak dia dulu. Terus, ngajak buat temenan lagi," jelas Ayana.

"Lo mau gitu temenan lagi sama dia?"

"Ya, enggaklah. Gue aja udah ngerasa enggak nyaman dekat sama dia."

"Lo harus hati-hati, Ay. Awalnya doang bilang mau temenan, padahal aslinya modus mau deketin lagi. Biasanya laki-laki buaya suka gitu."

"Lo udah pernah dimodusin kayak gitu juga?"

"Hah? Kok jadi gue?" ucap gugup Andin.

Usai Ayana dengan santainya bernyata seperti itu, terlihat Andin yang sepertinya gugup. Dari cara Andin menjawab, Ayana sudah tahu bahwa sahabatnya memang menutupi sesuatu. Ayana cuma terdiam sesaat.

Ayana sempat berpikir ini akan menjadi canggung. Tetapi, ternyata di luar dugaan Ayana. Ekspresi Andin kembali berubah, seakan ucapan Ayana hanya candaan saja yang refleks keluar. Padahal Ayana sebenarnya sedang memancing Andin.

"Bisa jadi lo pernah ketemu sama cowok yang setipe sama Rey. Bukan berarti, lo pernah dideketin sama Rey."

"Kalau yang kedua itu enggak mungkin, Ay. Gue ketemu aja baru beberapa kali, itu juga karena ada kaitannya sama pekerjaan lo," Andin mencoba mengelak.

"Iya, gue juga tahu," balas Ayana.

Ayana menghela napas pasrah. Mata Ayana memilih fokus menatap ke arah jalanan. Seandainya, Ayana tidak tahu semua rahasia ini dari awal, mungkin bukan Rian yang menjadi suami Ayana sekarang. Dan, apa yang Andin alami, bisa saja Ayana alami juga.

"Ay, lo belum tuntas ceritainnya sama gue," ucap Andin.

"Gue kasih tahu intinya aja, malas banget gue ingat-ingat lagi. Pokoknya semalam dia pegang tangan gue, pas banget Rian datang. Jadi, dia dapat bogem mentah dari Rian."

"Lo serius?"

"Serius, Ndin. Ngapain juga gue bohong sama lo? Gue juga syok semalam."

"Tapi, dia enggak apa-apa, Ay?"

"Lo enggak tanya suami gue kenapa? Ngapain lo malah nanyain dia?" Ayana mengernyitkan dahi.

Mulut sama pemikiran terkadang memang tidak bisa sejalan. Seperti saat ini Ayana merasa Andin yang kelepasan menanyakan kondisi Rey. Ternyata masih ada rasa perhatian, setelah apa yang laki-laki itu lakukan. Ayana sampai tidak habis pikir.

Ayana saja yang terus dikejar-kejar oleh lelaki itu, terus menjauh dan memilih mengabaikan saja. Sementara, Andin masih menyimpan rasa peduli pada laki-laki yang sudah menghancurkan masa depannya dulu.

Sejauh ini Ayana semakin penasaran dengan kedekatan Andin dan Rey. Tetapi, Rian bilang, Ayana tidak boleh ikut campur terlalu jauh. Mungkin karena Rian takut Ayana ikut terkena dampaknya.

"Maksud gue, suami lo enggak kenapa-kenapa kan?" Andin kembali gugup.

"Enggak kenapa-kenapa, tangannya juga baik-baik aja. Mungkin dulunya tukang pukul kali," Ayana tertawa kecil untuk mencairkan suasana yang sempat canggung sebentar.

"Gue pikir tukang urut. Eh, tapi ternyata tukang pukul," Andin tertawa kencang.

"Ih, masih ingat aja lo!" Ayana menepuk lengan Andin, membuat perempuan itu melirik tajam. Lalu, mereka kembali tertawa.

Momen seperti ini yang rasanya sayang, apabila hancur cuma karena membicarakan soal Rey. Biarkan Andin menyimpan masa lalunya sendiri, sampai siap memberitahu Ayana. Pasti akan ada saatnya Andin bercerita semuanya. Tetapi, tidak untuk sekarang ini.

Masa lalu Ayana juga tidak semua orang tahu. Meskipun, Ayana sudah mulai berani membaginya pada Rian. Ayana sadar menyimpan sesuatu sendirian itu cuma menjadi beban. Perempuan itu yakin, nantinya Andin akan menemukan orang yang tepat untuk tahu semua keburukan dan masa kelam yang pernah dialami. Orang itu yang pasti bukan Rey. Karena Ayana sendiri sudah menaruh rasa tidak suka pada laki-laki itu, semenjak tahu apa yang Rey lakukan pada sahabatnya. Beruntungnya masih ada orang baik yang mau memberitahu Ayana.

CRAZY SEXY DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang