Pagi-pagi sekali Rian sudah keluar dari kamar mandi. Rian hari ini mulai kembali masuk ke kantor. Banyak dokumen yang harus Rian tanda tangani. Belum lagi dengan rapat-rapat pentingnya yang sudah menunggu.
Rian sedang mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk. Sambil memandangi Ayana yang masih tertidur pulas. Entah sampai jam berapa Rian mengajak gadis itu untuk melakukannya lagi. Hingga pagi ini Ayana masih nyaman berada di bawah selimut tebal.
Berkali-kali Rian memandangi pemandangan di depannya, tetapi Rian tetap tidak bosan. Rian tersenyum tipis saat melihat Ayana yang tertidur menghadap ke arah jendela. Punggung polos Ayana tidak sepenuhnya tertutupi oleh selimut, sehingga Rian bisa melihatnya.
Hanya melihat saja, tubuh Rian sudah menegang. Istrinya benar-benar membuat Rian gila. Rian melempar senyum nakal, saat Ayana berubah posisi menjadi terlentang. Tanpa membuang waktu, laki-laki itu kembali naik ke atas kasur.
"Rian!"
Rian sangat usil pagi ini. Bibir Rian sengaja mengecup berulang kali bibir Ayana, agar istrinya terbangun. Bahkan Rian juga mengecup bagian lainnya yang memang tidak tertutup apapun. Semalam Ayana memilih langsung tidur karena kelelahan menghadapi Rian dan segala tingkah nakal Rian yang berhasil mengelabuhi Ayana.
Sadar sejak tadi Rian terus mengganggu, Ayana mulai membuka mata secara perlahan. Berulang kali Ayana mengeluarkan suara, tetapi Rian masih tetap mengganggu. Rian berubah menjadi diam seolah tak merasa bersalah, ketika Ayana memberikan tatapan kesal.
"Kenapa sih, kamu bangunin aku? Ini masih pagi, Rian!"
"Justru karena masih pagi, kamu harusnya bangun, Ay," jawab Rian, santai.
"Ahh! Enggak mau! Aku masih ngantuk," Ayana kembali menutup mata.
Rian geleng-geleng kepala melihat tingkah Ayana yang kembali menarik selimut. Memang Ayana paling sulit untuk bangun pagi. Kalau tidak ada yang penting, Ayana tidak akan bangun. Apalagi Ayana belum mulai pemotretan.
Untuk beberapa saat Rian memilih membiarkan saja. Tetapi, Rian yang tidak kuat saat mengamati tubuh Ayana, memilih untuk memeluk Ayana. Setidaknya, Rian pagi ini sudah mendekap tubuh istrinya sebentar, sebelum disibukkan dengan urusan kantor.
"Rian! Jangan digigit!" teriak kencang Ayana.
Rian langsung tertawa terbahak-bahak melihat Ayana yang nyawanya langsung terkumpul. Perempuan itu bukan hanya terusik dengan gerak-gerik yang Rian timbulkan. Tetapi, Ayana lebih terganggu dengan apa yang Rian lakukan pada bagian dada Ayana. Wajah Ayana memerah karena marah. Sementara, Rian masih tertawa senang. Rian suka saat Ayana berteriak dengan keusilan yang laki-laki itu lakukan.
"Kamu tuh benar-benar ya!"
"Kenapa? Aku cuma bangunin kamu."
"Iya, aku ngerti. Tapi, enggak pakai gigit-gigit segala. Memangnya kamu ada keturunan tikus?"
"Parah kamu, Ay! Suami sendiri kamu bilang kayak gitu," Rian menampilkan wajah memelas.
Berharap Ayana akan kasihan dan memaafkan tingkah Rian pagi ini. Tetapi, kenyataannya Rian malah mendapatkan cubitan dari Ayana di perutnya. Rian sedikit meringis saat tangan kecil itu mencubitnya dengan keras berulang kali.
"Sakit, Ay! Kamu pagi-pagi gini udah main kekerasan. Mendingan kita bakar kalori aja kayak semalam."
"Enggak akan! Kamu buang jauh-jauh pikiran mesum kamu. Aku enggak mau ketipu lagi. Bilangnya sekali lagi, enggak tahunya sampai jam tiga, aku baru bisa tidur nyenyak. Kamu pembohong besar!"
"Ya, habisnya kamu godain aku duluan. Kamu enggak ingat semalam, kamu-"
"Stooppp! Enggak usah kamu lanjutin, aku malas dengernya."
Mulut Rian langsung dibungkam oleh tangan Ayana. Pipi Ayana bersemu merah. Mata Ayana melotot ke arah Rian. Tatapan itu membuat Rian bukannya takut, tetapi Rian justru ingin kembali tertawa.
Ingatan Rian akan kejadian semalam masih sangat kuat. Rian bahkan tidak menyangka Ayana berani menggodanya lebih dulu. Semalam tidak ada kecanggungan sama sekali, setelah sekali melakukannya. Status suami istri sekarang sudah terasa lengkap, setelah apa yang mereka berdua lewati di atas ranjang.
"Rian, tolong ambilin kaos aku!" tunjuk Ayana pada pakaian yang berada di sofa kecil.
Rian mengambilkan apa yang Ayana inginkan. Perempuan itu buru-buru memakainya, sebelum Rian berbuat yang aneh-aneh pagi ini. Lalu, Rian melihat Ayana yang beranjak dari atas kasur.
"Mau kemana?" tanya Rian.
"Mau mandi. Kamu sendiri mau kemana?"
"Aku mau berangkat ke kantor bentar lagi."
"Loh, bukannya kamu harusnya mulai kerja besok? Cuti kamu kan masih sampai hari ini."
"Iya, Ay. Tapi, banyak dokumen penting yang harus aku cek secepatnya. Aku enggak mungkin lepas tangan gitu aja."
"Oh, ya udah," jawab singkat Ayana.
Dahi Rian berkerut saat mendengar kalimat terakhir yang Ayana ucapkan. Dengan rasa malas, Rian ikut beranjak dari ranjang, menyusul istrinya yang sekarang hanya menggunakan pakaian tanpa apa-apa lagi di dalamnya.
Pemandangan yang sangat indah ada di hadapan Rian. Namun sayangnya, Rian harus berangkat ke kantor. Rian akan terlambat, jika kembali menindih tubuh Ayana seperti semalam.
"Udah, gitu aja? Kamu enggak ada niatan buat cium tangan suami kamu? Atau pasangin dasi?"
"Enggak dulu, deh! Kamu kan bisa sendiri pasang dasi," Ayana tersenyum meledek.
Setelah mengatakan itu, Ayana langsung masuk ke kamar mandi. Rian cuma mengulum senyumnya. Laki-laki itu memilih mengambil parfum untuk disemprotkan ke pergelangan tangan dan kemejanya.
"RIANNN!"
Sesaat Rian sibuk dengan penampilannya sebelum berangkat ke kantor, Rian mendengarkan teriakan yang berasal dari kamar mandi. Rian yang khawatir langsung membuka pintu kamar mandi. Tampak Ayana yang tidak kenapa-kenapa di dalam sana.
"Kenapa?" tanya Rian.
"Ini dari tadi enggak bisa dihapus. Gimana caranya?" Ayana menunjuk bagian tubuhnya yang ada tanda kemerahan.
Rian menarik napas dalam. Laki-laki itu mengamati bagian leher dan dada Ayana yang memang terdapat tanda-tanda kemerahan. Rian cukup gila karena membuatnya begitu banyak, sampai Ayana saja syok.
"Aku kirain kamu kenapa-kenapa, Ay. Ternyata cuma masalah kissmark yang aku buat."
"Kamu yang buat ini?" Mata Ayana melotot, kaget.
"Iya, kamu lupa?"
"Aku enggak ingat, semalam aku mendadak lupa ingatan!"
"Lupa ingatan, tapi minta lagi," ucap Rian meledek, membuat Ayana semakin berdecak kesal.
"Rian, ih! Aku serius nanya, gimana cara ngilanginnya?"
"Enggak bisa dihapus, Ay. Paling juga nanti malam hilang sendiri. Itu juga kalau aku enggak nambahin lagi ntar malam."
"Wow! Enggak kena, Ay," Rian tersenyum nakal.
Tepat saat Rian dengan kurang ajarnya tersenyum sambil menggoda dengan kalimat itu, Ayana langsung melempar sikat giginya ke arah Rian. Tetapi sayangnya, lemparan Ayana kali ini tidak tepat sasaran. Rian justru dengan sombongnya berbalik badan untuk keluar dari kamar mandi.
"Argghh! Shit!"
"Memang ya, kalau durhaka sama istri, langsung kena batunya!"
Umpatan Rian menandakan kesialan yang terjadi, tanpa laki-laki itu sadari. Saat Rian berjalan, kakinya tidak sengaja menabrak guci yang ada di dekat kamar mandi. Rian tidak tahu sejak kapan guci itu berada di situ.
Kaki Rian jadi terasa sakit, karena kecerobohannya sendiri. Kini Ayana bisa tertawa puas melihat penderitaan Rian.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY SEXY DUDA
RomanceAyana dan Rian terpaksa menikah. Mereka saling membutuhkan satu sama lain. Ayana butuh bantuan Rian untuk mengembalikan eksistensinya sebagai model. Sedangkan, Rian butuh peran Ayana sebagai ibu sambung putranya. Segala tangis, tawa, kebahagiaan, ke...